[MAIN RP] Chapter 1 -Abyss - Shien's Plan

Shien tadinya ingin menyiksa Zeno, tetapi konsentrasinya pecah akibat Shein yang tiba-tiba merubah Phoebe menjadi ICE Mode, kemudian membukukan tangan Shien.

"SH*T! BAS**RD!" ok, mari di lakukan pen-sensoran di dialog ini.

Shein menatap kakaknya itu dengan dingin, berusaha menyerangnya lagi.

"Aku tidak mau main-main lagi sekarang. Jangan siksa orang-orang itu. Kau hanya berurusan denganku."

Shien sepenuhnya telah melepaskan kendalinya kepada Zeno, dia tidak fokus bertarung sekaligus melawan Shein dan harus mengontrol illusi. Itu membuat tenaganya semakin berkurang.

Zeno bingung.... Entah ini khayalannya atau bagaimana... Tetapi, tempat itu menjadi sedikit samar-samar. Apakah ini karena dirinya ditelan oleh Abyss? "Hei, Shien Einverd... Apa yang kau mau sebenarnya?" kata Zeno dengan suara rendah..

"shein! bekukan lagi! ille holenya mulai hilang" seru lilica

'moga moga ia mendengarku'

"aguila cold air bekukan tangan shien yang satunya lagi!" perintahnya

"HAHAHAHA!!ILLEGAL CHAIN INI BETUL-BETUL PAYAH!!", Alice tertawa sangat besar saking sangat semangat bertarungnya. Tapi, ia sempat dicakar dari samping oleh salah satu chain.

"Oh, SIALAN KAU!!", alice kena cakaran. Parahnya, cakaran itu membuat tangan kirinya HAMPIR putus!!

"bodoh" kata lilica

"alice menyingkirlah! akan ada angin dingin ke tempatmu!"

"Lagipula aku sudah menyingkir daritadi..ukh...", tangan kiri Alice mengucurkan banyak darah. Lalu alice berada di dekat Lilica agar tidak kena semburan dingin.

"Disini lebih baik. Maaf merepotkan..", Alice agak menjaga jarak dari Lilica.
"Flame Haze, tanganmu mengucurkan..."
"Cocytus, diam kau!", selain Alice, semua orang bisa mendengar suara cocytus.

"kebekuin aja sebentar supaya ga kehilangan darah gimana?"

tanya lilica

"aku cuma bawa perban sih"

"Tak usah.. Yah..hampir putus sih..", alice menunjukkan tangan kirinya.. Benar-benar parah.. Tangannya hampir tidak tersambung.

Alice: nasib gw buruk..

"tahan sebentar bakal dingin nih"

"aguila sambung tangan alice sementara memakai oksigen" perintah lilica

ia lalu mengambil perban dan melilitkannya di tangan alice

"sementara seperti itu dulu nanti samapi rumah baru diobati lagi" kata lilica

cling !

Ivvi muncul tiba-tiba. ini karna PMnya ga ngerti jalan cerita yang cepetnya minta ampun

"sebentar...", melihat tangan alice dan segera menariknya dengan tangan kiri.

ia mengendalikan pengendaliannya dan mendinginkan darah yang mengocor (?) di tangan alice.

"mungkin agak sakit pertama...tapi setelah sakit itu, darahmu tidak akan keluar lagi..", Ivvi mencengkram tangan alice yang berdarah dengan kencang. alhasil itu membuat efek samping yang sakit sekali.

namun darah alice tidak kemabli mengocor (?).

Ivvi si PMR, siap membantu = w = *digoreng*
yak dilihat lagi para orang yang berantem itu.

"jadi....ada apa disini ?", Ducan siap posisi bertarungnya.

"biarkan ini pertarungan antara shien dan shein" kata lilica dengan enteng

"kita hanya bisa melihat ini memang harus terjadi sejak lama" jawab lilica lagi

"mau duduk? aku bawa makanan"

"astaga..kau benar-benar memaksa..Paling dalam waktu singkat lepas lagi..", alice hanya nurut.

"Rumah....?"

"tidak akan putus ivvi hebar dalam mengobati bahkan jika putus bisa kembali kok"

"lagipula oksigen akan membantu benang fibrenmu bekerja" jawab lilica

kali ini tatapannya kosong ia tidak peduli

yang ia rasakan hanya 1 dendam yang tak terbalaskan

-Sementara itu battle antara Shein dan Shien-

Shien benar-benar tidak ada persiapan untuk melawan Shein yang sudah berbeda dari 100 tahun yang lalu. Dia terlalu meremehkan Shein, sehingga dia sekarang kesulitan melawan Shein.

Tangan Shien sudah kembali seperti semula. Karena pembekuannya memang tidak dapat berlangsung lama.

Shein kemudian mendekati Shien, sifatnya memang sedang berubah menjadi benar-benar dingin bagaikan es.

"Phoebe, ubah helaian sayapmu menjadi pisau. Serang orang ini."

Shien berusaha menghindar, tetapi dia benar-benar tidak menduga Shein yang lemah itu dapat bertindak seperti ini. Ternyata Shien salah merencanakan. Memasukkan Shein ke abyss bersama Phoebe hanya akan menambah Shein semakin kuat. Dan untuk kali ini rencananya tidak absolut.

"SIAL!" Shien menggunakan pedang claymore-nya sebagai tameng dari hujan pisau yang menyerbunya. Dan sayangnya tidak berhasil. Sebuah pisau tepat menancap di matanya, dan kali ini Shien tak bisa apa-apa, histeris.

"AAAAAAKH!" Shien memegangi mata kanannya, darah mengucur terus menerus. Darahnya tak bisa di hentikan. Shien tetap memegangi tangannya, berteriak kesakitan. Mungkin mata sebalah kanannya tidak bisa di selamatkan lagi. Hancur.

Kumohon... jangan bunuh kakakku Shein memohon kepada dirinya sendiri, yang sedang dalam mode ICE-nya.

lilica yang melihat itu hanya bisa berdoa supaya shien tak mati

"kumohon jangan bunuh shien, shein" kata lilica pelan

dapat dilihat wajahnya memperlihatkan kesedihan yang mendalam

"andai waktu dapat berputar kembali, akan ku coba untuk merubahnya" harapnya pelan meski ia tahu bahwa itu tidak mungkin

Shein menatap Lilica dengan dingin, tanpa perasaan dan tidak mempedulikannya.

Tetapi walaupun dalam mode yang berbeda, Shein tetaplah Shein. Dia tidak akan membunuh kakaknya sendiri. Dan kembali kepada normal mode, menghampiri Shien yang sedang kesakitan.

Shein berjalan pelan, menuju Shien yang masih memegangi sebelah matanya, kemudian Shein mengulurkan tangannya.

"Kita mulai dari awal, semuanya. Kembalilah seperti onii-sama yang kukenal dulu, mau?" Shein menawarkan satu kesempatan lagi kepada Shien, kayak iklan 3 di akhir kalimatnya itu.

Shien tersenyum, dia berdiri, sebalah tangannya masih memegangi matanya. Dia mendekati Shein, ingin menerima tawaran itu. Shein mulai yakin ada pencerahan di sana, akhirnya ada cahaya juga yang menerangi hati kakaknya itu, Shein kehilangan konsentrasinya.

"Aku menerimanya dengan senang hati," Shien kemudian mengambil claymore-nya lagi yang terjatuh, dan dengan cepat menusukkan pedangnya sampai menembus ke tubuh Shein. Shein tentu tidak menduga itu akan terjadi, padahal dia melihat senyuman itu. Senyuman tulus dari kakaknya. Jadi itu semua hanyalah sandiwara, huh?

Darah sekarang bercucuran. Semuanya gelap. Shein tidak bisa menyerang lagi. Di rasakannya darah mengalir, Shien dengan laknatnya menarik pedang Claymore-nya yang masih menusuk di tubuh Shein dengan cepat. Membuat semakin banyak darah keluar dari tubuh Shein.

Kenapa... seperti ini...

Shein terjatuh. Dan semuanya menjadi benar-benar gelap sekarang. Samar-samar dia melihat wajah kakaknya, yang tersenyum puas dan licik melihatnya terjatuh dengan bersimbahkan darah seperti itu. Kejam.

"Shein..janganlah bunuh orang lagi..jangan menjadi orang penuh penyesalan seperti diriku..Kumohon...", Alice berdoa agar tidak ada lagi korban.

"shein kumohon kau juga jangan mati" harap lilica pelan

"banyak yang akan menangisimu jadi kumohon jangan mati"

"bangunlah aku tahu kau bisa" lilica tidak bisa berbuat apa apa ini adalah pertarungan mereka bukan haknya untuk ikut campur

"shien kumohon jangan bunuh shein"

lilica saat ini hanya bisa berharap dan melihat ini bukan pertarungannya ini pertarungan mereka

ia terus mengingatkan dirinya akan hal itu meski ia ingin menyelamatkan shein...

maka ia memutuskan untuk mendekat ingin melihat keadaan shein meski ia tidak ikut campure dalam pertarungan ini..

"bangunlah" doanya pelan

Shein tidak dapat melihat orang-orang di depannya. Tapi dia masih mendengar, suara Lilica dan Alice di sekitarnya.

Semuanya gelap. Dia tidak bisa melihat apa-apa, hanya suara-suara orang-orang itu. Menyemangatinya? Dan Shein merasakan dia tidak berguna, rasanya sudah tidak ada harapan lagi untuk bangun. Kondisinya parah.

Sementara itu Shien, dengan laknatnya menebas Rhea/Phoebe. Rhea yang terkaget akan ambruknya sang master, menjadi kehilangan kendali, sehingga sayapnya terluka akibat terkena oleh Claymore milik Shien.

"Kalian lihat? Akibat dari melawan ke absolutanku?"

"shein bangunlah hanya kau yang bisa" kata lilica

"kali ini kupinjamkan kau aguila, jadi kumohon bangunlah"

"bangunlah kau bisa aku tahu kau mampu ya kau bisa kau bisa bangunlah" doa lilica agak keras

"Kenapa..semua harus terjadi seperti ini...?Kenapa...?", Alice berubah jadi Angelic. Menahan tangis, ia tak bisa berkutik. Tiba-tiba, Alice kembali berubah jadi devil.

"Membunuh saudara kandung yang telah menghormatimu sampai sejauh ini...Kau bunuh bagaikan seekor binatang... Apa kau pantas disebut-sebut sebagai seorang penerus, hah? Sekarang..Kau pantas disebut SAMPAH...", Alice menggenggam pedangnya dengan kuat. Hawa chain menguasainya sekarang. Ia tak berkutik. Menatap Shien penuh dengan kebencian.

lilica yang mendengar alice langsung mencegahnya dan berkata

"DIAM! ini bukan pertarunganmu! shein ia belum mati aku tahu itu, ini pertarungan mereka! biarkan ini berlanjut!" seru lilica

"siapapun yang akan jadi pemenangnya yang akan menjadi masternya kita tidak boleh ikut campur atau pertarungan ini tidak akan adil"

pupil mata Ivvi mengecil. ia melihat sesuatu kejadian yang sangat menusuk perasaannya. seakan-akan jantungnya berhenti memompa darahnya. hawa disana seperti membuat dirinya sulit bernafas.

"SHEIN !!!", teriak ia sambil meneteskan air mata.

ia berlari dan memeluk shein yang berlumuran darah. baju putih Ivvi seakan-akan menjadi berwarna merah karna darah itu.

"bangunlah...kumohon ! " bibirnya begetar mengucapkan itu, ia masih syok dan wajahnya tambah pucat.

air matanya pecah, tidak berhenti.

Ducan yang melihatnya hanya menatap kosong, kenapa bisa seperti ini ?
ya tuhan, selamatkan dia..

"ivvi biarkan dia" kata lilica tenang

"dia belum mati kok, pingsan saja"

"biarkan nanti juga bangun" kata lilica lagi sambil makan cake (sadiss)

"AKU JUGA TAK INGIN MENGHENTIKAN PERTARUNGAN INI, LILICA!!", Alice memekik keras. Ia bersikap dingin.

"Bodoh... Kau benar-benar bodoh.. Amat sangat bodoh.. Membuat istrimu menangis seperti itu, bangunlah.. Aku yakin kau bisa... Aku tau, kau kuat, Shein.. Kau pasti bisa... Janganlah kau mati, kau akan meninggalkan penyesalan nanti... Sadarlah...", Alice tak bisa berkata apa-apa lagi. Tatapannya kosong. Hatinya begitu hampa.