[Main RP]Chapter 2 - Punishment

Alice duduk lalu memegangi nisan kakaknya.
"Kak.. Kau bisa dengar suaraku?", Alice mencoba memakai ability-nya, mediumship yang berarti bisa bicara dengan mayat atau arwah disekitarnya. Dan ternyata bisa digunakan hanya dengan memegang nisan makam, padahal itu MUSTAHIL UNTUK DILAKUKAN, suatu keanehan yang tak mungkin..
"Alice? Kaukah itu?", seseorang yaitu alm.kakaknya menjawab sahutan Alice.
"Lho? Kukira kakak tidak bisa mendengar suaraku.."
"Alice kan memiliki kekuatan mediumship.."
"Kan ada batasan dari kekuatan itu.."

Alice terus bercakap-cakap dengan kakaknya. Padahal tidak ada siapa-siapa didekatnya. Hanya batu nisan dan 'makam' ibunya. Sebenarnya ia tidak sendiri. Ada arwah keluarganya didekat dirinya. Tapi, mungkin tidak ada yang sadar.

"ayo kita lihat juga makamnya"

Shein mengangguk, dan hanya mengikuti Alice dan Lilica saja.

Shein kemudian memperhatikan Alice yang mulai ngomong sendiri. Shein mengira itu hanya sebuah ungkapan, seperti orang-orang lain yang sudah di tinggalkan, Shein tidak tau Alice mempunyai kemampuan-kemampuan seperti itu.

Shein mengeluarkan bunga rosa alba yang selalu di simpan di balik jubahnya, dan ikut menaruhnya di depan batu nisan itu.

Shein membungkuk, dan mulai berdo'a juga.

Alice sekilas melihat Lilica dan Shein ikut datang.

"Kak.. Ini kedua temanku... Shein dan Lilica Einverd..", Alice menunjuk kedua temannya itu.
"Senang berkenalan dengan kalian..."
"Kakakku bilang, 'senang berkenalan dengan kalian'.. Itu yang ingin kakakku sampaikan pada kalian...", Alice mengulang kembali kalimat kakaknya itu agar temannya tau apa yang dikatakan kakaknya itu.

Kairi pun juga ikut datang

"ah halo juga kau kakaknya Alice? Salam kenal saya kairi salah satu teman Alice juga" kata kairi

"lilica kau tidak menyapanya? Ia bilang halo"

lilica pun segra menyapanya "ah halo!"

"lebih baik kairi saja yang menggantikan aku bicara, kasian jika alice harus terus mentranslate"

"Tak usah.. Memangnya kairi punya kemampuan Mediumship? Tak apaa...", Alice menolaknya dengan halus.

"Sikapmu memang tak pernah berubah ya"
"Oh.. Kak, Alice minta maaf ya atas kejadian itu.."
"Sudahlaah.. Itu kan sudah berlalu... Yang penting kau jangan terus-terusan menyalahkan dirimu itu..."
"Terimakasih ya kak...", Alice memeluk nisan itu erat-erat

"bisa mendengar tapi tak bisa melihat" jelas kairi

"bagaimana keadaan anda di alam sana?"

Ren yang daritadi terdiam mengikuti Shein, ikut berdoa di belakangnya.

Dari tadi ia tak mau bersuara, soalnya dia merasa nggak enak juga, ribut ribut di tempat macam ini.

"Kakakku bilang, 'senang berkenalan dengan kalian'.. Itu yang ingin kakakku sampaikan pada kalian...",

"Eh--ah...," Shein agak salting juga. Untuk pertama kalinya mungkin dia harus berkenalan dengan seseorang yang wujudnya tak dapat Shein lihat."Saya Shein Einverd. Senang berkenalan dengan anda."

Kemudian, Shein melihat kebelakangnya, baru sadar juga di sana ternyata ada knight-nya, Ren.

Tidak banyak berkata-kata, Shein masih tetap membungkuk kearah batu nisan yang ada didepannya.

"shein tumben kau formal" tawa lilica

ia lau menghadap batu Nisan itu "hei Salam kenal namamu lilica einverd hahah kau tak bosan di sana?" Tanya lilica

"Psst! Eh, Lilica! Panggil Ren setengah berbisik ke Lilica "Itu yang di dalem sana siapa sih? lanjutnya bingung. Dari tadi ia sibuk dalam pikirannya, mau beli buku mesum terbaru, jadinya nggak dengerin.

"bodoh" ejek lilica pelan

"di situ Ada roh Dari almarhum kakaknya Alice! Cepat kenalkan dirimu!" kata lilica lagi

"Ini makam kakakku.. Lalu sebelahnya ayahku.. Dan pohon itu makam ibuku.. Kak, kau rasuki saja diriku dulu.., pinta Alice pada kakaknya.

"Ah.. Baiklah.. Maaf ya...

Seketika ada sebuah ransangan membuat Alice terhuyung. Semua serasa berputar, berkunang-kunang. Perlahan alice berkeringat dingin,badannya gemetar,sakitnya minta ampun sampai berteriak keras.
"aaaaaaaaagh!!!!", saking kesakitan ia pingsan.

Sesaat kemudian,Alice..er..maksudnya Nagisa[kakak Alice]bangun perlahan, melihat sekelilingnya lalu berdiri. Artinya nagisa sudah mengendalikan Alice.
"Ah.. Perkenalkan, saya Nagisa Springfield.. Kakak alice.. Kalian pasti teman Alice.. Nah, mohon bantuannya.. Kurasa Alice menderita ya..", Nagisa menghela napas. Tiba-tiba tangan kirinya bergerak sendiri, agak gemetar yang berarti Alice gerakin, mengeluarkan kertas dalam jubahnya dan sebuah pena ditangan kananya. Lalu menulis sesuatu. Nagisa membacanya, sambil tangannya menulis sendiri.

"O-oh, maaf Alice-sama!" ujarnya sambil garuk-garuk kepala

"Halo, kakanya Alice-sama." Ren membungkuk menghormat ke Alice yang sekarang dirasuki kakaknya itu.

The Chain and Servant

Mereka berdua hanya termenung melihat sikap Alice. Yah, masing-masing dari mereka telah merasakan kehilangan dan ditinggalkan orang-orang terdekat. Apalagi Brendan yang melihat pertumpahan darah seumur hidupnya = w =.

Ulqui : PM males gerakin satu-satu *ditabok*

"wH keren bisa dirasuki ya??" mata kairi berbinar binar

"gantian dong!! Aku juga ingin tahu rasanya dirasuki!!"

"Halo, kakanya Alice-sama." Ren membungkuk menghormat ke Alice yang sekarang dirasuki kakaknya itu.

"Ah.. Salam kenal juga..", Nagisa membungkuk hormat lagi.

"wH keren bisa dirasuki ya??" mata kairi berbinar binar

"gantian dong!! Aku juga ingin tahu rasanya dirasuki!!"

"ENAK AJA!! KAK JANGAN MAU!!", Alice kembali lagi, lalu kakaknya lagi-lagi mengendalikan. Mereka bolak-balik bergantian kendali.
"Sabar..tahan emosimu. Hahaha", kakaknya tertawa.

"ayolah" kata kairi memohon xD

"pleasee??"

Woi woi ==
Kok jadi acara rasuk-rasukan?
Udahan donk ==
Keluar jalur nih kayaknya ==

======================

The Chain

"ayolah"
"pleasee??"

Zeno langsung mengacak-acak rambut Lilica. "jangan hoi, bahaya". Aneh, kenapa mau dirasukin begitu? Kalau kenapa-napa gimana? Roh kakaknya Alice kan jadi tak tenang juga.

The Servant

Iya setuju dengan Zeno, memenag mencoba-coba hal seperti itu bahaya sekali. "Lebih baik jangan, Lilica-sama. Alica-san, apakah anda bisa mencoba lepas dari kendali kakak anda?" Brendan bersiaga.

Oot : itu kairi lohh XD

"bukan gue kok yang mau!" kata lilica protes

"itu kairi Kali?!"

Awakakak, salah kira XD
Mendingan dipisah dialognya..
Dan diperpanjang sedikit dialognya biar gak terjadi kesalahan teknis lagi XD

==============

The Chain

Ini si Zeno kenapa-napa ato gimana. Yang ngomong Kairi kok malah Lilica yang diomelin? "Aku hanya memintamu untuk memerintah pelayanmu" Zeno beralasan pada Lilica, jelas-jelas dia yang salah.

The Servant

Pelayan yang satu ini cuek aja. Bodo amat dia salah ato gimana, tak peduli~ XD. "Ah, pokoknya jangan dicoba" tegasnya.

wokeh2...
==================================

"ayolah" kata kairi memohon xD

"pleasee??"

"Hahaha.. gimana yaa...", Nagisa menggaruk-garuk kepalanya.

Lebih baik jangan, Lilica-sama. Alica-san, apakah anda bisa mencoba lepas dari kendali kakak anda?"

"Eh? Bisa saja sih....", Alice lalu memejamkan matanya. Arwah kakaknya mulai keluar dari dirinya.
"Hosh..hosh..hosh.. capeek...", Alice terduduk dan tergeletak disana.

"gantian!!" jerit kairi girang

"onegaii??" pintanya pada lilica

lilica pun hanya menarik nafas dan menjawab "silahkan"

"yeii" jerit kairi lagi

"Kak, sampaikan salamku pada ayah dan ibu ya..", Alice memegang kembali nisan kakaknya agar bisa memakai kekuatan Mediumshipnya.
"Tentu saja, dik.."
"Oh iya kak, padahal.. Mediumship itu hanya bisa berkomunikasi dengan mayat saja ya? Tapi...Kenapa aku bisa berkomunikasi dengan kakak? Kan mayat kakak saat ini tidak ada lho.. Hanya batu nisan saja..", Alice makin linglung.
"Entahlah... Mana kakak tau?"
"Eh kak, Alice minta maaf ya... Karena kebakaran itu, Alice jadi membunuh ayah dan ibu... Hng..", Alice meringkuk lalu menyandarkan kepalanya diatas nisan kakaknya.
"Ah, sudahlah... Nasi telah jadi bubur.. Kau tak usah menyesal atas hal yang sudah-sudah.."
"Kak, sekarang umur Alice sudah 117 tahun lho hahaha karena masuk Abyss.. Gara-gara Cocytus diambil oleh salah satu member Deindery sejak pembunuhan 'itu'... Lalu aku dan Yukiji mencurinya kembali, tapi ketahuan dan kami berdua masuk Abyss.. Cih.. Keluarga Deindery berengsek...", Alice mulai memukul sebuah batu didekatnya.

BRAK

"yahhh" kata kairi sedih

"ayo dong rasukin saya?? yahh??" pintanya

"yahhh" kata kairi sedih

"ayo dong rasukin saya?? yahh??" pintanya

"Sudah ah... Nggak enak lho dirasukin itu..Kalau kakak bisa, pasti ayah dan ibu bisa...", Alice bangkit lalu memegang nisan ayah dan 'makam' ibunya.