[RP] Novadion House

OOCness
- Tempat ini boleh dimasuki SIAPAPUN, cari masalah juga boleh *ngaco*
- Lokasinya cukup di halaman dan di ruang makan aja!
- Perhatikan sistem In/out
- Boleh bertarung kalau perlu ^^v
____________________________________________________________

Tanggal : April 20th 1853
Waktu : Pagi-Pagi, sekitar jam 9an.

Lokasi : Halaman Novadion House


Sterne Millicent Novadion sedang menikmati teh paginya (?) bersama sang chain miliknya, seekor burung gagak chibi yang bertengger di kepala pirangnya. Kala itu ia sedang menikmati indahnya hidup.

"Ah... damai sekali..." serunya.

Kemudian ia mendengar suara aneh dari semak-semak. Ia menoleh pada sumber suara tersebut.

"Siapa itu?"

_____________________________________________________________

OOT: aduh, ini RP yang aneh yang pernah saya tulis...

RAVEN SIDE

Raven keluar dari semak-semak. Mencoba memanjat pagar kediaman Novadion, tetapi lagi-lagi Raven terjatuh dengan suksesnya di atas semak-semak.

G-gawat... ada Stein nii-sama... aku harus segera menghindarinya

Raven mengendap-ngendap, kebelakang halaman, mencoba masuk ke rumah Novadion , diam-diam

Lilica yang sedang mengantuk salah memasuki rumah

"permisi" katanya

ia lalu mendengar Ada seseorang jatuh Dan menoleh ia menyadari bahwa itu raven

"hei mengapa kau di sini?" tanyanya

oot : mampus, si Lilica kan Einverd...awakakak...berantem aja sama si Stein

=====================================

"hei mengapa kau di sini?"

"Ssst! Aku kan keluarga Novadion! Bahaya... keluarga Einverd ada di sini, akan menjadi masalah besar... bersembunyilah," Raven masih mengendap-ngendap menuju ke dalam rumah.

Stein berdiri dari duduknya, membuat Syll terjatuh dari kepala Stein. Syll sempat mematuk-matuk kepala Stein sebagai balasan namun tampaknya ia tidak peduli. Ia terus saja berjalan mendekati semak-semak.

"Siapa disana?"

Stein melihat sekilas Raven di semak-semak, bersama seseorang yang lain. "Nah lho~ kamu ngapain disitu?"

"Raven, kamu bawa teman?"

Oot : tahu makanya mizu masuk sini XD

dia baru sadar

'oh shit gue Ada di novandion?!'

"raven! Sembunyi di mana aku?!" tanyanya panik

"Raven, kamu bawa teman?"

Raven sudah tidak bisa menyembunyikan Lilica lagi. Kakaknya itu sudah melihat keberadaannya, dan semuanya menjadi mustahil untuk berbohong pada Stein.

Hhng... gawat... aku harus berbohong apa?

Raven menggaruk-garuk kepalanya. Kebiasaannya kalau sedang bingung.

"Hhh, dia Lilica. YA! DIA LILICA! Bukan keluarga Einverd kok, eh..," Raven keceplosan.

Stein menghela nafasnya. Ia melihat seseorang yang lain disana, selain Raven. Dan orang itu tampak asing di matanya.

Sejujurnya, ia tahu bagaimana sifat Raven yang selalu.. ah, sudahlah, tak perlu diucapkan [un pasti tahu apa yang dimaksud.

"ckckck... kau tak bisa membohongiku Raven.." ucapnya. Ia lalu memandang orang lain itu, "Hei, kau Einverd kan? Ngapain ada disini?" tanyanya ketus.

Good bye my pride pikirnya

Lilica pun berjalan sambil menunduk Dan berkata "ma-maafkan saya, seperti yang anda tahu saya ini memang benar keluarga einverd"

"saya tidak sengaja memasuki rumah maafkan saya, jika Ada Hal yang bisa saya lakukan silahkan bilang" sambungnya

Stein hanya mengangguk, "Hho... jadi ada Einverd yang berani datang ke rumah Novadion ya?" tanyanya menyepet.

Ia lalu menatap Syll, dan tersenyum pada burung gagak itu.

"Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan disini? Kau pikir minta maaf saja cukup? Hhahaha aku tertohok.." serunya menyepet lagi.

Lokasi : Halaman depan

Zeno lagi asyik jalan-jalan [lagi?] dan menemukan sebuah rumah yang sangat asing [gak mau dibilang tersesat]. Dia menatapi rumah itu sementara tangannya sibuk mencari permen yang baru ia beli di kantungnya. Setelah ia menemukan permen lollipop itu, dia berusaha membukanya dan lama setelah itu akhirnya bungkusnya terbuka. Kesenengan permennya terbuka, dia lupa kalau yang di depannya adalah rumah asing. Tetapi pikirannya berkata

Rumah Reisvoust... Aku datang~ XD

"sa-saya bukannya berani tapi tidak sengaja maaf" kata lilica meminta maaf

"yang kulakukan? sa-saya salah rumah, a-apa yang bisa saya lakukan?" tanyanya

'macem macem gue ancurin nih lo punya rumah' bad sidenya berpikir

Raven mulai khawatir, kakaknya akan menyerang Lilica.

Tentu saja, Einverd adalah musuh bebuyutan keluarga Novadion. Semua itu mungkin, bahkan Lilica bisa saja di bunuh oleh kakaknya itu.

"Lilica, jangan macam-macam dengan nii-sama, dia leader Novadion...," Raven berusaha memperingati Lilica, berbisik tentunya.

Stein mendengar sesuatu lagi yang datang masuk ke rumahnya. Dan benar saja lagi-lagi ia melihat seseorang yang seharusnya tak ada di rumahnya.

"Zeno... kau Zeno kan? Ngapain kau kesini?" tanyanya kasar.

Ia lalu kembali menatap sang Einverd. "Salah rumah? Memangnya matamu buta apa? Disini kan sudah jelas rumah Novadion! Kecuali kau memang benar-benar buta. kekeke~"

Stein menatap Raven tajam, "Hei, Raven! Kalau kau ingin membawa teman-temanmu untuk main.. jangan kesini dong!" ucapnya menyepet.

"raven gue tahu gue tahu" bisik lilica balik

ia lalu berbicara pada stein lagi "saya sebenarnya cukup mengantuk saat ini" ucapnya jujur

"dan saya tidak bisa melihat dengan benar, di jalan saja sudah ada 101 orang yang saya tabrak dan 53 benda yang saya kenai" sambungnya jujur

"dan tidak saya sama sekali tidak buta sebagai informasi"

bad sidenya mulai muncul

"jadi apa yang bisa saya lakukan untuk anda tuan?" dapat didengar bahwa ia sarkasam terdengar di setiap katanya

Stein hanya tertawa dan menyeringai. Ia merasa konyol dengan jawaban yang diucapkan oleh Lilica. Ia kemudian menatap Lilica tajam.

"Hhahaha, kalau begitu, kau berarti bodoh sekali ya!"

Ia kembali tertawa, bukan maksudnya mengejek, tapi lawan bicaranya sendiri yang memang memberitahukan aibnya sendiri. Berarti bukan salah Stein klo ia tertawa.

"Jadi.. aku mau kau bersujud di kaki ku!" ujarnya sambil menyeringai lebar.

"baiklah" kata lilica

"hanya itukah?" tanyany lagi

Raven melongo, benar-benar kaget melihat Lilica harus sembah sujud seperti itu.

"AH! LILICA!" Raven membantu Lilica untuk berdiri lagi."Jangan memalukan nama baik keluarga Einverd. Jangan sampai berlutut seperti itu, bahkan bersujud."

Raven mulai bingung dengan keadaan saat itu. Dia ingin sekali sebenarnya menegur kakaknya, tapi tak berani.

"siapa yang mau sembah sujud?" kata lilica lantang

"enak aja lo pikir gue mau sembah sujud?!" serunya sambil menjulurkan lidah

"GA BAKAL! NGERTI LO?!!!"

Raven hanya tersenyum, lega.

Dia berpikir Shein akan menghajarnya habis-habisan jika Lilica disuruh sembah sujud pada kakaknya. Benar-benar akan di hajar.

"Hnng... syukurlah..."

Raven kemudian berusaha kabur dari sana, ingin masuk ke kamarnya, lelah.

Stein hanya terbengong, "Lho? Lho? Lho? Katanya mau sujud nih?" serunya sambil menyeringai.

Namun melihat wajah Raven yang sepertinya agak tertekan, ia menarik kembali ucapannya, "Okay, kamu nggak usah sujud deh... tapi kalau sekali lagi kamu datang kemari.. aku rasa kau takkan pulang kembali ke rumahmu dalam keadaan sehat..." serunya tegas.

Lalu ia menoleh pada Raven, "Kenapa? Kau capek? Terlihat dari mukamu"

"emang napa gitu?" tanya lilica asal

"gue cabut dulu, permainanya udah ga seru!"

yep bad sidenya udah muncul

Lesu. Lemas. Ingin tidur.

Itulah yang dirasakan Raven saat ini. Dia lelah, setelah mencari banyak sekali informasi mengenai pembunuhan besar-besaran di kota Sabrie, dan mengenai Shein yang akan diadili oleh para officer di pandora.

"Kenapa? Kau capek? Terlihat dari mukamu"

"Hah?" Raven tidak tau dia salah dengar atau apa, tetapi tumben-tumbenan Stein bertanya seperti itu."Sedikit capek."

Raven kemudian menatap Lilica, dengan pandangan mengusir. Buru-buru menyuruhnya untuk pergi dari kediaman Novadion, sebelum kakaknya bertindak.

"Ohh.." jawabnya simple. Ia hanya menatap Lilica yang tampaknya memang senang mencari masalah di rumah keluarga Novadion.

"Raven, pastikan teman-temanmu, terutama dari Einverd, untuk tidak seenaknya menjadikan rumah ini tempat bermain!" tegasnya pada Raven. Ia lalu teringat sesuatu,

"Oh ya, satu lagi, setelah kau merasa segar, ceritakan padaku semua yang kau KETAHUI akhir-akhir ini! Tak ada bantahan!" suruhnya.

"Raven, pastikan teman-temanmu, terutama dari Einverd, untuk tidak seenaknya menjadikan rumah ini tempat bermain!"

"YA!" Raven menjawabnya dengan lantang juga. Lagipula dia tidak ingin terjadi masalah lagi antara Einverd dan Novadion.

Raven sudah ingin masuk, tapi lagi-lagi kakaknya itu mulai memerintahnya lagi.

"Baiklah. Kuceritakan sekarang saja, bagaimana?"

Raven sendiri merasa dia harus menceritakan masalah ini.