[FRP]FUTURE? WTH?!

lilica segera melihat raven dan mendesis "jangan bilang siapa siapa"

"cih napa gue ke sini lagi sihh?"

"Raven.. KALAU KAU BILANG SESEORANG TANPA IZINKU..AWAS KAU...", alice jadi menahan marahnya.

"Sudah..kau sana pergi.. Mau izin kan? Sana.."

"niat ngusir yah?" tanya lilica bercanda

"hn aku pergi"

"cih jadi osis malah ngusir mourid" katanya pelan

Spoiler:

"yaak ! selesei...!", ucap ketua band itu.
"terima kasih Ivvi...suaramu benar-benar keren ! selanjutnya kita lebih nge-accoustic lagi oke ?"

"ahhaha terima kasih, accoustic ? aku terima tantanganmu ketua..", cengir Ivvi.

"ahahahah, sepulang sekolah kau kesini lagi yaa...", Ivvi hanya menjawab dengan mengangguk.

ia keluar dan menghirup udara lebih banyak diluar ruang musik itu.

stein============

eng, kriuuukk~~ suara bunyi lapar stein semakin menjadi-jadi
syll juga

"eng...rapen, dia siapa ? pacarmu yang keberapa sekarang ?", stein melihat alice seperti ini >>

*digoreng oka-tama*

"Siapa bilang ngusir murid.. Malah aku bantu kamu bolos lho.. Masalah izin sudah diurus..Jadi kamu bebas hari ini.. Aku terlalu baik ya?", alice tertawa.

Ia merapikan pakaiannya sedikit. Tak lupa menata rambutnya yang berantakan.

"hahaha mungkin mungkin" kata lilica sambil pergi

(out)

SHEIN SIDE

Shein sama sekali tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sketch yang ada di depannya. Terus menggambar, walaupun hanya dengan sebuah pensil biasa, bukan alat-alat melukis yang professional, Shein bisa merubah itu semua. Menjadi sebuah lukisan hebat, yang benar-benar indah.

Bayangkan itu semua... keindahan rosa alba itu... dan gadis itu...

Shein melanjutkan lagi melukisnya. Sesekali dia menatap langit, mencari inspirasi dari gambarnya itu.

Apa yang harus kulakukan agar mendapatkan hatinya dalam 4 hari... kurasa... aku terlalu lemah, walaupun aku sempat yakin dapat mendapatkannya hanya dalam waktu satu hari. Dan mungkin dia malah jatuh hati pada Shien, kakakku. Itu mungkin saja.

Shein berpikir. Dia memang kadang di lupakan, sendiri seperti ini. Membuatnya menganggap komputer-komputer dan sketch-sketch itu sebagai temannya. Bahkan Rosa alba itu juga, kadang dia mengajaknya bicara. Tak berubah sama sekali.


RAVEN SIDE

Raven mengangguk-angguk saja mendengar ancaman kedua perempuan itu. Dia tetap menurut saja kepada mereka. Tak banyak protes.

"eng...rapen, dia siapa ? pacarmu yang keberapa sekarang ?"

"Eh? Pacar apaan? Maksudnya?" tanya Raven, kebingungan. Tak merasa dia sudah punya pacar atau yang lainnya. Tak peduli.

susah sekali mengajak bicara orang yang satu ini ==, kuso...kenapa aku harus memiliki adik seperti ini ?, gumam stein.

"tidak..."

nilai olah raganya kukurangi 1,5...
"teruskanlah bersama kekasihmu adikku, aku mau makan dulu...", stein pergi ketempat jualan baso, disana dia makan dan tidak mau diganggu.
(OUT bentar)

Ivvi========================

Lokasi : dikelasnya

"......", diam menunggu pekerjaan datang. entah kenapa ia selalu menganggur.
dikelas itu sepi, hanya beberapa orang yang duduk santai.

Ivvi merogoh sesuatu ditasnya, PLUK..
jatuh benda berbentuk kotak kecil berwarna hitam. kotak itu terbuka dan mengeluarkan alunan orgel.

Ivvi tersenyum mendengar suara orgel itu, membuatnya tenang sekarang.

SHEIN SIDE

"Yak, JADI!" Shein mengangkat sketchnya tersebut, untuk melihat apakah gambarnya sudah benar-benar sempurna atau tidak.

Lalu terlihat kekecewaan di wajah Shein.

Ahh... coba saja aku menggunakan cat air. Ya, ini sih seadanya. Menggunakan pensil biasa. Akan kucoba untuk melukis ulang di rumah nanti

Shein memasukkan lagi sketch itu ke tasnya. Kemudian bel berbunyi. Sudah waktunya belajar?

Shein melihat ke papan pengumuman, mencari-cari namanya, ada di kelas mana. Tadinya Shein satu kelas dengan kakaknya, Shien, tetapi kepala sekolah memindahkan Shein ke kelas lain, karena jika si kembar di jadikan di satu kelas, akan menimbulkan banyak masalah.

"Hngg... pindah kelas lagi... ya sudah," Shein dengan ogah-ogahan mencari kelas barunya lagi.


Lokasi : Ruang kelas(sekelas sama Ivvi?)


Shein menatap sekelilingnya. Ruangan itu benar-benar baru. Dalam penglihatan Shein saat itu, Shein belum melihat siswa/siswi yang dikenalnya. Kalaupun kenal, tidak terlalu akrab maksudnya. Membuat Shein semakin canggung.

Shein duduk di mejanya, dan mulai menidurkan dirinya sendiri di meja, lemas. Shein ingin pulang, dan kembali di depan komputernya. Tetapi rasanya tidak mungkin. Akhir-akhir ini dia sering bolos, lagi pula Shein sendiri tidak mau tertinggal pelajaran.

Hngg... sebenarnya aku salah kelas atau tidak ya? Kenapa murid-murid di sini rasanya asing bagiku...

Shein menarik nafasnya dalam-dalam, dan memperhatikan gambar Ivvi-nya yang di buatnya tadi. Walaupun hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan Shein, tetap saja Shein tidak merasa puas. Entah kenapa.


RAVEN SIDE


Raven sendiri merasa agak senang juga, kakaknya Stein akhirnya pergi juga. Bel berbunyi, Raven juga masuk ke kelasnya, dengan perut yang keroncongan. Raven belum makan apa-apa hari ini, di kantin pun ternyata makanan yang diinginkannya habis.

Yah, nasib...

"Hm...Enak saja..", Alice menghela napas panjang. Lalu mengikat rambutnya yang tergerai itu.

"Sudah bel toh...Sekarang..Aku lebih baik kembali ke ruang OSIS saja kali ya?Jadi bingung sendiri kan.....", Alice menyeruput kembali kopinya.

DRAK !

kotak musik kecil itu terjatuh, "aah !", Ivvi buru-buru mengambilnya. dan ternyata...suara orgel kotak musik itu tidak bisa lagi berbunyi.

ia menjadi gelisah, entah sedih...karna tidak bisa mendengar suara orgel itu lagi.

"ayolah...pasti masih bisa..", ia mencoba mengutak-atik kotak musik itu sebelum guru datang.

Alice mulai bosan berada dikantin terus, lagipula di kantor OSIS masih banyak kerjaan.

"Nah...pak, ini uang kopi, dan ramennya 50 mangkok.. Kembaliannya simpan saja..", Alice mengeluarkan sebuah kantong yang isinya uang emas semua.

"Saatnya mengurus data sekolah...". Benar, data sekolahnya harus direstore ulang karena hack Shein.

(In)

lilica yang memutuskan kembali ke sekolah pun akhirnya membolos di ruang Osis

"hey alice lagi apa?" tanyanya

ya memang amarahnya sudah reda

DRAK !

Hngg? Keributan apa lagi?

Shein dengan malas, bangun dari mejanya, dan melihat kotak musik yang terjatuh. Milik Ivvi. Dan kelihatannya ini saatnya Shein membantu perempuan itu.

"ayolah...pasti masih bisa.."

Shein mendekati Ivvi, dan memperhatikan kotak musik itu sejenak.

"Masih bisa. Coba kulihat," tawar Shein. Dia memang ahli kalau sudah masalah elektronik. Karena di rumahnya pun, Shein sering sekali membongkar suatu peralatan elektronik untuk melihat cara kerja elektronik tersebut, lalu menyusunnya kembali. Termasuk komputernya.

Shein mengutak-atik orgel tersebut. Matanya berbinar, tertarik dengan setiap benda yang menyusun orgel tersebutl. Shein selalu saja tertarik dengan hal-hal seperti itu. Lalu Shein tersenyum, melihat hasil kerjanya yang hanya beberapa menit itu selesai dengan sempurna.

"Tenang saja. Orgel atau music box seperti ini tidak akan mudah rusak. Kotak musik seperti ini, aku yakin akan awet. Karena kotak musik itu pertama kali di buat di Inggris, pada abad 19, dan di kembangkan menjadi 'orgel' , atau bisa di bilang 'music box' dalam istilah Jepang. Dan kotak musik ini menarik sekali, susunannya benar-benar rapih," Shein ngoceh panjang lebar, masih memperhatikan orgel itu.

swiiing...kaget Ivvi, melihat kotak musik kecil itu sudah berpindah tangan ke tangan shein.

"Tenang saja. Orgel atau music box seperti ini tidak akan mudah rusak. Kotak musik seperti ini, aku yakin akan awet. Karena kotak musik itu pertama kali di buat di Inggris, pada abad 19, dan di kembangkan menjadi 'orgel' , atau bisa di bilang 'music box' dalam istilah Jepang. Dan kotak musik ini menarik sekali, susunannya benar-benar rapih,"

Ivvi cengo sebentar, ia masih me-refreash otaknya untuk mengingat informasi tentang kotak musik itu.
"waaai....hebat..", dengan nada yang tidak karuan, ia tidak tau harus mengatakan apa, kotak musik itu bisa berbunyi lagi kah ?

dia ini jenius atau aneh ?, gumamnya.
"unn...terima kasih sudah memperbaikinya, s..shein", berharap ia tidak salah menyebut namanya.

"jadi...kau ini sekelas denganku ?"

"waaai....hebat.."

Shein hanya tersenyum tipis. Tentu saja itu bukan apa-apa baginya. Dia sudah pernah membongkar banyak sekali orgel, dan kotak musik seperti itu. Susunannya memang menarik, bahkan Shein pernah mencoba membuatnya.

Bisa di bilang laki-laki moody ini cukup ahli dalam bidang elektronik, dan bongkar-membongkar.

"Hmm... multi-tune Cylinder-nya baik-baik saja," Shein kemudian memainkan orgel itu lagi, dan dapat berbunyi dengan baik."Nah, sudah benar lagi!" ucap Shein benar-benar girang ketika sudah menyelesaikan atau membetulkan sebuah alat yang menarik itu.

"unn...terima kasih sudah memperbaikinya, s..shein"

"Tidak apa-apa, Ivvi-chan, lagi pula aku tidak keberatan," jawab Shein santai, kemudian kembali duduk di bangku di dekat sana. Entah bangku siapa."Ah, ya... aku di pindahkan ke kelas ini. Hngg, sedikit membuat masalah di kelasku yang dulu," jelas Shein, sambil memperlihatkan senyuman jahilnya.

orgelnya berjalan, kotak musik itu sekarang bisa mengeluarkan alunan orgel indahnya.
"aah....", ia mengambil lagi kotak musik itu dan memeluk kotak musik kecil itu. seperti tidak ingin kehilangan.

"oww....jadi termasuk anak yang susah diatur juga yaa...", ia menatap shein heran.
hawa dikelas itu hangat, panas namun banyak angin...seperti kelas yang ngetik ini sekarang =A="

SREEK....sketch shein yang sekarang masih dipegangnya terhembus angin sedikit. membuat Ivvi melihat kearah sketch itu.

Shein memperhatikan Ivvi lagi. Yang sepertinya sangat menyukai kotak musik tersebut. Shein mencatat baik-baik ingatan itu dalam memorinya.

Semua tentang Ivvi.

"oww....jadi termasuk anak yang susah diatur juga yaa..."

Shein lagi-lagi tersenyum, menanggapi itu. Shein berpikir kakaknya, Shien berpuluh-puluh kali lipat lebih susah diatur dari padanya.

Karena tadi Shein langsung melihat kotak musik itu, Shein kelupaan menaruh kembali sketchnya di tasnya. Dia malah membawa-bawa sketch tersebut. Dan tak menyadari Ivvi yang sedang memperhatikan sketchnya itu.

"Ada apa?" tanya Shein yang kebingungan melihat Ivvi itu.

"unn tidak, itu...buku gambar ?", tanyanya sambil melihat dan menunjuk sketch itu masih disenggol senggoli oleh angin.

entahlah....Ivvi melihat shein, seperti melihat seseorang...mantan kekasihnya ?(shien), namun hawanya jauh lebih beda

ia membuka kotak musik kecil itu, membiarkan kotak musik itu mengeluarkan suara indahnya...pas sekali dengan cuaca hari itu.

( dengerin aja XD)

"unn tidak, itu...buku gambar ?"

Ap--AH! LUPA KUSIMPAN!

Shein mulai berteriak-teriak sendiri di dalam hatinya. Mengumpati dirinya sendiri lagi, yang lupa menaruh sketchnya di tempat yang seharusnya. Dan sekarang Ivvi menyadarinya, padahal lukisan itu belum benar-benar sempurna. Shein selalu menyempurnakan semua lukisannya, tak membiarkan cacat satupun.

"B-bukan. Hanya... kertas soal... soal-soal latihan," jawab Shein gugup, sambil menyembunyikan sketch itu cepat-cepat.



oot: udah denger dari kemaren..wkwk..midori no hibi ya..

iya TT^TT,nee nee huweeeh TT_TT (nangis ala chibi italia)

===========================

"kertas soal ? kenapa bentuknya seperti buku gambar ?", Ivvi semakin heran dan penasaran.

"aku ingin melihatnya...walaupun itu benar soal-soal latihan !"

yak terjadi scene kedua pasangan bodoh, ditambah ada bunyi orgel seperti itu..wkwkwkwk

oot : jadi pengen nonton lg... sedih ceritanya...--;

=====================================

Shein tidak dapat mencari alasan lagi. Dia tetap menyembunyikan sketch-nya itu. Salah satu kelemahan Shein, dalam keadaan darurat, tidak bisa mencari alasan yang benar.

"J-jangan. Masih... belum selesai. Lagi pula..."

Bruk

Shein tidak fokus dengan apa yang sedang di sembunyikannya, sehingga sketch itu terjatuh, lepas dari tangannya.

Matilah aku...

Bruk

You have 100 point !

Ivvi langsung mengambil sketch itu, ia masih duduk dilantai. lembar demi lembar sketch itu ia buka dan ia lihat. banyak sekali gambar bunga disana. dan pada halaman sketch terakhir..dilihatnya, sketsa ia sendiri ?

ia diam, wajahnya tertutup oleh rambut dan poninya, namun masih menatap gambar itu.

suara kotak musik itu terus berjalan, "hiks..", Ivvi menangis ?

T-tidak, jangan di lihat... masih belum selesai

Shein ingin cepat-cepat mengambil sketch-nya yang terjatuh itu, tetapi Ivvi sudah mengambilnya duluan, dan melihat gambarnya itu.

"hiks.."

Shein tidak tau harus berbuat apa. Dia semakin panik, melihat Ivvi yang malah menangis. Dan mulai menyalahkan dirinya sendiri gara-gara sudah menggambar Ivvi tanpa seizinnya dulu.

Ternyata... gambarku memang benar-benar belum sempurna. Lihatlah, Shein... kau malah membuatnya menangis. Bodoh sekali kau, Shein.

Shein mulai mengumpat-ngumpati dirinya sendiri, kemudian mendekati Ivvi lagi.

"Maafkan aku. Jika gambarnya memang jelek, atau aku yang menggambarmu tanpa meminta izin terlebih dahulu..."

Shein tidak tau harus berkata apa lagi. Dan mulai mencari cara untuk menghibur Ivvi.

"bodoh....", pelan ia berkata. Ivvi masih mengusap-usap air matanya.

"ini indah sekali...", ia mulai membuka wajahnya, matanya masih berkaca-kaca namun ia tersenyum.

"aku suka sekali bunga..", Ivvi menjaga sketch itu seperti memeluknya. takut air matanya bisa membasahi dan membuat hancur.

"uffh...", ia mengusap air matanya lagi.

kenapa ada seseorang yang seperti dia ? yang benar-benar mencintai seseorang dengan tulus ?