[FRP]FUTURE? WTH?!

"well....aku sudah didepanmu sekarang, aku bisa kan ?"

Shein tersenyum tipis, dan mulai berpikir untuk menjahili Ivvi.

"Bagus. Banyak kemajuan. Bagaimana kalau, meluncur seperti ini?" Shein mempraktekkan sebuah teknik bermain ice-skating, yang tingkat kesulitannya mungkin medium.

Dia meluncur dengan bebas di atas lantai es itu. Tanpa ada cacat sedikitpun. Shein tetap meluncur dengan mudah. Tentu saja baginya itu mudah.

Kemudian Shein meluncur ke sudut ruangan itu, dia mempunyai ide. Ide jahil lagi. Di lihatnya Ivvi yang berada beberapa meter darinya, masih di tengah-tengah, tempat terakhir kali Ivvi ber ice-skating tadi.

"Sekarang meluncurlah kearahku. Pasti bisa kan?" tantang Shein.

"okee...", ucap Ivvi santai menatap shein tajam.

yaaak ! siap !

kalau bisa dighitung jarak Ivvi sama shein udah 5 meter.
Ivvi melaju pelan-pelan, dan bisa...
4 meter...

YES aku bisa !!

3 meter...

hohoho sedikit lagi, senyum tipis Ivvi.

2,5 meter..

l,loh...., keseimbangannya menjadi tidak stabil.

"waaaaa....", Ivvi mengayunkan lagi semua tangannya.

BRUK, tepat di 2 meter jaraknya antara shein.

"aduh...", Ivvi menyentuh lantai es itu, benar-benar dingin. karna dinginnya lantai itu dia mencoba berdiri lagi.

JDUK

Ivvi kepleset jatuh lagi, "kiiih....di,dingin...", ia mencoba berdiri lagi.

*digoreng Ivvi*

Shein yang tadinya berniat untuk menjahili Ivvi, menjadi agak panik setelah Ivvi terjatuh. Maksud Shein menjahili sendiri bukan seperti itu. Maksudnya dia ingin menantang Ivvi saja. Hanya itu.

Shein buru-buru meluncur ke arah Ivvi.

Dan tepat 1 meter jaraknya dengan Ivvi, Shein kehilangan keseimbangannya, dan lagi-lagi...

BRUK

Shein terjatuh. Tepat seperti ketika dia berumur 7 tahun. Dingin. Dan setelah bertahun-tahun tidak pernah terjatuh, Shein agak kaget juga kali ini dia ternyata terjatuh.

"D-dingin...," Shein langsung gemetar juga. Merasakan lantai es itu yang benar-benar dingin. Ingin berdiri tetapi kakinya masih sakit akibat terjatuh. Mau tak mau Shein sejenak terdiam, duduk di lantai es itu. Walaupun dingin.

"kiiih....di,dingin..."

"AHAHAHA, kedinginan juga?" Shein hari ini ingin tertawa terus, moodnya langsung jadi bagus.

"ahahahhahahah...", Ivvi tertawa geli melihat shein yang ikut terjatuh.

"AHAHAHA, kedinginan juga?"

"te,tentu saja...", ia mencoba berdiri lagi, sekarang Ivvi benar-benar gemetar, hari ini hari paling dingin menurut Ivvi. >>

banyak orang uang melihat mereka, ada yang tertawa...ada yang melihatnya heran, ada anak-anak kecil yang sepertinya lebih jago dari Ivvi, tertawa sambil menunjuknya

"di, di, diam ",teriak Ivvi, suaranya begetar kedinginan. walau Ivvi sangat suka anak kecil, ada waktunya dia malu digituin == *digoreng*

si PM pernah jatoh 2x waktu main ice skating, terus diketawain kaya gitu juga sama anak kecil,

lilicapun memakai topi yang menutupi kepalanya dan masuk ke arena ice skating juga

ia memang niat menantang shein jadilah di depan shein ia berputar-putar, melakukan double skip, triple ace, back flip, dan berseluncur ke arah shein lalu mendorongnya pelan

"shot" bisiknya pelan lalu ia meluncur dengan indahnya (?)

ke arah ivvi dan membantunya

"apakah madam terluka?" tanyanya sambil membantu ivvi berdiri

Sudah banyak yang dicoba Alice hingga Yukiji sudah tepar mengikuti Alice terus, ke bungee jump, game virtual, semuanya sudah dicoba kecuali bianglala.
"Oi..oi.. Apa kau tak kecapean? Kepalaku pusing nih...", yukiji langsung duduk disebuah bangku sambil memegangi kepalanya yang pusing.
"Ayolah.. Ke bianglala.. Hanya itu yang tersisa!", Alice menarik-narik tangan yukiji agar bangun.
"Nanti saja kita naik bianglala ya.. Kita ke ice skating dulu.. Baru naik bianglala sesudahnya...", ia masih pusing sekarang.
"Kau mau? Aku mau saja.", Alice lalu duduk juga dibangku itu.
"ayo berangkat...", alice dan yukiji menuju tempat parkir mengambil motor. Lalu mereka pergi ke Ice Skating

lilica yang membantu ivvi tersadar

'bego lo, masa gangguin orang kencan?!' pikirnya

'aduh duh mampus deh gue moga moga shein ga ngebunuh gue!'

'pokoknya ga boleh ketahuan kalo ini tuh aku!' pikirannya menjerit panik

Lokasi: ice skating

Akhirnya sampai juga...ahaha..ayo kita masuk.. Diluar dingin.., alice pertama turun lalu menggosok-gosok kedua tangannya. Sekalian memeluk pedangnya yang hangat itu. Mereka masuk kedalam tempat ice skating itu. Lalu menyewa sepatu skating.

"Oh..tidak...", alice melihat ada Shein dan Ivvi disana.
"Sudahlah.. Tak usah menyamar..", yukiji mencegah alice memakai topeng lagi.
"Yasudah..", alice melanjutkan untuk memakai sepatunya.

'alice?!' pikir lilica menjerit lagi'oh sial'

'bakal ketahuan NIH!'

"Itu lilica kan? Hahaha sedang menyamar rupanya.. Kita pura-pura saja belum kenal..", ucapnya dengan pelan pada yukiji.

Lalu memberi isyarat pada Lilica menggunakan tangannya yang diartikan "aku tak akan memberitahu Shein dan Ivvi kalau itu kau. Jadi tenang saja.."

madam ? apa aku terlihat tua ?, gumamnya rada kesal.

"tidak, tidak apa apa..."

"terima kasih..", Ivvi berdiri, dan masih mencoba menyeimbangkan diri, tidak ada pegangan disana.

dan ternyata, ada alice juga di arena ice skating itu...
"alice, kenapa kau disini ?", tanyanya

Shein memperhatikan seorang perempuan yang baru datang, Lilica, dan sepasang kekasih Alice dan Yukiji.

Hnng... semakin ramai saja... kukira tidak akan ada yang mau bermain ice skating di musim dingin seperti ini.

Shein tidak terlalu memperhatikan Lilica, jadi dia tak menyadari kalau dia adalah Lilica. Tetapi Shein tetap mengawasi gerak-geriknya, curiga.

Dan, di lihatnya Alice. Shein tidak kenal. Dia mengenal Alice yang memakai topeng. Dan hanya memperhatikan Alice dan Yukiji yang memakai seragam yang sama dengannya.

"Ahh... ramai sekali...," keluh Shein.

Tadinya dia mau memberikan kejutan lagi untuk Ivvi. Tetapi Shein menundanya, menunggu waktu yang tepat.

"capek ?", tanya Ivvi kearah shein.

kalo Ivvi masih belum capek , walaupun udah jatoh dan strees kedinginan..dia tetap nekat ingin main-main.

"kepinggiran saja...kalau disini aku tidak bisa berdiri lama-lama", ucap Ivvi melihat kakinya yang mulai begetar, menjaga keseimbangannya.

"Capek? Tentu saja tidak..."

Padahal sudah jelas Shein kelelahan, dan kedinginan. Di tambah lagi kondisinya, yang sejak tadi mengikuti banyak sekali demo klub. Tentu saja Shein tetap menahan rasa capeknya, menunggu saat yang tepat untuk memberikan Ivvi kejutan lagi.

"kepinggiran saja...kalau disini aku tidak bisa berdiri lama-lama",

Shein mengangguk, dan menuju ke pinggiran. Lagi pula dia juga kedinginan, dan takut demamnya nanti kambuh lagi. Dia tidak ingin mengacaukan rencananya sendiri gara-gara penyakit bodohnya itu.

"Aku ingin bertanya sesuatu," Shein duduk di pinggiran, terdapat sebuah bangku yang di sediakan di pinggiran lantai tersebut..Untuk istirahat."Kau mengenal kakakku kan?"

Shein dari awal sudah curiga. Ketika melihat reaksi Ivvi waktu Shein membicarakan kakaknya sewaktu di kelas. Reaksi yang mencurigakan.

ia bergerak pelan kearah pinggiran itu, sampai disana dan hanya menyender didinding dipinggiran itu

"Kau mengenal kakakku kan?"

Ivvi langsung menengok cepat kearah shein, dan melihatnya.
"kenal ? aku kenal...", jawab datar Ivvi. ia langsung melihat kesana-kemari

wajah shein jika dilihat lama, memang mirip dengan shien.

"unn...", Ivvi memainkan sepatu skatingnya untuk mencoba mengganti topic pembicaraan yang lain.

Memang ada yang aneh.

Shein tau betul gelagat seorang perempuan jika sedang gelisah, khawatir, marah, ataupun menyembunyikat sesuatu gara-gara dia yang sering di jadikan teman-teman curhat mereka.

"Hmm... begitu ya... tentu saja. Dugaanku, bisa saja kau salah satu dari mantan-mantan pacar kakakku."

Shein kemudian bersandar di kursi, badannya pegal-pegal.

"Motor yang tadi kupakai juga motor kakakku. Aku meminjamnya tanpa meminta izin. Mungkin sekarang Shien-nii akan menghancurkan perangkat komputer yang sedang kubuat dengan susah payah, di rumah," ucapnya, jujur.

Ya, mungkin saja sekarang komputer dan alat-alat elektronik buatannya dengan laknatnya di hancurkan oleh kakaknya itu. Semua yang Shein lakukan dengan susah payah, mungkin hanya tinggal kepingannya saja yang tersisa.

"Hm.. Aku duluan ya..", Yukiji bangkit dari duduknya lalu masuk duluan ke arena skating.
"Hei..hei.. Tunggu aku.. Aku bawa topeng sekalian... Pemanasan dulu ah..", Alice mengambil topengnya. Ia masih belum ingin memakainya. Lalu ia mulai split dilantai. Sudah kebiasaannya sebelum main skate.

"Hmm... begitu ya... tentu saja. Dugaanku, bisa saja kau salah satu dari mantan-mantan pacar kakakku."

"unn...mu, mungkin benar", Ivvi tidak berani melihat wajah shein saat itu, ia tidak suka berbohong. tapi kejujurannya membuat seseorang harus percaya atau tidak percaya.

"Motor yang tadi kupakai juga motor kakakku. Aku meminjamnya tanpa meminta izin. Mungkin sekarang Shien-nii akan menghancurkan perangkat komputer yang sedang kubuat dengan susah payah, di rumah,"

hah ?

"apa yang kau lakukan ?? kenapa kau senekat itu..seharusnya tadi naik shinkansen saja, jangan berbuat yang membuatmu sedih shein.."

"Yosh...Sekarang kita bermain...", Alice ketengah ring. Ia menggunakan topengnya, lalu melakukan beberapa gerakan mengitari ring juga melompat indah dengan lancar.

Sebenarnya.. Apa alasan Yukiji mengajakku jalan-jalan ya? Saat mau naik motor.. Seakan-akan ia ingin mengatakan sesuatu.. Biarlah..

Oh, ternyata, dugaan Shein benar. Itu membuatnya semakin lemas.

"Oh? Ahahaha, ternyata benar... aku bisa melihat dari ekspresi dan reaksimu ketika aku menyebutkan nama Shien-nii," mencoba tertawa, agar suasanya tidak terlalu buruk.

Shein kemudian menatap lagi langit-langit di tempat itu. Benar-benar kosong, seperti suasana hatinya saat ini. Apa dia harus melaksanakan kejutannya sekarang? Shein merasa belum tepat. Apalagi topik kakaknya yang membuatnya kehilangan percaya diri.

"apa yang kau lakukan ?? kenapa kau senekat itu..seharusnya tadi naik shinkansen saja, jangan berbuat yang membuatmu sedih shein.."

"Tidak apa-apa. Lagi pula kau terlihat senang ketika mengatakan ingin naik motor besar... bagiku perangkat komputer itu sudah tidak penting lagi."

Ya, tidak penting. Semua elektronik itu. Senyuman dan kebahagiaanmu lebih penting beratus-ratus kali lipat dari perangkat komputerku itu.

Kemudian Shein memperhatikan, pasangan itu lagi. Tetapi Alice kali ini memakai topeng, sehingga Shein mengenalinya. Dan agak bingung, dengan cepat Yukiji sudah berganti pasangan?

Alice melihat Shein, ia sepertinya heran pada dirinya. Tiba-tiba yukiji berseluncur kearahnya

"Hoi!! Kucari daritadi.. Ternyata disini..", ia berhenti beberapa langkah dari Alice.
"Apa karena topeng ini ya?", Alice melihat Shein lagi. Lalu melepas topengnya.
"Siapa suruh kau memakai topeng itu.. Membuat orang bingung saja...", yukiji menggelengkan kepalanya.
"ya..ya..aku tau itu.", dengan cuek membuang mukanya.

kenapa ia tertawa ? tidakkah seharusnya ia tersentak atau lainnya ? benarkah ia serius mencintaiku ? , tidak tau kah ia aku mulai mencintainya ?

Ivvi hanya menurunkan alisnya, ia menatap dengan pandangan kosong.. seperti bengong atau sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya tidak tertarik untuk melihat hal yang menakjubkan sekali pun.

"Tidak apa-apa. Lagi pula kau terlihat senang ketika mengatakan ingin naik motor besar... bagiku perangkat komputer itu sudah tidak penting lagi."

"tidak penting ? jangan seperti itu...! tidak adil jika aku bahagia, dan kau sedih ? aku....", Ivvi berhenti berbicara. tangan Ivvi mulai bergetar lagi, walau ia menaruh tangan itu disekitar sweaternya. tetap saja tangan itu masih terasa dingin baginya.

"hi shein" kata lilica menyamarkan suaranya

"lagi pergi sama ivvi??"

"ehmm kencan??"

"tidak penting ? jangan seperti itu...! tidak adil jika aku bahagia, dan kau sedih ? aku...."

Tentu semuanya tidak penting bagi Shein. Dia sudah tidak peduli lagi Shien yang nanti akan mengancam atau bahkan memarahinya habis-habisan, atau mengajaknya untuk duel dan lain-lain. Tak peduli.

"Hm? Siapa bilang aku sedih? Aku senang sekali hari ini. Bagiku mungkin suatu hal yang mustahil berkencan denganmu... ini semua sudah membuatku senang," jawabnya lagi, polos.

"ehmm kencan??"

Di lihatnya perempuan di depannya itu. Tentu saja Shein tau, dia Lilica. Dari suaranya. Walaupun sudah di samarkan, tetap saja terdengar, itu suara Lilica. Tapi Shein memilih untuk menjalankan permainannya dengan Lilica.

"Ah, ya... anda sendiri tidak membawa pasangan ke sini, nona?" tanya Shein pada Lilica. Menjahilinya.

"oh? Tidak tidak" kata lilica

'oh shit dia sudah tahu!' pikirnya menjerit

"anda senang di sini?? Harus saya akui anda mendapatkan lady yang cantik"