[RP]EINVERD HOUSE

Lokasi : Taman Belakang

Rhea masih berjalan-jalan seperti orang autis kebingungan, mencari-cari hal menarik yang bisa dilakukannya selain duduk melamun di bawah pohon itu. Ia lagi bosan untuk tidak memikirkan apapun.

Di sela langkahnya, tiba-tiba ia melihat Shein sedang berdiri di sana. "Hm..." belum berkomentar, namun tiba-tiba teringat ulahnya kemarin... memukul masternya. Mungkin ia harus meminta maaf?

... "Master," panggilnya dengan suara pelan. Namun nampaknya Shein terlalu fokus pada batu nisan di depannya. "Tuan Shien Einverd," panggilnya, bukan... hanya membaca nama usang yang tertulis di batu tersebut.

"Kenapa kau memntaku untuk tidak menyentuhmu? Bukankah dulu kau menyukaiku?"

Ivvi mulai memaksakan diri untung melepaskan pelukan shien.

"apa maksudmu ! aku tidak pernah mengenalmu ?!!", tegas ia berkata sambil mencoba melepas shien lebih kencang.

Shien sangat membuatnya menderita, Ivvi ingin sekali bangun dari tidurnya, namun semua digerakan oleh shien. gelap disana semakin membuat dingin keadaan

SHEIN SIDE

Shein masih memejamkan matanya, mencoba berdo'a untuk ketenangan kakaknya. Kalau memang benar yang merasuki Shein tadi adalah Shien, Shein berharap itu semua bisa di atasi dengan semua do'anya. Apakah akan berhasil?

"Master,"

Shein sebenarnya dapat mendengarnya, itu suara Rhea. Tetapi dia menyelesaikan dulu do'anya, setelah itu menjawab Rhea.

"Tuan Shien Einverd,"

"Ya. Sampai saat ini jasad kakakku belum di temukan. Aku ingin bertanya satu hal padamu, Rhea," Shein menatap Rhea dengan serius."Apa... kejadian tadi... menurutmu Shien nii-sama yang melakukannya? Apa kau merasakan sesuatu ketika dia datang?"

Shein kembali memejamkan matanya, merasakan angin yang saat itu berhembus kencang. Kelopak bunga rosa alba itu berterbangan kemana-mana.


SHIEN SIDE

"apa maksudmu ! aku tidak pernah mengenalmu ?!!

Shien hanya diam. Dia kemudian melepaskan pelukannya. Mendengar seseorang yang sepertinya sedang berbicara, bukan Ivvi, tetapi Shein.

"Dia... berdo'a untukku, huh?" Shein menatap ke langit-langit di mensi itu. Mendengar suara Shein.

Akhirnya Shein selesai berdoa, itu pasti doa untuk Shien. Yah, walaupun Rhea tidak mengenal Shien secara dekat, namun sejak awal ia bertemu dengan kembaran Masternya itu, Rhea sudah merasa tidak suka. Hm... mungkin itu hanya feeling atau apapun menyangkut hal tersebut.

Dan akhirnya niatan untuk meminta maaf sirna setelah Shein malah bertanya padanya soal kejadian yang lalu. Ia harus menjawab apa?

"Saya hanya merasa itu bukan Anda," hanya sebuah jawaban singkat. Chain satu ini memang agak minim dalam berekspresi.

"Saya hanya merasa itu bukan Anda,"

Shein diam saja. Memang Shien benar-benar berbeda dengannya. Sangat berbeda malah, bagaikan langit dan bumi.

"Itu benar. Shien nii-sama lebih hebat dari pada aku. Dari segi fisik maupun otak, bahkan dari segi kepemimpinannya ketika menjadi leader Einverd. Aku... masih terlalu jauh untuk mengejarnya."

Ya. Masih sangat jauh... mungkin aku tidak akan pernah bisa mengejarnya. Aku selalu tertinggal jauh. Jauh sekali

Rhea mendengarkan itu... oh curahan hati seorang saudara? Chain ini memang terlahir sendiri, tidak pernah memiliki saudara yang bisa membuatnya begitu iri dan merasa tertinggal. Tapi ia tidak mengenal Shien, ia hanya tahu perbedaan itu karena ia mengenai Shein.

"Itu bukan karena Tuan Shien lebih dari Anda Master. Itu karena saya tidak mengenal siapa orang yang tadi walau itu terlihat seperti Anda," lagi-lagi perlu dijelaskan maksudnya. Rhea bermaksud mengatakan bahwa walau Shien lebih kuat namun untuknya Shein tetap yang terkuat.

Siapa juga yang mau membela Master dari Chain lain.

"Itu bukan karena Tuan Shien lebih dari Anda Master. Itu karena saya tidak mengenal siapa orang yang tadi walau itu terlihat seperti Anda,"

Shein mulai merenung lagi. Ya, itu memang masuk akal.

"Haha, tentu saja. Kau belum mengenal kakakku yah. Ya, sayang sekali. Sekarang dia sudah tiada," Shein mengambil lagi bunga rosa alba yang ada di sekitar sana."Sekali lagi... aku berdo'a agar dia dapat tenang."

Shein membungkuk, dan menaruh rosa alba itu lagi. Dan sepertinya dua rosa alba sudah cukup untuk hari ini.

"Nah, bagaimana kalau kita segera ke ruang makan? Sepertinya sudah masuk jam makan siang," Shein melihat ke jam sakunya, memang sudah masuk waktu makan siang. Rhea biasanya semangat kalau sudah berurusan dengan makanan, bukan?

"Ah... ya," Rhea memang tidak mengenalnya, mau bagaimana lagi. Orang asing itu sudah pergi begitu mereka kembali dari Abyss kan, dan kalau masa perang itu rasanya sudah sangat lama sekali.

"Hm..." hanya terdiam memerhatikan Masternya lagi-lagi menaruh Risa Alba di batu nisan itu. Bunga yang cantik untuk orang yang salah. Tidak tahu lah.

Dan ngomong-ngomong soal jam makan siang, kebetulan sekali, phoenix putih ini memang sudah kelaparan makanya ia tidak bisa tidur. "Ah ya, ayo ke sana," ucapan pendek menyembunyikan semangat aslinya.

"Ah ya, ayo ke sana,"

Shein tersenyum, melihat Chainnya yang menyembunyikan emosinya itu. Sebelum Shein meninggalkan taman belakang, Shein menatap nisan itu lagi. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Dan dugaannya tentang Shien hanyalah khayalannya belaka.


LOKASI: Ruang makan kediaman Einverd

Shein tanpa di suruh sudah duduk manis di kursinya itu. Makan siangnya belum siap, seperti biasa Shein di suruh menunggu. Itu membuatnya kesal.

Meja di sana juga sangat panjang. Padahal hanya ada Shein dan Rhea yang duduk di situ.(yah, tau sendiri ruang makan era victorian kayak gimana)

omgcharainijaimbangetsih

Lokasi : Ruang Makan

Ruang makan di situ... ah ya, meja panjang yang biasa hanya ditempati oleh beberapa orang. Makanan belum tersaji hingga mereka harus menunggu, paling hanya sebentar namun kalau sudah lapar tetap saja terasa lama.

Dan itulah yang terlihat jelas dalam pandangan Rhea, wajahnya jelas-jelas menunjukkan kalau ia kecewa. "Ah... belum siap ya."

"Errh... lama sekali. MAID! Buatkan teh dulu, tolong sediakan saja Roti Prancisnya. Lebih baik aku makan roti dari pada kelaparan seperti ini," Shein mulai berbicara sendiri, dan marah-marah ke maidnya itu.

Sang maid pun dengan gugup menaruh teh di meja tersebut beserta beberapa potong roti Prancis. Maid itu adalah maid baru di kediaman Einverd. Kelihatannya dia belum terbiasa dengan kelakuan sok memerintah-nya Shein.

Shein depan pelan meneguk tehnya, dahinya berkerut merasakan ada yang tidak beres dengan tehnya.

"Teh ini... terlalu manis dan panasnya tidak sesuai dengan biasanya. Seharusnya hangatkan 3 menit saja, dan jangan menaruh sendoknya seperti ini," Shein membetulkan sendok yang sudah di masukkan ke cangkir itu."Untuk kesopanan, kau harus menaruhnya di sebelah cangkirnya, jangan dulu langsung di taruh ke dalam tehnya. Lalu, ganti cangkir dan piringnya dengan yang biasa kupakai. Dan jangan lupa, aku ingin WHITE TEA, bukan teh ini."

Shein ngoceh lagi, panjang lebar. Untuk masalah teh dia memang cerewet luar biasa. Maid itu matanya berkaca-kaca, merasa bersalah karena tehnya tidak sesuai dengan keinginan tuannya itu.

"Dia... berdo'a untukku, huh?"

Ivvi heran, shien berkata seperti itu. ia mulai menjaga jarak lagi, ruangan itu masih gelap.
dan kelihatannya shien sedang bingung dan terus menerus bilang 'kenapa dia mendoakan ku ?'.
kerewelan shien membuat Ivvi kesal, tombol juteknya langsung menyala.

PLAAAK !

"jangan pernah menyentuhku lagi orang aneh...", entah kenapa gerakan tampar itu refleks kearah shien, Ivvi menjadi tidak takut lagi. mungkinkah mimpi ini sudah kembali dikuasai Ivvi ?

Ok, mari kita ulangi adegan menyakitkan tadi.

PLAAAK !

Shien yang tidak berkonsentrasi gara-gara Shein yang mendo'akannya itu mulai kehilangan kendali mimpi Ivvi, apalagi setelah Shien di tampar oleh Ivvi.

Shien hanya memegangi pipi kanannya, sambil tersenyum licik.

"jangan pernah menyentuhku lagi orang aneh..."

"Baiklah," Shien berdiri dan menjentikkan tangannya, semuanya kembali seperti semula."Sampai jumpa lagi Ivvi, lain waktu aku mungkin akan membunuhmu. Jadi bersiaplah," Shien masih tersenyum licik.

"Sampai jumpa lagi Ivvi, lain waktu aku mungkin akan membunuhmu. Jadi bersiaplah,"

"kau boleh membunuhku...dengan satu syarat, jangan pernah menyiksa shein lagi !", tegas ia berkata dengan tatapan dingin kearah shien.

shien yang pergi, membuat Ivvi bisa menghembuskan nafas beratnya. ruangan itu kembali putih dan terang

dia...., aku mulai merasa...bahwaku mengenalnya

Dream (End)

"ughh...", mata Ivvi terbuka, dilihatnya atap-atap kamarnya.pusingnya hilang, namun ia menjadi kusut karna terlalu banyak berpikir.

Ivvi mengganti bajunya dan keluar kamarnya menghirup udara segar.

SHIEN SIDE

"kau boleh membunuhku...dengan satu syarat, jangan pernah menyiksa shein lagi !"

Shien hanya diam mendengar Ivvi berkata seperti itu, dia kembali ke dimensinya sendiri. Menyendiri lagi tanpa ada seorang pun yang menemani.


SHEIN SIDE

Shein meminum teh untuk yang kedua kalinya. Kali itu teh buatan maid barunya itu sudah agak lumayan dari pada yang pertama, walaupun belum bisa di bilang sempurna.

"Yah... sudah lumayan rasanya. Belajarlah membuat teh yang pas untukku dari para seniormu di sini," Shein kembali meneguk tehnya."Oh iya, tolong cek Nona Ivvi. Kalau dia sudah bangun, tolong ajak ke ruang makan."

Ivvi berjalan dilorong dengan menghembuskan nafas dengan berat setiap 5 kali melangkah.

"nona Ivvi...saatnya makan", bujuk salah satu maid yang melihat Ivvi datang tiba-tiba.

kriuuukk~

suara lapar perut Ivvi,"waktu yang tepat..!", katanya bersemangat melihat maid itu.

Ivvi berjalan kearah ruang makan, dituntuni maid itu.
__________________________________________________
Lokasi : Ruang makan

bau hidangan makanan membuat Ivvi semakin cepat sampai keruangan itu. dilihatnya rhea dan shein sedang duduk dan menunggu makanan datang.

"huweeh...aku lapar", katanya lesu, sambil mendekati meja makan.

Shein yang sedang ugal-ugalan gara-gara teh, langsung bersemangat setelah Ivvi ke ruang makan juga.

"huweeh...aku lapar"

Shein buru-buru menyediakan tempat duduk untuk Ivvi, dan melayaninya bagaikan seorang putri.

"Selamat pagi, Ivvi-chan," sapa Shein sambil tersenyum.

"Selamat pagi, Ivvi-chan,"

"selamat pagi...sepertinya semangat sekali hari ini", Ivvi menunjukan senyum jahilnya.

ia duduk ditempat yang disediakan dan melihat wajah shein. ia betul-betul mirip kakaknya...

eh ?? ukkh...lupakan Ivvi, jangan memikirkan orang bodoh yang dimimpimu itu..

dilihatnya secangkir teh shein didepannya. ia tidak tau cangkir itu milik shein
dengan sekali teguk ia meminum teh tersebut.

"fuuuh...", puas Ivvi meminumnya seperti meminum anggur wine.

"selamat pagi...sepertinya semangat sekali hari ini"

"Tentu saja... semuanya sudah kembali seperti semula, kan," jawab Shein riang, dia berpindah tempat duduk, ke yang lebih dekat dengan Ivvi.

Shein malah semakin girang ketika Ivvi meminum teh miliknya. Ada sebuah alasan, bukan karena tehnya, tapi karena..

"Kau tau, Ivvi? Meminuh tehku sama saja berciuman secara tidak langsung denganku," Shein mulai kambuh mesumnya.



PENGEN MUNTAH NULISNYA...

"Kau tau, Ivvi? Meminuh tehku sama saja berciuman secara tidak langsung denganku,"

"HAH ?!!!", wajah Ivvi memerah dan kaget mendengarnya. baru kali ini dia mendengar pepatah itu. bukannya tadi tehnya masih penuh kaya belom keminum ??

ditambah shein merubah posisi tempat duduknya dekat dengannya.

tangannya bergetar memegang cangkir itu."kau hanya berbohong kan ??", wajahnya masih memerah.

"kau hanya berbohong kan ??"

Shein malah semakin senang malihat reaksi Ivvi itu. Dia semakin merasa tertantang.

"Tidak, aku tidak bohong. Aku sudah meminumnya tadi," Shein semakin mendekati Ivvi, jarak mereka kini hanya sejengkal saja."Atau kau ingin secara langsung?"

Shein melihat wajah Ivvi yang memerah itu. Kini kemesumannya sudah kembali seperti semula.

"Atau kau ingin secara langsung?"

"A,APA MAKSUDMU !! DASAR ORANG MESUM !", wajahnya masih memerah melihat tampang shein yang sepertinya girang sekali melihatnya.

tangan Ivvi masih gemetar memegang cangkir itu.
a,aku tidak bisa menikah sekarang... >> , gumam dia tidak paham.

"A,APA MAKSUDMU !! DASAR ORANG MESUM !"

Shein menahan tawanya, masih ingin menggoda Ivvi sampai dia puas.

"Lho? Kenapa? Bukankah wajar bagi orang yang berpacaran itu berciuman?"

Shein kembali duduk seperti biasa lagi. Kemudian meneguk tehnya, dan dia teringat dengan kumpulan mitos yang di bacanya di buku.

"Aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan," Shein berbisik pelan pada Ivvi."Para tetua di Inggris mengatakan, jika seorang gadis sudah berciuman dengan seorang pria, baik langsung maupun tidak langsung, gadis itu harus menikahi pria itu."

Shein sangat girang dan bahagia hari ini. Oleh karena itu dia dapat menggombal seperti biasa lagi.

"Hng...."

Lagi-lagi kesibukan merayu wanita di pagi bolong.

ahahaha~

Benar kan, Masternya ini aneh sekali. Sudah tadi marah-marah pada Maid-nya kini menyibukkan diri dengan menganggu Chain lain di rumah itu. Rhea paling malas untuk duduk menganggu, ia kemudian melenggang menuju dapur melihat kinerja para koki di sana.

...

Shein memperhatikan Rhea yang sedang berusaha untuk menghindar, kemudian Shein buru-buru menyuruhnya untuk kembali.

"Duduklah di tempat asalmu, Rhea. Makanan sebentar lagi akan siap. Atau jika kau mau, kau bisa membuatkan teh untukku," Shein berusaha untuk menyiksa Chainnya lagi kali ini.