[RP]EINVERD HOUSE

Lokasi : Dilorong ruangan, dekat kantor kerja shein

...

Rhea berhenti melangkah... ia diam berdiri memerhatikan Ivvi yang tengah sekarat di sana, hanya melemparkan pandangan datarnya seperti biasa.

"Kenapa?" dan hanya memberikan pertanyaan pendek.

Melihat tidak ada jawaban dan Ivvi yang malah menangis, kemudian nona bersayap ini mulai bertanya-tanya di dalam hatinya dan memeriksa chain satu itu. Ia menyentuh dahi Ivvi dengan tangannya, panas?

Dan kemudian Rhea sadar bahwa Ivvi mungkin sakit? Kenapa orang suka sekali sakit? Aneh... lebih anehnya lagi, tidak ada seorangpun di sana. Bukankah tadi Ivvi bersama dengan Raven dan orang yang tidak ia kenal itu? Di mana mereka sekarang? Dan di mana Masternya?

... Tidak boleh dibiarkan, kemudian Rhea memanggul Ivvi (bukan gendong ya) dan menyeretnya ke ruangan terdekat.

RAVEN SIDE

"a,aku...tidak tau di koridor, atau lorong mana...cepatlah,dia sangat lemah se, sekarang.."

"Oh, OK, baiklah," Raven buru-buru menuju koridor yang paling dekat, koridor di dekat ruang kerja Shein.

Di lihatnya koridor itu sepi, hanya ada Shein yang sepertinya sedang mencari seseorang.

"Eh, SHEIN! Kau lihat Ivvi? Kata Ducan-san dia sedang sekarat, dan menyuruhku ke koridor. Kau lihat dia?"

Shein menyangka Raven hanyalah mengigau atau mengkhayal. Dia memukul kepala Raven, seperti biasa menyiksanya secara pelan.

"BODOH! Ivvi dan Ducan sudah pergi kan? Kau ini kerjanya mengkhayal terus."

Location : Ruangan... sebut saja ruangan untuk bersantai
@Sayo : Biarkan saya seret Ivvi ya *digeplak*
---------------------------------------------------------------------------

"Haaah~!"

Sebut pekerjaan paling melelahkan di dunia, SATU menyeret wanita yang lebih berat dari dirimu ke sebuah ruangan dan menidurkannya di atas sofa panjang. Rhea berhenti di situ, ia membaringkan Ivvi yang nampak K.O. karena demamnya di atas sofa tersebut.

"Oh ya, berat..." ia lalu ke luar ruangan sebentar mengambil sebaskom air hangat dan kain handuk. Kemudian kembali dan menaruh kain handuk yang telah dibasahkan oleh air itu di dahi Ivvi.

... "Tunggulah, mereka pasti datang," gumamnya kemudian. Mungkin Rhea harus keluar ruangan dan memanggil orang-orang untuk datang ke tempat itu? Yang jelas ia tidak terbiasa merawat orang sakit.

Seperti biasa, Shein menumpahkan seluruh kekesalannya kepada Raven. Yang paling dia sering lakukan adalah menyeret Raven dengan cara menarik rambutnya yang di ikat panjang itu. Raven di sini terlihat seperti manohara yang di siksa orang yang di siksa oleh majikannya.

"Cih, aku tidak ada kerjaan. Ingin sekali mejahili seseorang lagi," pandangan Shein benar-benar tertuju pada Raven, satu-satunya orang di sana.

"EH! JANGAN DULU, SHEIN! AKU BENAR-BENAR MELIHAT IVVI DAN DUCAN TADI! Sebaiknya kau biarkan aku untuk mencari mereka, Ivvi dalam keadaan gawat!"

Raven masih berusaha untuk berdebat dengan temannya itu. Walau Raven tau dia akan semakin tersiksa jika melawan perkataan Shein sang iblis.

nyaaan tidak apa-apa...~~ = w = seret saja dia, sayo tambah senang XD *digerek Ivvi*
______________________________

Lokasi : sama kaya rhea laah

Ivvi....
tidak tau mau ditulis apa lagi, dia sekarat di sofa dan mulai mengigau tidak jelas. nafasnya tidak beraturan.
"ma...maaf...hhh...aku", itu lah yang ia katakan berkali-kali.

Ducan...
tidak tau juga mau ditulis bagaimana, dia juga sekarat (geleng2) ==;;
Ducan tertidur diruang tamu itu. dia sangat amat lelah..

...

Rhea masih duduk di sebelah Ivvi dengan bangku kecil. Sesungguhnya ia ingin pergi dan mencari pertolongan, tapi tidak bisa juga meninggalkan Ivvi sendirian di sana.

Jadi, nona bersayap ini hanya diam, memerhatikan si Chain yang tengah beradu dengan mimpi buruknya. Ia lalu mengambil kain handuk di dahi Ivvi, mencelupkannya ke air, kemudian memasangkannya lagi di tempat semula.

"Hhh~" sedikit menghela nafas.

Dan tiba-tiba, Ivvi mengigau. Minta maaf? Untuk siapa? Pasti sakit seperti itu sangat menderita hingga harus minta maaf segala. Rhea kemudian menggenggam tangan Ivvi, "Tidak apa-apa... tenang saja..." ucapnya lagi.

Ngomong-ngomong, di mana yang lain?

SHEIN AND RAVEN SIDE

Raven benar-benar ketakutan melihat hawa iblis Shein dan kejahilannya sudah memuncak. Dia ingin lari dari sana, tapi tak bisa. Saking takutnya, Raven menjatuhkan mayat laba-laba yang di cintainya, yang di bunuh oleh Shein.

Shein hanya melihat laba-laba itu dengan tatapan jijik dan mengejek.

"Itu kan laba-laba yang tadi pagi kubunuh. Kok masih di bawa-bawa saja? Kau ini bodoh atau apa?" Shein melihat reaksi Raven. Sebenarnya dia ingin melihat Raven marah padanya. Dia tau itulah yang paling di benci Raven.

Raven buru-buru beranjak dari duduknya, dan dia terlihat marah.

"JANGAN MENGHINA BLACKY! DIA SAHABAT TERBAIKKU!" Raven mengambil kembali laba-laba itu, dan memasukkannya ke jubahnya."AKU INGIN KELUAR! AKAN KUTUNJUKKAN IVVI DAN DUCAN MASIH ADA DI SINI!" tantang Raven.

Apa katanya? Laba-aba itu teman terbainya? Lalu aku apa, hah? HEWAN JUGA??!!

Shein membiarkan Raven untuk kabur, mencari Ivvi dan yang lainnya.

"mffh...maaf...", ia masih mengigau.

Ivvi tidak lagi mengeluarkan air mata....sudah habiskah ? lelah... ?
ia rasakan ada seseorang yang menyentuh tangan kirinya.

ja, jangan disentuh..ini tangan orang yang cengeng ! dan tangan orang yang mengerikan.., gumamnya dalam hati sambil mengigau kata maaf.

Nafasnya tambah tidak beraturan, apakah aku akan mati ?, *ditonjok sampe mati sama Ivvi*

SHEIN SIDE

Shein hanya mondar-mandir, tak ada kerjaan. Memikirkan perkataan Raven. Lagi pula Raven kalau di pikir-pikir tak pernah berbohong padanya.

"Apa boleh buat. Aku cari juga Ivvi dan Ducan. Kalau sampai tidak ketemu, lihat saja... aku akan menyiksamu, Raven," Shein berjalan keluar, mencari di mana Ivvi terlebih dahulu.

LOKASI : Di banyak ruangan

SIAL! KENAPA BANYAK SEKALI RUANGAN! MEMBUATK SULIT MENCARI MEREKA!

Rhea masih duduk di sebelah Ivvi, menemaninya atau hendak menjaganya. Yang pasti ia tahu bahwa wanita ini penting untuk Masternya, dan itu berarti penting juga untuknya.

Sekali lagi, Ivvi nampaknya masih mengigau hal yang sama. Rhea tidak bisa melakukan apapun, ia bahkan tidak yakin untuk meninggalkan tempat itu, meninggalkan si pasien yang K.O. karena sakitnya sendirian. Setidaknya sampai pasiennya itu tenang dan mendapat kesadarannya kembali.

... Adakah yang bisa ia lakukan?

"Loneliness, your silent wishper... fills a river of tears trough the night... memory you never let me cry... and you, you never say goodbye~"

Hanya melantunkan sebuah lagu melalui suaranya seperti biasanya. Siapa yang bisa mendengar itu, datanglah.

"Loneliness, your silent wishper... fills a river of tears trough the night... memory you never let me cry... and you, you never say goodbye~"

suara ? suara itu...siapa ? jangan-jangan aku sudah dipulau yang terdapat wanita bernyanyi itu, dia menarikku lagi ?

mendengar lantunan rhea, Ivvi hanya diam..ia lelah, lantunan itu seperti menidurkannya. Ivvi pun tertidur dan diam..tidak mengigau ataupun mengisak tangisannya. ia diam seperti orang yang mati. namun masih hidup..tidur seperti mati ? ==

maafkan aku..

(sound back - kaze no machi e -FicJunc Keiko (ost TRC))
eyaaa sound back lagi

SHEIN SIDE

Shein masih mencari di ruang keduapuluh yang dia temui, masih belum di temukannya Ivvi. Shein tidak bisa membayangkan dia mencari keseluruh ruangan, mungkin jika di hitung ada banyak sekali ruangan di sini, berpuluh-puluh, bahkan hampir seratus lebih.

"Loneliness, your silent wishper... fills a river of tears trough the night... memory you never let me cry... and you, you never say goodbye~"

Eh? Suara Rhea?

Shein melihat ruangan di depannya, tempat berasalnya suara nyanyian indah itu. Shein membukanya, takut dengan kenyataan yang akan di lihatnya nanti.

*Lanjut karaokean*~
----------------------------

"Love everlasting fades away... Alive within your beatless heart... Dry your tear, with love~"

Hanya lantunan itu yang bisa dilakukannya. Rhea terus bernyanyi sementara Ivvi masuk ke alam bawah sadarnya. Siapapun datanglah...

"Dry your tears, with love..."

Siapapun juga boleh, ia tidak bisa melakukan hal lain. Setidaknya kalau ada orang lain, mereka pasti bisa berbuat sesuatu.

RAVEN SIDE

Raven malah pusing sendiri dengan mencari ke ruangan-ruangan di kediaman EINVERD tersebut. Terlalu banyak ruangan. Dia kemudian kembali ke ruang tamu, melihat Ducan tidur, Raven pun ikut-ikutan tidur karena kecapekan juga.


SHEIN SIDE

"Rhea? Apa yang...," Shein melihat Ivvi yang terluka parah.

Dia benar-benar tak bisa berkata apa-apa, tak tega melihat gadis itu benar-benar buruk kondisinya.

"Ivvi...," Shein mendekati Rhea dan Ivvi. Melihat keadaan Ivvi tepatnya.

... Oh! Akhirnya ada yang datang juga, tepat saat lagunya berakhir.

Dan... yah, begitu Shein mendekatinya, Rhea kemudian berdiri dan memberikan tangan Ivvi yang digenggamnya sejak tadi pada tangan Masternya.

"Nona Ivvi hanya demam, saya rasa begitu..." lalu berjalan, berniat meninggalkan ruangan itu setelah memberikan penjelasan singkatnya. "Oh... tadi ia mengigau, meminta maaf."

Selesai dengan kata-katanya, Rhea kemudian bergegas meninggalkan ruangan itu. Ia malas melihat orang pacaran orang sakit.

"Nona Ivvi hanya demam, saya rasa begitu..."

Demam? Sejak kapan? Ketularan?

"Oh... tadi ia mengigau, meminta maaf."

Meminta maaf pada siapa?

Shein kebingungan sendiri, ternyata benar apa kata Raven. Shein berjanji pada dirinya sendiri untuk meminta maaf pada Raven nanti. Di lihatnya Rhea buru-buru keluar dari sana, sepertinya tidak mau mengganggu Ivvi dan Shein.

"Tunggu sebentar, Rhea... kau saja yang menunggui Ivvi di sini. Aku... mau mencari dokter," Shein sebenarnya tak tega melihat Ivvi yang sakit gara-garanya lagi.

Ah... baru saja melangkahkan kaki beberapa langkah, gerakannya terhenti karena perintah dari Shein. Mau tidak mau, suka tidak suka, kemudian Rhea berbalik dan duduk di kursi itu.

Ia akan melakukan apa saja, termasuk menunggui orang sakit jika itu perintahnya. Oke... dari pada bosan, lebih baik ia menyanyikan lagu kedua *disepak*.

Sesekali ia melihat Ivvi, melirik di ujung matanya. "Seharusnya kau senang karena diperhatikan," ucapnya kemudian.

"Like a river flowing to the sea
You'll be miles away, and I will know
I know I can deal with the pain
No reason to cry"

Shein mendengar Rhea sudah menyanyikan lagu keduanya, itu saatnya dia pergi mencari bantuan.

Lokasi : Ruang utama kediaman Einverd.

Shein menghampiri salah satu butler-nya, wajah Shein benar-benar lemas. Tadinya dia ingin menyuruh para pelayannya sambil berteriak-teriak seperti yang biasa di lakukannya. Tapi dia tidak bisa melakukan itu saking lemasnya.

"Panggilkan dokter. Sekarang."

Shein berbalik, menuju kamar yang ada Ivvi dan Rhea-nya. Memantau keadaan Ivvi, walapun setiap melihatnya Shein serasa ingin bunuh diri saking kesalnya pada dirinya sendiri.

"Crucify my love
If my love is blind
Crucify my love
If it sets me free
Never know Never trust
"That love should see a color"
Crucify my love
If it should be that way"

... Masih mengautiskandiri bernyanyi tidak jelas, setidaknya itu mengusir rasa kebosanan dan siapa tahu bisa membuat tenang siapapun yang mendengarnya. Siapa tahu saja...

Rhea melantunkan lagu itu sambil mengosongkan pikirannya. Sejujurnya ia bosan harus terus berada di samping orang sakit, apapun alasannya. Ia hanya tidak menyukai keadaan lemah seperti itu.

bosan

Lokasi : di kamar, deket si Ivvi sama Rhea

Shein terus menunggu dengan gelisah. Cemas. Kesal. Semuanya campur aduk dalam perasaannya saat ini.

Dokter yang di panggilnya akhirnya datang juga. Dokter itu adalah dokter yang sama, ketika kejadian Ivvi yang di operasi dulu.

"Rawat saja di sini," perintah Shein pada dokter itu."Rhea, kau terlihat capek... sebaiknya istirahat saja. Biar aku yang menunggui Ivvi sekarang.

Oh... itu dia, akhirnya Shein memberikan perintah agar Rhea dapat keluar dari ruangan itu segera. Setidaknya Rhea tidak harus mendengar perintah itu dua kali, ia bergegas bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu keluar.

"Pardon..."

Dan... membebaskan diri dari hawa sakit di ruangan itu. Nona bersayap ini kemudian dapat bernapas lega karena ia tidak mau berhubungan dengan yang seperti itu lagi.

Rhea sudah keluar dari ruangan itu.

Kini hanya tinggal si dokter, Shein, dan Ivvi.

"Ini hanya ada luka-luka kecil dan demam biasa. Besok juga sudah sembuh," dokter itu tersenyum, menjelaskan semuanya.

Shein hanya mengangguk-angguk saja, lega. Dokter itu juga memberikan obat padanya. Untuk Ivvi maksudnya.

Kumohon... ini untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak akan melukai Ivvi ataupun melepaskannya lagi... kumohon... tuhan...

Shein tertidur dengan posisi duduk, dia terus-terusan bedo'a sampai kesadarannya benar-benar hilang.

oot : ga jadi nabok ?
________________________

Time : 7 jam kemudian...emm sepertinya sudah kehari berikutnya, namun masih pagi pagi sekali..

penglihatan begitu buram, Ivvi melihat kesana kemari, badannya yang panas menurun sekrang. namun masih hangat.
kepalanya sangatlah pusing, ia ingin muntah rasanya.
namu saat melihat seseorang yang disebelahnya, Ivvi menjadi diam..
air matanya kembali membasahi pipinya.

dialah orang yang kucari...

dilihatnya kembali ada kain basah didahinya, dan selimut tebal menutupinya sekarang.
"hiks...", Ivvi makin menangis melihat semuanya ini.

matanya sembam sekali, wajahnya masih pucat..ia menyentuh rambut shein yang disebelahnya dengan jemari kirinya.

kuharap...kekuatanku bisa dikendalikan, kumohon..

dan hasilnya, rambut shein tidak membeku..ia baik-baik saja dalam tidurnya.
Ivvi pun tersenyum lega dan hangat, namun tangis di matanya...tetap membasahi pipi itu.
ia mengelus-elus rambut shein lagi.

ini bukan mimpi..
aku, aku menyukai mu..

mata Ivvi menutup lagi dan masih mengeluarkan air mata , ia begitu lelah dan tertidur lagi. sampai-sampai ia tersenyum, luka yang ia miliki sudah sembuh kah ?

(song back - because of you - stephanie) *dijotos* *mati*

oot:masa saya setega itu sama Ivvi, gak mungkin lah saya nabok cewek..

==============================================

Shein benar-benar tenggelam dalam do'anya di alam bawah sadarnya, dia tak henti-hentinya berdo'a agar tak terjadi apapun pada gadis yang ada di sebelahnya itu.

Kumohon... ini untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak akan melukai Ivvi ataupun melepaskannya lagi... kumohon... tuhan...

Shein tidak henti-hentinya mengulangulang semua perkataan itu. Bahkan di mimpinya pun dia teringat untuk berdo'a.

Di rasakannya, ada suara tangisan. Suara itu seperti memanggilnya. Shein bangun dari semua mimpi-mimpi itu. Shein memandang wajah Ivvi, melihat matanya yang berair karena tangisan.

Apa Ivvi tadi sudah bangun? Apa Ivvi menangis lagi? Kenapa?

Yang hanya bisa di lakukan oleh Shein hanyalah bertanya pada dirinya sendiri, dan berdo'a. Walaupun dia sudah sadar, Shein tetap melancarkan setiap do'anya. Shein kemudian memanggil maid, untuk membuatkan sup hangat. Dia ingat Ivvi harus minum obat, dan Ivvi jelas harus makan dulu.

eemh..

baru saja Ivvi tertidur, ia terbangunkan lagi oleh gerakan seseorang disebelahnya.
bola matanya tidak sepenuhnya terbuka, ia masih pusing.
Ivvi membalikkan badan dan melihat shein sudah bangun, atomatis ia kaget sekali dan duduk dari tidurnya.

"emmh...", Ivvi mengelap air matanya, dan menundukkan kepala.

(song back - bangun tidur kuharus mandi - (yang nyanyi...kak seto kali =="")