[FRP] Childhood Memories

"Are... bukankah kalian yang aneh? Aku hanya ingin mengambil gulali itu saja. Kenapa dipermasalahkan?"

"Sikap masokismu mirip dengan kakakku, anak aneh." ucap Selena tanpa jeda. "Mungkin kau bisa cocok untuk menggantikan kakakku."

Selena, kenapa kamu malah tertarik pada maling gulali seperti dia?
mungkin selain memorinya hilang, mentalnya kacau.

"Aku tidak akan pernah minta maaf!" Shion menjulurkan lidahnya pada Seira.

..GONJRENG... "rese amat ini anak, dibilangin nambah ngelunjak" pikir Seira. Seira meraih baju Shion lalu berteriak kencang bak pake toa di kuping Shion "POKOKNYA MINTA MAAAAAF!!!!!!!!!!!"

===================
pi yg kesel bukan cuma charanya... PMnya juga gedek.... =))
mohon bagi anak2 yg baik atopun tidak, jangan tiru perkataan Seira ya...

"Memang rencanaku begitu. Kau hebat ya bisa membaca pikiranku,"

Lotti pun semakin jengkel ketika mendengar ucapan anak ini
Lotti hanya terdiam dan mengepalkan tangannya, bersiap memukul anak itu lagi.

"Are... bukankah kalian yang aneh? Aku hanya ingin mengambil gulali itu saja. Kenapa dipermasalahkan?"

"Kau bodoh ya? Mentang-mentang lebih tua kau bersikap seenaknya sendiri...." ucap Lotti dengan tampang mengejek

"Sudahlah, anak ini kepalanya udah ngga berfungsi normal..." ucap Lotti setelah memukul anak itu lagi dan tetap memasang wajah ngeledek>>

oot : ADUH, SHION DISERANG *PM mulai panik *
___________________________________

"Mungkin kau bisa cocok untuk menggantikan kakakku."

Shion mengangkat sebelah alisnya, memperhatikan Selena. Mata merah maroonnya menatap mata Selena, Shion jelas tertarik dengan gadis itu.

"Kalau begitu bagaimana kalau aku jadi kakakmu?" Shion menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

Dia pikir akan menarik juga dapat mempunyai adik. Mengingat Shion adalah anak bungsu di keluarganya.

"POKOKNYA MINTA MAAAAAF!!!!!!!!!!!"

Sekarang Shion diteriaki oleh Seira dengan toa-nya. Shion merebut toa itu dari tangan Seira, dan balik meneriaki Seira.

"AKU TETAP TIDAK MAUUUUUUU!!!"

"Sudahlah, anak ini kepalanya udah ngga berfungsi normal..."

"Eh, tapi aku masih ingin bermain dengan kalian," ucap Shion polos, mengacuhkan kata-kata yang dilontarkan oleh anak-anak itu.

"Kalau begitu bagaimana kalau aku jadi kakakmu?"

"tidak usah, kupikir kau tidak cocok jadi kakakku." begitu ungkapnya.

"Sudahlah, anak ini kepalanya udah ngga berfungsi normal..."

"Aku rasa juga begitu..." Selena setuju.

"Eh, tapi aku masih ingin bermain dengan kalian,"

Lotti yang semakin jengkel merebut toa dari tangan Shion dan berteriak di telinganya. "WOIIII!! KALO MAU MAEN TU MAEN YANG NORMAL!!" ucap Lotti kemudian merusak toa itu

"Aku rasa juga begitu..."

"Ternyata kita sependapat.... " ucapnya sambil melihat ke arah Selena..

"tidak usah, kupikir kau tidak cocok jadi kakakku."

Diluar dugaan Shion. Shion mengira Selena akan meloncat kegirangan ketika dia menawarkan Selena untuk menjadi adiknya. Shion tidak bisa menebak apa yang akan Selena lakukan selanjutnya.

"Sayang sekali kalau begitu. Kau pasti akan senang kalau aku yang jadi kakakmu," ucapnya ke ge-eran.

Shion baru sadar dia belum berkenalan dengan perempuan itu.

"Oh ya namamu siapa?" tanyanya langsung pada Selena

"WOIIII!! KALO MAU MAEN TU MAEN YANG NORMAL!!"

Shion mengangkat sebelah alisnya lagi, masih belum mengerti.

"Bukannya kalian yang tidak normal? Tiba-tiba saja mencaci maki aku yang tidak bersalah ini," Shion sama sekali tidak merasa kalau dialah yang memicu pertengkaran itu.

"Ternyata kita sependapat.... "

"Yah..." Selena mengangguk. "Tapi aku bisa menganggapnya seperti kakakku sendiri..."

Selena yang memorinya belum kembali hanya duduk main pasir lagi.

"Bukannya kalian yang tidak normal? Tiba-tiba saja mencaci maki aku yang tidak bersalah ini,"

"TIDAK BERSALAH HAH?? TINGKAH LAKUMU ITU JELAS-JELAS NGACO DAN NGGA BENER TAU!!" ucap Lotti dengan wajah>>

Lotti yang masih kecil ini memang gampang marah. Namanya juga anak kecil*plak*.

"Yah..." Selena mengangguk. "Tapi aku bisa menganggapnya seperti kakakku sendiri..."

"Tapi setidaknya kakakmu tidak se-abnormal dia..." ucap Lotti sambil death glare ke Shion.

"Oh ya namamu siapa?"

"Ma--maaf, aku lupa dengan namaku...tapi Ellen-chan bilang ia memanggilku Selena. Jadi mungkin...namaku Selena." jelasnya.

"Tapi setidaknya kakakmu tidak se-abnormal dia..."

"Kau tidak akan tahu kakakku segila apa..." ucap Selena.

"TIDAK BERSALAH HAH?? TINGKAH LAKUMU ITU JELAS-JELAS NGACO DAN NGGA BENER TAU!!"

"Kalau aku boleh tau, hal apa dari tingkah laku-ku yang ngaco itu?" tanya Shion tetap tidak mengerti.

Shion tidak pernah menyadari kalau tingkah lakunya sering membuat orang kesal. Shion yang mulai agak bosan kemudian berdiri diatas ayunan, dan berayun-ayun disana.

"Ma--maaf, aku lupa dengan namaku...tapi Ellen-chan bilang ia memanggilku Selena. Jadi mungkin...namaku Selena."

"Selena-chan ya," Shion bergumam, sambil tetap berayun-ayun di ayunan itu."Kau menderita amnesia?" tanya Shion semakin penasaran

"Kau menderita amnesia?"

"Kakakku juga bilang kalau aku punya amnesia." Selena masih bermain di kotak pasir. "...Tapi kurasa aku terlalu merepotkannya..."

"Kalau aku boleh tau, hal apa dari tingkah laku-ku yang ngaco itu?"

"...... dasar ngga peka......" gumam Lotti.

"Kau mau tau tindakanmu yang ngaco ya?? fufufufufufu........... SEMUA TINDAKANMU SUDAH NGACO!!! GA PERLU DITANYA LAGI!!!" Teriak Lotti sambil melempari Shion dengan batu...

-----------------------------
Lama-lama PM-nya juga sebel nih =w=

"Kakakku juga bilang kalau aku punya amnesia."

Shion hanya mengangguk-angguk. Baginya cukup mengerikan juga, jika mempunyai penyakit amnesia seperti itu. Bahkan Shion tidak bisa membayangkan kalau dia menderita penyakit seperti itu dan menyadari kalau dia tidak mengenal siapapun didunia ini.

Pasti menyedihkan sekali, Shion bisa membayangkan bagaimana perasaan Selena. Walau dia sendiri tidak terlalu mengerti.

Shion kemudian melompat ketika ayunannya berada diatas. Dia mendarat tepat di tanah, pendaratan yang mulus.

"Kalau begitu... apa kau merasakan sendiri, Selena-chan? Pasti tidak enak kan kalau terus-terusan seperti itu?"

Shion kadang memang menyebalkan, tapi kadang juga dia pengertian.

"Kau mau tau tindakanmu yang ngaco ya?? fufufufufufu........... SEMUA TINDAKANMU SUDAH NGACO!!! GA PERLU DITANYA LAGI!!!"

Shion segera menghindar ketika Lotti melemparinya dengan batu.

Jujur, dia tidak mengerti. Sifatnya memang seperti itu, walaupun Shion ingin merubahnya tapi tetap saja tidak bisa.

"Jadi semua tindakanku ya," Shion menendang batu yang tadi dilempar oleh Lotti, dia memperhatikan ke atas langit, menerawang jauh membuatnya cukup tenang."Tapi aku memang seperti ini kan? Aku tidak akan bisa mengubah sifatku."

"Jadi semua tindakanku ya,"

"Memang smuanya akibat ulahmu..." ucapnya setelah kembali tenang..

"Tapi aku memang seperti ini kan? Aku tidak akan bisa mengubah sifatku."

"Aku tidak tahu bagaimana sifatmu sebenarnya, tapi...semua itu bisa diubah... asal ada kemauan....." ucap Lotti. Lotti sudah kembali tenang seperti biasanya dan memandang ke arah Seira dan Haze..

"Kalau begitu... apa kau merasakan sendiri, Selena-chan? Pasti tidak enak kan kalau terus-terusan seperti itu?"

"...Entahlah, aku sudah terbiasa..." ucapnya pada Shion.

Ia tidak senang melihat keadaan saat itu.

"Kalian berdua, sudah hentikan! Jangan berantem lagi!!" pinta Selena.

"Memang smuanya akibat ulahmu..."

Shion mendesah pelan. Entah kenapa dia menjadi kehilangan semangatnya untuk membuat orang-orang kesal. Mungkin gara-gara dari tadi dia sudah dimusuhi oleh anak-anak disana.

"...Entahlah, aku sudah terbiasa..."

Shion hanya mengangguk saja menanggapi perkataan Selena itu. Entah dia harus menjawab apa lagi.

Tak lama setelah itu terdengar suara seorang perempuan memanggil-manggil nama Shion. Tentu itu adalah Claudia, maid yang bertugas menjaganya. Bersama dengan kedua kakak kembarnya, Shein dan Shien Einverd juga bersama Claudia.

"Eh, Claudia!" Shion menarik-narik tangan Claudia, mengajaknya untuk ikut bermain juga."Aku senang sekali, tempat ini menyenangkan."

Shion melompat-lompat gembira, diusianya memang wajar seorang anak bertingkah laku hiperaktif.

"Hm...jadi... kapan kita main petak umpetnya?" Shion menatap lotti. Padahal lotti tidak pernah mengajaknya.

"Kalian berdua, sudah hentikan! Jangan berantem lagi!!"

Melihat Selena yang sudah nampak tidak senang seperti itu, Lotti pun memutuskan untuk diam dan pergi menjauh sambil mengambil buku yang di bawanya dan duduk di salah satu bangku di taman itu untuk membaca buku itu..

"Hm...jadi... kapan kita main petak umpetnya?"

"Tanya saja pada kedua anak itu" kata Lotti sambil menunjuk ke arah Haze dan Seira..

Selena ikutan diam.
Tetapi ia setidaknya harus mengembalikan ingatannya.

"...Hei, kalian berdua tidak punya hal lain untuk dilakukan?" tanya Selena pada Lotti dan Shion

"...Hei, kalian berdua tidak punya hal lain untuk dilakukan?"

"Hal lain? Seperti apa contohnya?" jawab Lotti sambil terus membaca bukunya. Lotti pun kembali diam dan membaca buku itu.

"Hal lain? Seperti apa contohnya?"

"Seperti permainan? atau sekadar cerita-cerita?" tanya Selena lagi. "Aku ingin dengar tentang kalian..."

"...Hei, kalian berdua tidak punya hal lain untuk dilakukan?"

Shion kembali bersemangat lagi.

"Eh, eh, bagaimana kalau kita memanjat pohon saja?" Shion menunjuk ke pohon besar yang ada disana.

Shion memang hobi memanjat pohon.

"Bagaimana?"

"Seperti permainan? atau sekadar cerita-cerita?"

"Kalau permainan tanyalah pada anak itu" kata Lotti sambil nunjuk ke Haze. "Cerita ya? Tampaknya saya tidak memiliki hal untuk diceritakan..." lanjutnya.

"Aku ingin dengar tentang kalian..."

"Silahkan tanya apa saja, saya akan membalasnya dengan jujur..." kata Lotti sambil tersenyum.

"Eh, eh, bagaimana kalau kita memanjat pohon saja?""Bagaimana?"

"Terserah kamu... Ngomong-ngomong saya belum tahu nama anda.... Perkenalkan saya Charlotte Zepherius, anda bisa memanggil saya Lotti.." ucap Lotti dengan tampang datar.

"Silahkan tanya apa saja, saya akan membalasnya dengan jujur..."

"...Baiklah." Selena berdehem. "Apa aku bisa bertemu kalian lagi saat ingatanku kembali?" tanyanya pada semuanya.

"Eh, eh, bagaimana kalau kita memanjat pohon saja?"

"Tidak, aku tidak mau." tolaknya mentah-mentah pada Shion.

"Apa aku bisa bertemu kalian lagi saat ingatanku kembali?"

"Tentu saja bisa, ngomong-ngomong siapakah anda?" kata Lotti sambil menutup bukunya dan memandang ke arah Selena.