[RP]EINVERD HOUSE

Ivvi yang mendengar suara lilica hanya diam disana.

ia mencoba untuk melompat melewati jendela kamarnya.

BRUK..

"huhhh...untung saja", swt-swt Ivvi, ia masih memakai gaun ??

lalu ia mendekati bunga mawar putih yang be-bercak darah itu.

"bunga ini ? darah.. ?", Ivvi melihat kesekeliling, mungkin saja pria itu masih ada disini ?

ada kertas kecil yang nyangkut di batang mawar itu, dikertas itu bertulis 'ESAD' dengan tinta darah.

"esad...", ucap Ivvi bingung.]

======================================
oot : diculiknya pas diakhir acara ultahnya shein, yang sekarang Ivvi berhasil lolos..

lilica pun melihat jendela kamar ivvi

"aneh mengapa terbuka" katanya pelan

lilica pun memanjat ke kamar ivvi tanpa sepengetahuan nonanya itu

dan melihat ivvi memungut bunga yang berdarah dan kertas bertuliskan 'ESAD'

ia langsung tahu karena itu cirikhas seseorang yang ita tahu dengan baik

tapi lilica tetap tutup mulut dan turun dari jendela kamar ivvi

'berbahaya sekali, harus meningkatkan penjagaan' pikirnya

wkwkwkwkwk =)) =)) *digoreng, ketawa tiba-tiba*
hampir mau nulis 'SESAD', bukannya 'ESAD' =)) *digoreng ulqui*
================================

"esad ?", Ivvi mulai berfikir keras.

kata-kata apa itu ?

"cih... hey, keluarlah kau pengecut..", tantang Ivvi.

benar-benar wanita ini, tanpa masternya (Ducan), ia berani menggerakan kekuatannya sendiri.

glek ketahuan! pikir lilica

"anda menyadari kehadiran saya nona?" tanya lilica

"maaf saya menyelinap"

Ivvi malah kaget sekali melihat lilica, kok yang dateng malah dia ??

(anggap harimau, bukan monyet)

"tidak...hahahaha, eh....ke,kenapa kau ada disini li,lilica.. ?", ucapnya terbata-bata, tadi dia kan diam-diam kesini..

lilica sudah tahu bahwa ivvi takut tapi membiarkannya ia tak mau memaksa nonanya itu

"tenanglah tak ada siapa siapa selain saya" kata lilica

"saya? hanya melihat keadaan, apalagi kairi menyadari aura yang aneh"

"jadi saya selidiki"

"aaah...eng", Ivvi menyelipkan mawar itu ke kantung gaunnya.

"uhuk-uhuk...maafkan aku, hnng..sebaiknya kita harus masuk kedalam", ucap Ivvi sambil tertawa, tapi terlihat swt-swt di kepalanya.

Ivvi berjalan pelan ke pintu masuk, diluar sudah malam..

mawar itu pikir lilica

tanda kematian dan juga tulisan itu, ia benar benar mengincar ivvi

"ah baiklah nona anda mau makan?' tanya lilica merubah topik

sepertinya lilica sudah melupakannya..

"makan ? tentu saja !", ucapnya sambil tersenyum, dan tetap melihat - lihat kesekelilingnya.

mereka berdua jalan ke ruang makan, memang saatnya makan malam..

Lokasi : ruang makan

Ivvi yang duduk sambil berpangku tangan, hanya bisa bengong menunggu makanan datang.

"mau mkan apa nona?" tanya lilica hati hati

"ada banyak bahan makanan"

Shein sudah melepaskan sangkar Rhea, dan sekarang Rhea bisa bebas lagi. Shein kemudian ingat pada pekerjaannya, yang pasti menumpuk gara-gara 4 hari di tinggal olehnya.

"Nah, Rhea, kau makanlah dulu. Bergabunglah dengan yang lain, aku masih banyak urusan," Shein beranjak dari sana, menuju ke ruang kerjanya.

Lokasi : Ruang Kerja Shein

Shein masuk dengan lemas, dan sudah melihat tumpukan kertas-kertas yang harus di baca dan di tandatanganinya. Shein melihatnya satu persatu, dan mulai melanjutkan pekerjaannya itu.

Membosankan sekali... ah, mana kerjaannya masih banyak...

Shein masih menatap berkas-berkas itu dengan ogah-ogahan, dan mulai berpikir kemana-mana.

Apakah aku harus merayakan ulang tahun lagi, ya? Rasanya sudah lama sekali... bahkan aku tidak ingat hadiah terakhir yang kudapatkan dari ulang tahunku saat umur 8 tahun itu. Aku kangen Shien juga...

Shein mulai melamun, dan membayangkan masa kecilnya lagi.

Dulu Shein hobi sekali memaksakan kakak kembarnya, Shien untuk memakai rangkaian bunga mahkota yang di buat oleh Shein sendiri sebagai hadiah ulang tahunnya. Tapi walaupun Shein tau kakaknya itu bukanlah orang yang menyukai bunga, pada saat itu, Shien tetap memakai mahkota bunga itu, dan tersenyum dengan tulus kepadanya.

Senyuman tulus.

Kapan aku bisa melihat senyuman tulus itu lagi.... Shien nii-sama...

Shein mulai melamun, dan membiarkan berkas-berkasnya sebentar.

"emmh...terserah..", nafsu makan Ivvi down...ia jadi malas untuk melakukan apa-apa sekarang.

"kenapa tidak kau tanyakan saja ke rhea dan shein ? mereka pasti merasa lapar juga sekarang.."

Shein kembali menatap berkasnya, setelah membacanya, dan menganggap itu sudah sesuai dengan apa yang diinginkannya, dia menandatanganinya.

Begitu seterusnya. Terus-terus membaca membuatnya ngantuk dan pusing.

Diambilnya lagi selembar kertas, mulai membacanya, dan menandatanganinya lagi.

"AAAAH! AKU BISA MATI KEBOSANAN KALAU MELAKUKAN HAL INI!" Shein membanting berkas-berkasnya ke dinding, sampai berserakan semua, moodnya langsung jadi jelek.

Shein akhirnya membuka-buka buku yang biasa di bacanya, yang memiliki simbol AS.. Di dalam buku itu, dia masih mempelajari jenis-jenis chain yang tertulis di sana. Sangat membantu, dan Shein menyimpan seluruh yang di bacanya itu rapih, di dalam otaknya.

lilica pun mengetuk pintu kamar kerja shein

"shein mau makan? ivvi menunggumu di ruang makan" kata lilica tenang

"tolong jangan berteriak, dan keluarlah akan kubantu dengan berkas berkas itu nanti"

Shein mendengar pintunya di ketuk.

"shein mau makan? ivvi menunggumu di ruang makan"

Shein mulai membuka pintunya, sebelumnya dia membereskan berkas-berkas yang berserakan di lantai.

Seperti biasanya, Shein tidak terlalu ingin makan. Hanya karena di sana ada Ivvi. Dan dia tau betul, sopan santun yang mengatakan untuk tidak membiarkan seorang lady makan sendirian.

"Uh--oh... baiklah, aku ke sana sekarang."

Lokasi : Menuju ruang makan

Shein memasuki ruang makan tanpa ekspresi. Moodnya sedang berubah menjadi cukup jelek setelah menerima berkas-berkas yang membosankan itu.

Tidak terlalu banyak bicara kali ini.

"hngg...", ia melihat shein, lalu melihat yang lainnya...berulang kali

"aah..."

Ivvi memegang mawar yang ber-bercak darah dan kertas bertulis kata mengerikan itu dikantung gaunnya itu.

memang sebaiknya tidak kukatakan...

"berkasmu, mau kubantu?" tanya lilica

"mau makan apa kalian?"

"berkasmu, mau kubantu?"

"Tidak. Tidak perlu. Satu hari ini juga akan selesai, lagi pula aku tidak mau tidur," maksudnya sih tidak mau tidur supaya konsentrasi Shein tetap terjaga, dan tidak di rasuki Shien.

Shein kemudian seperti biasa, duduk di tempat duduk yang paling ujung. Hari ini benar-benar lemas.

"mau makan apa kalian?"

"Aku... roti Perancis saja, Pan de Algue," Shein melirik ke arah maid yang biasa membuatkannya teh, dan cukup dengan gerakan isyaratnya, maid itu langsung mengerti, Shein minta di buatkan teh.

"hn" jawab lilica cuek

"aku mau membaca dan aku tak lapar, makanlah dengan ivvi aku tak mau menggagu kalian hahaha" tawanya

"aah...tapi aku tidak lapar...", ummh..tumben sakali...

"sebentar..aku ingin...", ia mencari alasan untuk membuang mawar itu.

"ke kamar mandi.."

ia bergegas, dan berjalan pelan ke arah kamarnya..

"aah...tapi aku tidak lapar..."

Huh? Apa aku tidak salah dengar? Ivvi tidak lapar? Pasti ada yang salah...

Shein terus memperhatikan gerak-gerik Ivvi yang menurutnya memang mencurigakan. Dan terlihat dari wajahnya, dia sedang gelisah.

Kemudian dia memperhatikan Ivvi lagi, yang mencoba untuk menghindar, Shein buru-buru berdiri dari kursinya dan mencegat Ivvi. Shein memegang tangan Ivvi, terasa dingin.

"Ada apa? Kau terlihat gelisah... bahkan sampai tidak mau makan. Jika ada masalah, ceritakanlah padaku," tawar Shein, nada bicaranya di pelankan, tidak terlalu ber-emosi lagi."Apa itu yang ada di tanganmu?"

Shein samar-samar, sedikit melihat Ivvi menyembunyikan sesuatu.

Ren berlari lari masuk ke dalam kamar kerja Shein, tanpa mengetuknya sama sekali.
"Masteeeeer!" Teriaknya, wajahnya keliatan senang sekali. Seperti anak kecil baru mendapatkan barang yang diinginkannya

"Ini master, barangnya ada!" ujarnya sambil monyong.
Begitu melihat adegan Shein dan Ivvi, Ren langsung nyengir bego dan garuk garuk kepala, buru buru disembunyikannya 'barang' berupa buku itu di belakangnya.

"Ups." ujarnya nggak tahu diri "Sori." lanjutnya sambil menyengir lebar.

Buset dah, situasinya kok canggung gini?

"Ini master, barangnya ada!"

Shein melihat seseorang yang baru datang, ternyata Knight-nya, Ren. Shein agak bingung juga dengan barang yang dimaksud Ren.

"Sori."

"Tidak apa-apa. Kemana saja kau kemarin?" tanya Shein, menatap Ren dengan tatapan curiga, kemudian melihat buku yang di sembunyikan Ren(walau tidak terlalu jelas)."Itu buku porno lagi?" Shein berusaha melihat buku yang di sembunyikan Ren, agar lebih jelas, suaranya tentu di pelankan, agar tidak ada yang mendengar.

"Ya, pesanan master kan." Ren menyeringai lebar, menampilkan cengiran mesumnya.
"Susah loh nyari ini, limited edition." lanjutnya sambil memanyunkan mulutnya

"Ya, pesanan master kan."

Shein memutar otaknya, memikirkan kapan dia memesan buku "20 tahun ke atas" itu. Tapi Shein tidak mempedulikannya, dan tetap menyembunyikan buku yang di berikan Ren di jubahnya.

"Susah loh nyari ini, limited edition."

"Wahh, terima kasih ya... rasanya tumben-tumbenan kamu mau susah payah nyariin barang untukku. Mungkin kalau masalah yang seperti 'ini' kau memang paling bisa di andalkan," Shein juga tersenyum jahil, dan berniat untuk membuka-bukanya nanti di ruang kerjanya, setelah tidak ada siapa-siapa.

Ahh... padahal tadinya sudah ingin taubat. Tapi tidak apa-apa deh, aku ingin melihat isi buku ini sedikit saja...

Shein tersenyum mesum.