[MAIN RP]Chapter 1-152 years of Sabrie City

"Drown in my..."

Suara Rhea terhenti, ia baru sadar bahwa Raven sudah ada di sampingnya lagi. "Aaaa... Anda di sini Tuan," ucapnya gugup, sejujurnya Rhea tidak pernah bernyanyi di depan orang lain palingan di kamar mandi.

"Lho? Kenapa? Ah..Sebaiknya kita kemana yah..Kau mau menonton kembang api? Aku juga tak tau apa itu kembang api, jangan tanya aku,"

"Kem... kembang api?" sejujurnya Rhea juga tidak tahu apa itu. Ia hanya memikirkan sebuah mawar yang dibakar (jangan tanya soal imajinasinya yang kacau). "Mungkin itu pertunjukan yang menarik ya..." lanjutnya lagi, masih merasa gugup.

"Apa judul lagu itu? Kau benar-benar cocok menyanyikannya..Ternyata suaramu benar-benar sebagus ini..,"

"Eeeh ma... masa sih?" Rhea sedikit bertanya-tanya dengan pujian yang dilontarkan oleh Raven. "La... lagu itu berjudul Aesthetic, itu ciptaan seseorang! Tapi... saya lupa siapa orangnya," sebenarnya lagu itu hanya tersirat bebas di otaknya.

"Jadi... mau menonton kembang api?"

SHEIN SIDE

Shein terkejut, melihat banyak sekali bunga-bunga api yang bertaburan di langit.

Jadi ini...Yang namanya kembang api? Aku baru kali ini melihatnya

Shein tersenyum, dia tau, dia hanya melihat kembang api di buku saja, dan menjelaskan panjang-panjang pada RAVEN bagaimana kembang api itu sebenarnya. Ternyata melihatnya langsung memang lebih indah dari pada di buku.

Shein melirik Ivvi, dia mempunyai ide bagus dan tersenyum tanpa menanyai gadis itu.

"Kalau begitu aku harus mengingat bagaimana rupa kembang api yang kulihat sekarang...Ini sebuah memori yang indah bagiku..,"Shein bergumam, dan berusaha menyimpan baik-baik memori itu.

Kelihatannya Ivvi masih marah, dan Shein juga benar-benar tak mood untuk menggombal, gara-gara demamnya itu.

RAVEN SIDE

Raven tertawa melihat Rhea yang kebingungan akan judul lagu dan kembang api.

"La... lagu itu berjudul Aesthetic, itu ciptaan seseorang! Tapi... saya lupa siapa orangnya,"

"Begitu? Baiklah, aku akan mengingat-ingat judul lagu itu. Mungkin suatu hari aku akan memainkan versi pianonya.."

Raven melihat bunga-bunga api telah bertaburan di langit, dia tau itu kembang api, seperti yang dikatakan Shein.

"Lihatlah! Itu kembang api!" Raven menyuruh Rhea untuk melihat ke atas.

celingak celinguk Ivvi berhenti dengan seseorang yang berbicara disebelahnya.
Ivvi hanya masih cemberut melihat shein, dia capek melihat si peselingkuh itu.

suara kembang api membuat Ivvi melihat keatas, kearah langit, tempat kembang api itu menjadi sangat indah. mulut Ivvi terbuka 2 cm melihat keindahan kembang api itu. ia hanya melihatnya berbinar-binar.

bunga, entah kenapa aku merindukan seseorang mengatakan bunga, mungkinkah peri bunga ?

_____________________________________________
oot : ini di STOP dulu ya, kasian chara yang lain ga ngeliat kembang api ini...dilanjutkan BESOK ! nyaaan >w< *off, udah pegel sumpah, pengen nangis saking pegelnya*

"Begitu? Baiklah, aku akan mengingat-ingat judul lagu itu. Mungkin suatu hari aku akan memainkan versi pianonya.."

"Eeeh! Benarkan?!" agaknya Raven telah membuat Rhea menyunggingkan senyum lebar di wajahnya. Tentu saja ia akan sangat senang dengan itu, piano dan Aesthetic adalah hal terbaik dalam hidupnya.

Dan... "Lihatlah! Itu kembang api!"

Kembang Api?

Rhea menengadahkan kepalanya menatap langit yang bertaburan bunga-bunga api, serupa dengan bintang yang bergerak ke sana-kemari. "I... indahnya~!" ungkapnya penuh kagum. Seratus tahun yang lalu, atau hari-hari di Abyss, tidak pernah ada langit seindah ini.

"Holding your hand as I walk you through the whole of the world... Carry away with that thing we were seeing the real sky"

Matanya masih menatap langit sembari menyanyikan bait terakhir dari lagu tersebut.




(c)Aesthetic -- Uchida Akari

Bla bla bla bla..
Bla bla bla bla..

Banyak yang terjadi, tapi Yuzu tak peduli. Setelah Claire mengenalkan dirinya sekali lagi, Yuzu hanya bergumam tak jelas sambil berpaling ke meja. Ia menjadi sangat bosan. Orang2 lain sudah sibuk sendiri. Kecoak-kecoak yang berada di tempatnya sudah disate.

Yuzu mencabut pisau dapurnya dari serangkaian kecoak malang dan membersihkannya dengan tisu. Setelah bersih, Yuzu menggenggam pisau kesayangannya itu. Bukannya dimasukkan lagi ke dalam sarung tangan, ia malah melemparnya ke tempat asal.

Ada beberapa gadis yang sedang bercakap-cakap di sana. Pisau terus melaju. Haduuh, gawat! Lalu bagaimana? Yuzu hanya berteriak "WATCH OUT!" Pada mereka.

SHEIN SIDE

Shein tertidur lagi, walau di sana cukup berisik suasananya akibat kembang api, tetapi dia tak bisa menahan agar dia tak tidur. Matanya lelah, di tambah lagi demamnya.

Shein memang aneh, selalu terkena demam tiba-tiba, itu sudah penyakitnya dari kecil yang tak bisa di hilangkan sampai sekarang.

Aku... lemah ya? Shein bertanya pada dirinya sendiri, ya, dia memang lemah. Sedikit-sedikit sakit. Tapi Shein tak tau harus berbuat apa agar dia dapat lebih kuat dari sebelumnya.

Angin malam membuat Shein kedinginan, dan dia juga tertidur di rumput-rumput, wajahnya semakin memerah akibat demam.


RAVEN SIDE

"Eeeh! Benarkan?!"

Raven mengangguk pasti, lagi pula dia juga menyukai lagu tersebut. Tak ada salahnya mencoba memainkan versi pianonya nanti.

Di lihatnya kembang api masih bertaburan di langit, membuatnya tidak ingin meninggalkan tempat tersebut sampai kembang api itu benar-benar hilang. Suatu keindahan baginya.

Lalu... apakah aku punya kesempatan sekali lagi untuk melihat kembang api bersama-sama seperti ini?[i] Raven tersenyum, entah kenapa perasaannya mengatakan bahwa ini pertama dan terakhir kalinya Raven melihat kembang api. Kenapa begitu? Raven sendiri tak tau, hatinya selalu saja seperti itu, dia selalu mengikuti kata hati.

"I... indahnya~!"

"Ya, betul-betul indah... seperti berlian di malam hari," Raven terus-terusan memuji kembang api tersebut.

Bintang-bintang juga sudah mulai terlihat, sangat indah malam itu. Raven mengecek keadaan Shein, apakah masih tertidur atau tidak.

[i]Lho? Kenapa wajahnya merah seperti itu? Jangan-jangan...

Raven berlari ke arah Shein, mengecek suhu tubuhnya, memang demam.

"Sudah kuduga. Dasar Shein... kenapa tidak bilang padaku saja sih? Kalau bilang sudah kusuruh pulang dari tadi, malah keasyikan tidur di sini...," Raven malah menggerutu dan mulai cerewetnya keluar.

Agak sedikit ngos-ngosan, tampangnya berantakan dan ia benar-benar butuh istirahat. Sudah berlarian sejauh itu telah membuatnya ingin tidur di tempat. Tampangnya linglung mencari Shein yang menghilang.

"Aduh... Si anak-bangsawan-yang-maniak itu kemana ya... Langsung menghilang saja..." Alice agak sedikit lelah mencari Shein. Apalagi, daritadi berlari terus.

Langsung terdengar suara ledakan yang kencang, ternyata festival sudah dimulai.
"Ah kembang api... indahnya...", Alice melihat kembang api itu sambil tanpa sadar melamun.

"Akan kucari tempat agar aku bisa menonton sambil duduk, disini, banyak semak-semak" ia langsung melihat sekitarnya, akhirnya menemukan tempat yang indah dan duduk disana.

Sebenarnya pandangan Rhea masih asik menatapi kembang api yang berjatuhan di langit malam itu, mulutnya juga tidak berhenti mengulang-ulang lagu yang sama. Yah... sejenak pikirannya beralih pada saat keemasan seperti itu, belum pernah dilihatnya dan rasanya menyenangkan jika bisa melihatnya lagi.

Sampai, kemudian lamunannya sirna ketika Raven menyadari sesuatu. Oh, Tuan itu berlari ke arah Masternya, dan otomatis Rhea yang penasaran dengan hal itu mengikuti Raven ke mana dia pergi.

Dan... oh ya, nampaknya Shein terbaring lemah di atas rumput.

"Selalu... selalu saja begitu," gumam nona bersayap ini dengan suara pelan sambil menghela nafasnya. "Mungkin kita harus membawanya masuk?" Rhea menawarkan sesuatu sembari melirik Raven. Maksudnya menyuruh Raven membawa Shein masuk karena ia tidak mau menggeret Masternya masuk dengan cara kasar.

Ivvi hanya melihat shein heran + kesal.

wajahnya merah...
ingin rasanya Ivvi menyentuh dahi ren dan memeriksa tubuhnya yang sepertinya tidak beres.
tindakan itu dilakukan Ivvi. ia menyentuh dahi shein dengan telapak tangannya tanpa banyak bicara.

panas..

"raven, bawa dia pulang..", ucap Ivvi ke raven. ia juga melihat rhea disana.

entah apa yang dirasakan Ivvi sekarang, kesal,sedih,khawatir,senang..semua bercampur dan membuatnya pusing.

___________________________________
stepiii maenin Ducan *jangan bunuh sayo ><*

Zeno mengajak Claire melihat kembang api di taman dan dia melihat partner in crimenya sedang tergeletak di atas rumput.

Kenapa dia? Sakit?

Tetapi Zeno tidak mempermasalahkan hal itu. Dia sedang sangat bahagia melihat kembang api yang indah bersama-sama dengan Claire.

"Melihat kembang api itu memang indah... Tetapi melihat berdua denganmu lebih indah..." Kata Zeno kepada Claire. Padahal ini pertama kalinya ia melihat kembang api.

RAVEN SIDE

"raven, bawa dia pulang..",

Raven mengangguk, dia mencoba membangunkan Shein dengan cara meneriakinya, kalau saja dia punya pengeras suara, pasti sudah diteriaki Shein itu. Maklum, Raven pernah tertidur di ruang tamu keluarga Einverd, dan Shein yang iseng itu meneriakinya dengan kencang sekali, jelas mambuat Raven kesal. Tapi melihat kondisi temannya itu Raven kembali mengurungkan niatnya.

Yah...Mungkin kapan-kapan akan kuteriaki kau, Shein

Raven menggoyang-goyangkan Shein, menyuruhnya untuk bangun terlebih dahulu. Bisa-bisa Shein ngamuk jika tau Raven menggendongnya.

"Hei, Shein, kau harus pulang..."

Shein bergerak sedikit, tetapi masih malas untuk membuka matanya.

SHEIN SIDE

Shein akhirnya terbangun sepenuhnya, dia mencoba berdiri, tetapi keseimbangan badannya belum pulih sepenuhnya. Raven buru-buru membantunya untuk berjalan.

"Maaf semuanya, aku harus pulang terlebih dahulu,"Shein masih sempat tersenyum kepada semua orang di sana, termasuk Ivvi, walaupun senyumnya jelas terlihat sangat lemah.

Raven berbisik pada Ivvi sejenak

"Ivvi-san, kau tidak ikut? Bukankah rumahmu juga di kediaman Einverd?"tanya Raven heran."Ayo, Rhea, kita antarkan mastermu yang bodoh ini pulang ke rumahnya,"Raven tentu hanya bercanda. Sesekali dia ingin mengatakan Shein bodoh, bukan Shein yang mengatakan Raven bodoh.

Kembang api telah diluncurkan dengan indahnya membentuk hiasan-hiasan di angkasa, namun Claire tak dapat melihatnya ditempat yang sempurna untuk melihatnya.

"Melihat kembang api itu memang indah... Tetapi melihat berdua denganmu lebih indah..."

*nancep dihati* Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Zeno, Claire terpaku sejenak dan mukanya pun memerah.

"Um....iya, benar-benar indah. Namun sayang sekali, tempatnya kurang cocok" sambil memandang Zeno.

"Nai~" ucap Rhea sambil mengacungkan tangannya rendah, menurut saja apa kata Raven. Dan lagi memang benar bahwa Shein itu bodoh dan seharusnya dibawa pulang sebelum lebih merepotkan orang banyak.

... Kemudian sejenak Rhea menatap Ivvi. Pada awalnya ia memang tidak suka kedatangan Chain satu itu, tapi yah karena dia tinggal di kediaman yang sama, pergi bersama, kenapa harus dibiarkan pulang sendiri? "Anda pulang juga, Nona?" ikut menawari.

Alice melihat ada seseorang yang sepertinya akan segera pulang. Tunggu, sepertinya wajah itu pernah dilihatnya.. dan.. EUREKA! Itu pasti Shein. Segera ia berlari ke arah Shein dengan saputangan di genggaman tangannya.

"Tuan Shein! Maaf baru mengembalikan saputangan anda. Wah, anda demam..Yasudah ini saputangan anda." Alice meletakan tangan kanannya didahi Shein, lalu memberikan sapu tangannya.

"Sekali lagi terimakasih ya, Mr." ucapnya tersenyum ramah.

"Um....iya, benar-benar indah. Namun sayang sekali, tempatnya kurang cocok"

Zeno menatap Claire sambil berpikir, mungkin mereka harus ke tempat yang tinggi. Jika ingin jalan pintas, Zeno dapat berubah menjadi chain untuk terbang.

"Hmm.... Ayo ikut aku!" Zeno menarik Claire ke sebuah gedung yang lumayan tinggi. Hari ini sepertinya acara tarik-menarik.. "Kita pergi ke tempat yang lebih tinggi!" Zeno menunjuk atap sebuah bangunan, dia tersenyum lebar, sangat bahagia.

RAVEN SIDE

"Nai~"

"Yah... sayang sekali yah, gara-gara si bodoh ini kita jadi tidak bisa melihat kembang api lebih lama lagi, tapi, ya sudahlah... dari dulu kesehatannya memang buruk,"jelas Raven.

Raven memang ingin lebih lama tinggal di sana, melihat terus kembang api itu. Dia kembali melirik pada Ivvi.

"Kau sebaiknya ikut, Ivvi-san... kau tau kan, percuma saja jika kau tak ikut, Shein pasti akan berlari ke sini lagi. Itu sama saja membunuhnya,"ucap Raven diiringi dengan senyuman yang memaksa Ivvi, dan kata-kata yang berlebihan seperti 'membunuh'.

SHEIN SIDE

Shein masih tertidur, pulas sekali. Yang paling nyaman jika demam menyerang memang menidurkan diri, di rasakannya ada sentuhan kain di atas dahinya.

Shein membuka matanya sedikit untuk memastikan apa yang ada di dahinya itu.

Sapu tangan? Oh, pasti Alice..

"Terima kasih, Alice... maaf sudah membuatmu kerepotan mengantarkannya,"Shein tersenyum lagi padanya, kepalanya berputar-putar, pusing.

Meraka berdua saling bertatap-tatapan.

"Hmm.... Ayo ikut aku!"

Zeno menarik tangan Claire "Hey, kita akan kemana?" dengan wajah linglung dan pasrah ditarik Zeno.

"Kita pergi ke tempat yang lebih tinggi!"

Claire melihat sekilas senyuman yang terpancar dari wajah Zeno. Melihat itu Claire pun terseyum Dia...

Sepertinya Claire kesusahan naik ke atap itu.. Zeno pun dengan senang hati membantunya naik. Mereka duduk berdua di atas sebuah atap, mungkin atap sebuah toko.

"Kembang api memang indah" Zeno tersenyum sambil menunjuk ke arah sebuah kembang api yang sedang naik. Kemudian dia berbaring di atas atap tersebut agar pemandangannya lebih indah.

Kenapa diatas sini, membuatku susah naik. Dasar Zeno bodoh

Setelah berhasil naik, claire menyadari ternyata pemandangan ditempat itu membuatnya lebih leluasa melihat kembang api.

"Kembang api memang indah"

"Ya, benar-benar indah"
Claire terperangah melihat indahnya kembang api itu.

"Ternyata disini terlihat lebih jelas, sepertinya aku dapat menggapainya" Claire tersenyum bahagia sambil menaikkan tangannya kearah kembang api itu dan menggenggamkan tangan seperti mengambilnya.

"Meskipun tempat ini terasa aneh bagiku, aku merasa senang kau mengajakku kemari"

"Ya, benar-benar indah"
"Ternyata disini terlihat lebih jelas, sepertinya aku dapat menggapainya"
"Meskipun tempat ini terasa aneh bagiku, aku merasa senang kau mengajakku kemari"

Setiap kalimat yang dikeluarkan oleh Claire membuat Zeno tambah bahagia. Dia tertawa saat Claire mencoba menggapai kembang api tersebut. Dia berharap saat-saat seperti ini dapat berlangsung lama.

Andai saja.... Aku dapat bertemu Claire dalam wujud manusia....

Zeno mulai meratapi masa lalunya.

"Ah, habis?" Kembang api tidak muncul lagi. Tetapi sebagai gantinya ada sebuah kembang api besar yang muncul. "Woow...." Zeno takjub melihatnya.

"Anda pulang juga, Nona?"

"mungkin, tetapi ada yang harus kukatakan kepada ducan..", jawab Ivvi datar.

"kalian duluan saja ke kereta kuda, aku akan menyusul kesana..", Ivvi pergi dari taman itu menuju tempat bangsawan. berlari dan menghilang.
_____________________________
Lokasi : Luar Tempat bangsawan

terlihat ducan sedang melihat kembang api indah itu disana, sampe bengong ngeliatnya wkwkwk >33 (digebuk steffi)
Ivvi mengagetkannya dari belakang. "dorr !", teriak ivvi sambil menepuk punggung Ducan.
Ducan yang kaget melihat ke arah siapa yang mengagetkannya.
"Ivvi...dari mana saja kau ??", tanya Ducan khawatir.

"hmmh...jajan", Ivvi berkata datar.

"ahahaha....yasudah...kau ingin pulang ?"

"yaa...", Ivvi tertawa kecil.

seperti binatang peliharaan yang ingin pulang bersama majikannya. *jedeng, dijotos Ivvi*
"kau pulang, aku pulang..", jawab Ducan santai.
"aku ingat...kau tidak tinggal bersamaku, tapi kau tetap didekatku ya", hampir Ivvi mengatakan bahwa mereka beda rumah, tetapi terdiam mendengar Ducan berbicara seperti itu. akhirnya ia mengerti..

"okaay.."

Mereka berdua berjalan menuju kereta kuda shein, tiba-tiba..

bayangan hitam yang kencang melewati mereka berdua, suara tawa licik terdengar dikuping Ivvi dan Ducan.

aku merasa, ini ilegal chain..., pikir Ivvi dengan wajah yang tenang.
tidak kalah Ducan, dia hanya diam dan bersiap mengeluarkan rantainya dan menyuruh Ivvi untuk berubah menjadi mons.vii

"keluarlah mahluk bodoh...", datar Ducan berbicara.

entah kenapa keadaan yang ramai tadi, menjadi sangat sepi dimata mereka (Ivvi dan ducan), walaupun kembang api masih bermunculan dilangit. yang mereka dengar hanya tawa licik ilegal chain itu, bukan suara kembang api.

gigi taring harimau Ivvi mulai terlihat lagi, kali ini tatapan Ivvi kebayangan itu adalah kosong dan dingin.

____________
Let's Fight !

RAVEN SIDE

Raven yang masih memapah Shein untuk masuk ke kereta kudanya, tiba-tiba merasakan ada hawa chain, itu Illegal Chain. Raven yang panik, langsung melempar Shein ke dalam kereta, dan segera mengejar ke arah hawa chain itu.

SIAL! KENAPA PADA SAAT SEPERTI INI?

Raven melihat ada Ducan dan Ivvi juga di sana. Raven juga sudah siap siaga dengan gun era tahun 1800-annya itu. Itu bukan gun biasa, asal memberi tau saja. Gun itu di lengkapi dengan penghisap kekuatan Chain. Gun yang di buat oleh Raven sendiri.

"Ah, habis?"
"Woow...."

"wah, yang ini besar sekali" Claire semakin takjub melihat kembang api itu. Tak segan-segan ia menunjukkan wajah gembiranya.

SHEIN SIDE

Walaupun dia sedang sakit, tapi Shein tetap merasakan adanya kehadiran Illegal Chain di sekitar sana, sebagai leader Einverd family tentu saja dia harus tetap waspada.

Shein memaksakan diri untuk berdiri, dan keluar dari kereta tersebut.

"Ayo, Rhea, kita mulai pertempuran ini,"entah kenapa Shein menjadi bersemangat, walau kepalanya memang masih pusing.

Sudah lama dia tidak membunuh Chain, oleh karena itu dia semangat.

"wah, yang ini besar sekali"

Zeno hanya tersenyum melihat wajah Claire yang begitu gembira.

"C-" Omongan Zeno terpotong oleh pemilik toko yang atapnya sedang diduduki dua orang ini. Orang itu marah-marah, lantas Zeno langsung menarik Claire turun bersamanya.

"Malah kena omel" Zeno ketawa-tawa sedangkan Claire sepertinya sedikit kesal. Zeno merasakan aura asing di belakangnya, sepertinya sebuah illegal chain seperti dirinya.

"Claire!" Zeno langsung berteriak. Dia juga mendapati beberapa orang di seberang yang sepertinya juga memburu chain tersebut.