[Main RP]Chapter 2 - Punishment

"Aku kali yang lebih tua darimu"

"Sesukamu deh," Shein langsung mengambil Youghurt pemberian Zeno, dan langsung melahapnya habis."Ah, terima kasih makanannya," ucap Shein, riang.

Kemudian dia memperhatikan Brendan dari ujung rambut sampai ke kakinya.

"Selamat.. pagi Shein-sama, Zeno-sama"

"Oh, pagi juga, Brendan," jawab Shein, seperti biasa, dia bersikap sok kenal kepada orang yang baru dikenalnya itu.

"Banyak.. Disini sih tempat buat bersantai.. Bahkan di pintu itu adalah ruangan teleportasi.", Alice menjelaskan panjang lebar.

"Yosh.. Daripada rumah ini makin hancur, aku tinggal disini lagi.. Ng, rupanya hidraulis maut itu masih ada..", Alice tersenyum licik melihat hidraulis jebakan yang ia buat.

Lalu ia melihat Zeno dan Brendan ada dirumahnya.

"Hahaha berkunjung juga.. Maaf ya kalau rumahku ini bau-bau darah.. Gara-gara 'itu' sih.. Ayo silahkan duduk", Alice mempersilahkan mereka masuk.

"ah halo semuanya," sapa lilica

"maaf yah merepotkanmu alice"

"Yosh.. Daripada rumah ini makin hancur, aku tinggal disini lagi.. Ng, rupanya hidraulis maut itu masih ada.."

"Hahaha berkunjung juga.. Maaf ya kalau rumahku ini bau-bau darah.. Gara-gara 'itu' sih.. Ayo silahkan duduk"

Satu kata dan komentar Shein untuk rumah ini:

Menyeramkan... hidraulis dan darah katanya? Ahh... benar-benar tempat pengasingan

Shein mengangguk-angguk saja, tidak banyak berkata-kata dan memilih untuk duduk di sana, memandang sekitarnya. Tapi tetap penasaran, bau darah yang di maksud oleh Alice itu.

"Maksudmu bau darah apa? Gara-gara 'itu' ?" rasa ingin tau laki-laki yang satu ini memang besar, ingin tau segalanya.

"ah halo semuanya,"

Shein melihat lagi siapa yang datang, ternyata Lilica. Shein tetap duduk, menatap pohon-pohon kering yang ada di sekitarnya.

"halo shein, apa kabar?" tanya lilica yang merasa khawatir terhadap kakaknya itu

'tumben pandangannya begitu kosong, mungkin temoat ini menyimpan banyak kenangan?' pikir lilica

The Chain

"Sesukamu deh,"
"Ah, terima kasih makanannya,"

Zeno mengangguk-angguk, memang yoghurt adalah makanan nomor 1 di dunia ini.

"Memang, yoghurt itu makanan terbaik di dunia ini"

The Servant

"Oh, pagi juga, Brendan,"

Bagi Brendan, sepertinya ini kali pertama ia berjumpa kembali dengan Shein setelah 100 tahunan tak bertemu. Yah, dia hanya bisa senyum-senyum aja.

"halo shein, apa kabar?"

"Baik, kau bagaimana?" tanya Shein datar.

Masih bersandar di kursinya, malas kemana-mana. Hanya memandang pohon-pohon tua, dan berharap untuk bisa mengingat letak makam Claudia.

"Memang, yoghurt itu makanan terbaik di dunia ini"

Shein mengangguk-angguk saja, mencoba untuk memahami makanan kesukaan Zeno itu. Hanya sedikit tidak menyangka, orang seperti Zeno ternyata menyukai Yoghurt?

"Kau sepertinya sangat menyukai Yoghurt ya... aku sedikit tidak menyangka," Shein menahan tawanya, entah kenapa ingin mentertawakan Zeno.

"bohong" sergah lilica

"ada apa sebenarnya? bilanglah mungkin aku bisa membantu" kata lilica

"oya tadi waktu jalan jalan aku melihat sebuah makan tua, mengapa bisa dikubur di situ?"

The Chain

"Kau sepertinya sangat menyukai Yoghurt ya... aku sedikit tidak menyangka,"

Zeno bengong. Kenapa Shein bisa berpikiran seperti itu? Memangnya ada yang salah kalau dia suka yoghurt?

"Kenapa ada masalah?" Wajah Zeno seolah nantangin Shein XD.

The Servant
Brendan melihat sekeliling tanpa memperdulikan obrolan Shein dan Zeno. Lingkungan yang kumuh dan yahh, membangkitkan memori masa lalu. ==..

Brendan menatapi lingkungan tersebut seakan-akan seperti menonton film kenangan masa lalu. "ahh.."

"ada apa sebenarnya? bilanglah mungkin aku bisa membantu"

Shein menggeleng lagi. Lebih memilih untuk menyimpan masalahnya sendiri, dan tidak akan pernah menceritakannya pada siapa pun.

"oya tadi waktu jalan jalan aku melihat sebuah makan tua, mengapa bisa dikubur di situ?"

Huh? Makam tua? Ah, mungkin saja itu hanya makam biasa. Pemakaman orang-orang yang meninggal 100 tahun yang lalu. Seingatku, keluarga Einverd menguburkan Claudia di makam yang terawat, hanya saja aku lupa di mana itu.

Shein diam saja, dan masih berpikir, di mana tempat tersebut. Dan, dia tidak membawa bunga rosa alba, kalaupun dia menemukan makam Claudia, rasanya kurang pas jika menjenguk tanpa membawakan bunga.

"Kenapa ada masalah?"

"Sedikit bermasalah. Hanya tidak menyangka orang yang serius dan pintar sepertimu ternyata makan Yoghurt juga. Kukira... makananmu sehari-hari itu membosankan," jawab Shein, jujur.

The Chain
"Sedikit bermasalah. Hanya tidak menyangka orang yang serius dan pintar sepertimu ternyata makan Yoghurt juga. Kukira... makananmu sehari-hari itu membosankan,"

Ah.. Zeno dibilang pintar dan serius. Ahahahaha.. PMnya bingung negh *Diremes Zeno*

"Oh... Memangnya menurutmu aku suka makan apa?" Zeno jadi ingin tahu penilaian Shein terhadap dirinya. Dikatain pinter dan serius pula XD

The Servant
Brendan anteng-anteng aja. Kagak diajak ngobrol, dikacangin. Dia ngeliatin banyak kecoak lewat. Memang sudah benar-benar tak terurus. Padahal dulunya sangat.. Haah.. Brendan hanya bisa menghela nafas.

"makamnya rasanya punya keluarga kita deh, ada simbolnya oalnya" kata lilica lagi mencoba memancing reaksi shein

"zeno kau bawa yogurt? aku minta dong"

The Chain

"zeno kau bawa yogurt? aku minta dong"

Zeno menatap Lilica. Ini anak satu mau ngabisin jatah yoghurt gue lagi.. *Digencet Zeno* XD.

"Sini, sini.. Mau rasa apa?" Zeno memeperlihatkan isi tas yang ia bawa. Jarang banget ia bawa tas kalau bukan untuk YOGHURT! XD

"Alice, mau juga? Err... Brendan? Gimana denganmu?" Zeno sebenarnya ogah nawarin Brendan. Yah, entah mengapa rasanya orang itu menyebalkan.

The Servant

"Alice, mau juga? Err... Brendan? Gimana denganmu?"

Brendan melihat Zeno sekilas. "Tidak, terima kasih" Tolaknya dengan senyum-senyum. Dia tahu Zeno pasti tak ingin kehilangan satu jatah yoghurtnya lagi. XD

"rasa stroberi ada?" tanya lilica

"aku sedang tak enak badan jadi harus cari energi dari makanan"

The Chain

"rasa stroberi ada?"
"aku sedang tak enak badan jadi harus cari energi dari makanan"

"Ah, sayang.. Tadi sudah kumakan yang terakhir" Zeno memang cinta rasa stoberi kayak PMnya. Zeno jadi bingung mesti ngapain, soalnya si Lilica seperti ngarep banget *Dibacok Lilica* XD

"Tidak, terima kasih"

Ah, ini orang nyebelin satu. Malah nolak pemberian Zeno yang terbaik. "Serius?" Zeno bertanya kembali.

The Servant

"Serius?"

Brendan menangguk-angguk. "Anda tidak mau kehilangan satu jatah yoghurt lagi kan?" Brendan berterus terang tentang alasannya.

"Oh... Memangnya menurutmu aku suka makan apa?"

Tidak menyangka di tanya begitu oleh Zeno.

"Aku? Ah... apa yah... mungkin roti Perancis," jawab Shein asal, dan mulai melamun lagi.

"makamnya rasanya punya keluarga kita deh, ada simbolnya oalnya"

"Oh...," jawab Shein pendek, dan mulai melamun lagi.

Tentu saja banyak makam keluarga Einverd di sini... dulu kan tempat ini tempat pertarungan. Tidak aneh jika ada makam para bangsawan juga di sini...

"emm baiklah jeruk ada?" tanya lilica lagi

"ah ini dia"

"Maksudmu bau darah apa? Gara-gara 'itu' ?"

"Yah... kira-kira 107 tahun yang lalu... Dimana satu kota ini terbakar, dan aku sampai membuat kedua orangtuaku meninggal... Lalu 3 tahun berikutnya, aku tak sengaja membunuh kakakku sendiri.. Benar-benar legenda konyol...", Alice melihat hidraulis tua yang dibuat khusus untuk jebakan orang-orang.

"Hidraulis ini... adalah jebakan. Hahaha hati-hati kalau kau menekannya.. Itu adalah HIDRAULIS TERKUTUK yang kubuat bersama ayahku.. Bisa saja sih kau memainkannya, tapi siap-siap saja nyawa melayang...", Alice tersenyum licik.

"oya tadi waktu jalan jalan aku melihat sebuah makan tua, mengapa bisa dikubur di situ?"

"Haha tidak..tidak... Itu kuburan ayahku, ibuku dan kakakku.. Sudah ratusan tahun kutinggalkan mereka....", tangan kanannya gemetar. Ia memegangi kalungnya dengan erat.

"Yah... kira-kira 107 tahun yang lalu... Dimana satu kota ini terbakar, dan aku sampai membuat kedua orangtuaku meninggal... Lalu 3 tahun berikutnya, aku tak sengaja membunuh kakakku sendiri.. Benar-benar legenda konyol..."

Shein yang sedang tenang-tenang saja duduk di kursinya, hampir saja jatuh, gara-gara kaget mendengar perkataan Alice.

"Membunuh kakakmu? Kenapa?" sebuah kenyataan yang menyeramkan bagi Shein.

Setelah itu Shein juga mendengar penjelasan Alice soal hidraulis, jebakan terkutuk. Membuatnya agak merinding juga.

"Haha tidak..tidak... Itu kuburan ayahku, ibuku dan kakakku.. Sudah ratusan tahun kutinggalkan mereka...."

Shein diam. Tidak berkomentar apa-apa kali ini.

Apalakah Alice juga sendiri?

Mungkin kesendiriannya lebih menyakitkan dari pada kesendirian Shein, pikirnya.

"Cuma karena seseorang menguasai diriku, tepatnya kepribadianku yang lain.. Saat itu aku sempat bertengkar dengan dia, tiba-tiba aku tak bisa mengendalikan diriku lagi...Dan malah membunuh kakakku sendiri hehehe", Alice tersenyum tipis.

"Benar-benar kejam..", Alice tertawa lalu membuka jendela.

"Cuma karena seseorang menguasai diriku, tepatnya kepribadianku yang lain.. Saat itu aku sempat bertengkar dengan dia, tiba-tiba aku tak bisa mengendalikan diriku lagi...Dan malah membunuh kakakku sendiri hehehe",

Tentu saja walau cerita itu terdengar agak aneh dan seram di telinga Shein, tetap saja Shein memaklumi tindakan itu. Karena Shein juga tau rasanya, jika kepribadiannya yang lain itu mulai memberontak, bahkan tidak mau di perintahkan olehnya.

Memang repot.

"Hnng... begitu.... Lalu apa yang terjadi pada kedua orang tuamu? Maaf jika terseinggung, aku hanya sedikit penasaran."

Shein menatap pepohonan di sekitar sana. Yang selalu tumbuh kering.

The Chain and The Servant.

Mereka berdua hanya termenung mendengar pengakuan demi pengakuan yang keluar dari mulut Alice. gadis yang sangat berterus terang tidak seperti mereka.

Cih, kelam sekali...

Menyedihkan... Padahal ia masih muda [?]

"ohh begitu ya?" jawab lilica cuek

"legenda yang menarik sebetulnya"

"Kedua orangtuaku meninggal saat terjadi kebakaran.. Anehnya rumah ini masih utuh.. Lalu, kau lihat.. Kuburan itu hanya ada dua, kan. Kedua kuburan itu adalah ayah dan kakakku.. Saat penyebaran abu bakar dari ibuku, tak sengaja aku menumpahkan semua abu itu dipohon samping kuburan ayah... Benar-benar menyedihkan...", Alice hanya mendesah, juga menyesal. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan mengambil sekeranjang bunga didekatnya. Tanpa basa-basi ia loncat lewat jendela, menuju pemakaman itu meninggalkan teman-temannya. Tatapan matanya begitu kosong,penuh penyesalan.

"Okasan..Otosan, onesan.. Aku pulang...", Alice memberi ketiga makam itu beberapa tangkai bunga rosa alba yang ia petik tadi.

"ahh" kata lilica penuh pengertian

"ayo kita lihat juga makamnya" ajaknya pada shein dan zeno