[RP]EINVERD HOUSE

"Ah, oleh-oleh... iya, tadinya aku mau mampir sebentar ke Sabrie city, tapi aku sudah tidak sabar untuk melihatmu lagi, Ivvi,"

Ivvi hanya diam saja sambil menggigit bibir bawahnya, wajahnya merah sekali..ia sudah pasrah jika wajahnya dilihat seperti ini.. dan akhirnya pula ia hanya buang muka supaya ga diliatin terus.

"Ahahaha... kenapa, Lilica? Ngiri? Sebaiknya ajak juga knightmu, untuk bermesraan denganmu. Beres, bukan? Ah, mau sewakan kamar?"

Ivvi >>

ini kakek sama cicit sama aja

Shein mulai duduk di sofa dekat sana. Tubuhnya pegal-pegal dan lelah, setelah empat hari di asingkan.

Kemudian, dia melihat Ivvi lagi.

Sulit sekali mengalihkan pandangannya dari gadis yang di sukainya itu.

"Ah, Ivvi, aku ingin bertanya sesuatu padamu...," wajah Shein berubah menjadi serius."Et-to... tipe... tipe laki-laki idamanmu itu seperti apa?"

Sekedar ingin tau, siapa tau Shein bisa mengoreksi kesalahannya?

Ivvi berhenti memalingkan wajahnya, ia menjadi seperti orang yang berfikir keras sekarang..

"unn...."

"aku menyukai pria yang apa adanya, dia juga harus punya rasa tanggung jawab...pemberani, dan cerdas dimataku.."

"yaah kurasa banyak wanita yang menginginkan pria yang seperti itu...tapi yang aku mau, pria tu juga mengerti perasaan ini", katanya sambil memejamkan mata.

"intinya...aku tidak memilih-milih untuk orang yang kucintai..karna aku benar-benar cinta"

"ah...kenapa kau menanyakan itu ? kau tidak merasa ?'", iseng Ivvi bertanya.

Setelah mendengar jawaban Ivvi, tentu Shein mencatat baik-baik semuanya di otaknya. Berharap suatu hari, dia bisa menjadi seperti itu?

"ah...kenapa kau menanyakan itu ? kau tidak merasa ?'"

"Tidak, tidak kenapa-kenapa. Hanya... ingin survei...," jawab Shein lagi, semakin ngaco.

Pemberani dan cerdas ya... harus jadi kuat? Ah, itu benar...

Shein terdiam lagi. Berpikir bahwa dia masih jauh sekali di bawah Shien. Sangat berbeda jauh, dan masih jauh lebih lemah dari pada Shien.

Apa yang harus kulakukan? Perasaan melindungi saja belum cukup... aku ingin... menjadi kuat, dan menjadi pemberani, seperti yang Ivvi inginkan...

"Tidak, tidak kenapa-kenapa. Hanya... ingin survei...,"

Ivvi hanya menyengir. "tenang saja...."

"apa yang kau pikirkan ? aku hanya mencintai seseorang yang kucintai.., bukan karna dia idaman..", jawabnya sambil tertawa

"bagaimana rasanya diasingkan ? miss me ?", iseng Ivvi lagi sambil nyengir.

"tebak, siapa yang sebentar lagi bertambah umur dan semakin tua ?"

timeline: 4 days latter

...
Lokasi: masih di sangkar *pfft*

"Ung..." Rhea setengah terkantuk duduk bersandar pada dinding beton ruangan itu. Ini siang atau malam? Benar-benar tidak dipedulikannya lagi. Si Nona Bersayap ini melamun terus-terusan selama 4 hari karena tidak ada yang ia lakukan.

...

Sudah berapa lama ia melamun? Oh... 4 hari, itu masih terlalu sebentar. Dulunya Rhea sering melamun lebih dari berhari-hari. Ia sendiri bingung melamuni siapa, sepertinya ada yang ia lupakan tapi ia sendiri tidak ingat itu apa.

"Hm... apa yang terjadi di luar ya?"

Mulai bertanya-tanya.

semakin autis ini cewek

"apa yang kau pikirkan ? aku hanya mencintai seseorang yang kucintai.., bukan karna dia idaman.."

Shein hanya tersenyum tipis, sedikit tenang mendengar jawaban Ivvi. Gadis ini memang berbeda dengan perempuan-perempuan yang biasa Shein temui. Yang mementingkan keinginan dan idaman mereka.

Kalaupun seperti itu, Shein tidak keberatan untuk merubah sifatnya lagi.

Terakhir kali dia merubah sifatnya, ketika Shien terus-menerus menyuruhnya untuk merubah sikapnya. Dan itu bukanlah hal yang sulit bagi Shein.

"bagaimana rasanya diasingkan ? miss me ?"

"Rasanya... tentu sangat sepi. HAHAHA, tentu... di sana aku merindukanmu... Rhea juga...kemana dia?"

"tebak, siapa yang sebentar lagi bertambah umur dan semakin tua ?"

"AHAHAHA, kau ya?" Shein sama sekali tidak ingat ulang tahunnya.

Sejak Shien dan anggota keluarganya mulai sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak ada yang ingat lagi dengan ulang tahunnya, jadi Shein lebih memilih untuk melupakannya juga.

"Rasanya... tentu sangat sepi. HAHAHA, tentu... di sana aku merindukanmu... Rhea juga...kemana dia?"

"hahahaha, ia tidak apa-apa....dia juga meridukanmu dan tidak mau diatur orang lain selain kau..", ucap Ivvi sambil tertawa.

"AHAHAHA, kau ya?"

................., Ivvi berpikir, kenapa ia tidak ingat ? bukannya hari ulang tahun itu sangat penting ?

"ah...bukan, kau benar-benar tidak ingat ? itu kan hari ulang tahunmu ?", heran Ivvi

ia jadi ingat tentang boneka chibi harimau itu, yang diletakan di dalam meja kecil dekat shein
dan menghembuskan nafas dengan berat. seharusnya akulah yang tidak tau kapan ulang tahunku ?..aah...jadi kapan ulang tahun ku ya ? tapi itu cukup tidak penting kalau dipikirkan..

"hahahaha, ia tidak apa-apa....dia juga meridukanmu dan tidak mau diatur orang lain selain kau..",

"Oh, syukurlah... kukira dia dicincang atau di jadikan burung panggang oleh officer pandora. Mereka berkata seperti itu padaku," Shein menghembuskan nafasnya, lega.

"ah...bukan, kau benar-benar tidak ingat ? itu kan hari ulang tahunmu ?",

"Benarkah? Aku... tidak ingat...," jawabnya lagi."Ah, coba kuingat-ingat... terakhir kali aku merayakan ulang tahunku... mungkin ketika umurku 8 tahun. Aku selalu merayakan ulang tahunku bersama dengan Shien, kakak kembarku itu," Shein dengan semangatnya menceritakannya. Masa-masa bahagianya, ketika dulu."Tapi... Shien-nii mulai melupakannya, aku jadi tidak ada teman untuk merayakannya lagi, mungkin aku melupakannya juga," kali ini Shein berbicara dengan nada datar.

Kemudian, laki-laki itu mulai melihat jam sakunya.

"Rhea ada di sini kan? Aku ingin... bertemu dengannya. Kau tau dia di mana?" tanya Shein lagi.

Lilica yang mendengar ejekan kakeknya itupun menahan amarahnya

pads saat ia benar benar marah lilica pun meninju satu pohon dekat mereka hinga pohon itu tumbang

"ohh, tak perlu kok mengapa tak kau saja yang kusewakan kamar? Hadiah selamat datang," kata lilica sambil tersenyum sadis

"ckckkck benar benar kalian ini sudah kubilangkan asa anak kecil di sini masihh Aja mesra mesraan ckckck"

saat mendengar pertanyaan shein ia segera menjawab "

Ada di sangkarnya ia tak mau keluar kecuali kau yang menegluarkanya, ia bahkan takmau makan" jawab lilica

Ada di sangkarnya ia tak mau keluar kecuali kau yang menegluarkanya, ia bahkan takmau makan"

"Ah? Begitu ya? Baiklah, biar aku yang mengeluarkannya."

Shein beranjak dari sana, dan menuju ke sebuah ruangan, tempat Rhea di kurung di dalam sangkarnya. Shein pernah melakukan ini sebelumnya. Ketika dia pertama kali bertemu Rhea, di sangkar itu. Menatap Phoenix putih itu dengan kagumnya, dan membuat kontrak dengannya.

Lokasi : Dekat sangkarnya Rhea

Benar-benar nostalgia.

Ruangan itu benar-benar sama dengan ruangan tempat Shein pertama kali menemukan Rhea. Tentu saja, kediaman Einverd saat ini merupakan replika dari rumah kediaman Einverd 100 tahun yang lalu. Di buat benar-benar persis dan sama, karena rumah Einverd yang sebelumnya hancur akibat peperangan.

Dia pasti lelah berhari-hari harus terkurung di sini.... dan... kesepian...

Shein memperhatikan sangkar itu baik-baik, merupakan sangkar yang kuat, dan di design khusus untuk menyegel kekuatan chain.

"Rhea... kau baik-baik saja?"

Bagaimanapun juga, Shein tetaplah contractor Rhea, jadi dia mengkhawatirkan keadaan Rhea juga, sebagai chainnya.

"Apa yang para officer itu lakukan?" Shein mulai membuka sangkar itu, agar Rhea bisa keluar.

"ah kairi" kata lilica melihat kairi juga berada di sana

"jangan bilang kau menemani rhea dan tak makan juga?"

"ckckck kalian berdua ini! jagalha kesehatan!"

"btw shein pohon di taman harus di tanam lagi" kata lilica sambil menghadap ke shien dan tersenyum sadis

hari yang mulai gelap dan suasana yang mulai dingin, karna angin yang masuk lewat jendela yang terbuka.

"apa ini awal dari musim dingin ?", dilihatnya daun-daun pohon memang sudah berguguran, tinggal beberapa daun lagi yang bertahan disana.

aku adalah masa lalu, Ivvi Violeyne

ternyata Ivvi masih mencoba membayangi ulang anak kecil yang dimimpinya itu.
"pasti akan sangat sedih jika bunga-bunga yang indah tertutup dengan selimut salju..tidak akan terlihat lagi keindahannya", ucap si peri bunga yang satu ini.

Ivvi pun menutup jendela kamarnya, saat ingin menutup hordeng, tiba-tiba ada sesosok bayangan seseorang disana..seseorang pria, wajahnya tertutup oleh rambutnya yang bisa dikatakan panjang.

dilihatnya pria itu tersenyum licik, senyuman dendam, kenapa ada orang asing dirumah ini ? siapa dia ?
keberanian Ivvi membuat dia membuka lagi hordeng dan juga jendelanya dengan cepat.

SREEK

entah, pria itu lenyap begitu saja..menghilang tanpa jejak, membuat Ivvi semakin bingung dan tak percaya apa yang dilihatnya, sebuah mawar putih...yang mempunyai bercak darah tergeletak ditanah tempat orang itu berdiri.
Ivvi mulai mempunyai perasaan yang tidak enak

lilica pun pergi karena takmau menggagu shein dan rhea

"ayo pergi" katanya pada kairi

mereka lau pergi mencari ivvi

"ivvi?" teriak lilica

lalu lilica pun mengetok kamar ivvi

"masuklah..."

hngg, lilica yang datang memancing Ivvi untuk bertanya siapa lelaki misterius tadi.

"aah...lilica, jika saja aku mati, terbunuh atau yang lainnya...atau pun pula kehilangan ingatan untuk kedua kalinya...tolong bunuh aku sebelum aku terbunuh oleh seseorang", ucap Ivvi tidak sadar.

"aah...maksudku...bukan, ah...apa disini ada seorang butler baru ?", tanyanya cepat
, berharap lilica tidak mendengar apa yang tadi Ivvi bicarakan.

apa yang kubicarakan ?? kenapa aku merasa gelisah dan tidak enak seperti ini ?

SHIEN SIDE

-ABYSS-

Bosan.

Itulah perasaan Shien saat ini.

Dia melihat ke sebuah genangan air, di bawahnya. Terlihat jelas sekali semua yang dilakukan oleh penghuni kediaman Einverd.

Shien bisa melihat. Tapi tidak bisa keluar.

Dia bisa melihat apapun, terutama di keempat kediaman Duke Houses, yang memiliki masing-masing satu buah pintu, itu makin memudahkannya untuk melihat aktivitas mereka semua. Karena Shien memang memiliki akses khusus, dapat malihat melalui pintu yang masing-masing di miliki oleh duke houses.

Tapi tetap saja tidak bisa keluar. Hanya melihat saya membuat Shien bosan.

"Kemana adikku yang tolol itu. Rasanya aku mulai bosan terus-terusan di sini, aku ingin merasukinya lagi," sebelah mata Shien di baluti oleh perban, itu bekas Shein, membuat Shien semakin dendam pada adik kembarnya itu.

Shien memperhatikan Ivvi, yang mulai gelisah itu. Dan tersenyum licik, memikirkan rencananya selanjutnya.

Menculik Ivvi.

"tidak akan, tidak akan kubunuh, percayalah kau tak akan mati nona" kata lilica berjanji

"you are my lady and I'm your servant" sambung lilica sambil mengecup tangan ivvi

"mengapa? kau diserang?"

"tadi kairi merasakan hawa aneh di sekitar sini"

"lady ? aku tidak pantas dikatakan seperti itu...aku hanya seseorang chain harimau putih yang kehilangan masa lalunya dan bertindak bodoh", jawabnya ketus, aah ia merasa sangat gelisah saat itu.

apa aku harus mati secepat ini ?

"mengapa? kau diserang?"

"tidak...hanya saja....err, tidak usah dipikirkan...", jawabnya lagi dengan tampang gelisah.

"lilica..kau ingin berlatih pedang lagi ?", ucapnya iseng, mengganti topic pembicaraan, berlatih pedang..mungkin membantunya jika sudah dalam keadaan kritis.

"ada apa nona?" tanya lilica tambah kuatir

"ayo kita haru menemui shein!"

"aah jangan !", Ivvi menarik tangan lilica

"lupakanlah...tadi pikiranku memang sedang kacau..", ucapnya sambil tertawa maksa.

"lebih baik kita berlatih pedang ?", senyum Ivvi, yaa pikirnya hanya itu satu-satunya cara agar lilica mengikuti perintahnya.

'tidak" sergah lilica

"ini penting nona, ini menyangkut keluarga einverd juga!" seru lilica

"jika orang itu bisa menembus pertahanan rumah ini berarti ini memang berbahaya!"

"eng...tidak...", ucapnya

"tidak apa-apa !", jawabnya agak keras, ia tidak mau merepotkan orang lagi..

mungkin pria itu memang butler baru.., paksa gumamnya untuk berfikir postif

"tidak usah dipikirkan lilica...pikiranku tadi kacau..mengerti ?", ucap Ivvi memaksa

"aah mungkin aku mulai sakit...", bohongnya.

"aku akan beristirahat saja.."

"jangan" kata lilica

"mari pergi dari sini, aku merasakan hawa yang aneh" kata kairi

"ah benar? maaf nona ivvi tapi ini penting"

"ta,tapi aku merasa sakit..aku ingin tidur sebentar..", ucapnya bohong lagi.

"lupakanlah apa yang tadi kubicarakan....kalian mengerti ?"

Ivvi menyeret mereka berdua keluar kamarnya, "sudah yaa...uhuk uhuk", ia pura-pura batuk.

ia menutup pintu kamarnya pelan.

"hhhh...", Ivvi mengeluarkan nafasnya dengan berat.

"nona!" teriak lilica

"sebaiknya jangan istirahat di situ! biarkan saya masuk!" jeritnya lagi

"nona!"

ia lalu menghadap kairi

"jaga di depan pintu dobrak kalau ada apa apa aku akan keluar untuk melihat"

maka lilica pun melihat lihat untung hari masih terang

meski ia takut ia tetap memberanikan diri