When fate gather... [story telling]

Ternyata Alfonze terlalu panik sampai-sampai dia kalah cepat oleh Ceil. Ada perasaan kecewa, kenapa dia tidak bergerak lebih gesit daripada Ceil.

Nafas Alfonze terasa berat sekali melihat Regina yang pingsan itu dibawa kembali oleh Ceil ke tepi pantai.

Dia tidak bisa berkata apa-apa.

Perasaannya saat ini kacau sekali. Antara khawatir, kesal, marah, merasa tidak berguna, semuanya bercampur menjadi satu.

Aku tidak bisa menolong Oscar-sama, begitupun dengan Regina-sama...

Seluruh tubuhnya mendadak lemas. Tatapannya sekarang benar-benar kosong, dia hanya bisa memanggil-manggil Regina seperti apa yang Ceil lakukan.

Alfonze mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku bajunya. Botol itu berisi air yang diracik dari tumbuh-tumbuhan. Alfonze cukup pintar untuk mengetahui dan meracik obat-obatan.

Alfonze segera meminumkan obat itu kepada Regina dengan harapan masternya itu akan segera bangun.

OOT: Meminumkannya gimana pi?! O_O *pakpok!*

================================
Ceil menyadari Alfonze yang baru saja kembali. Wajah Alfonze terlihat agak kusut dan ia tampak panik. Dipanggilnya nama Regina berkali-kali seperti yang Ceil lakukan.

Lalu, dilihatnya Alfonze meminumkannya sebuah ramuan. Memang Ceil merasa bersyukur Regina dapat diselamatkan, tetapi ia juga merasa cemburu di lubuk hatinya.

oot : tinggal dimasukkin aja, kan...kepalanya agak diangkat supaya gak terlalu keselek, terus diminumin deh...obat kayak gitu jg ada kok :D

========================

Alfonze diam saja. Menunggu reaksi Regina. Obat itu dia tau cukup ampuh, dan Regina pasti sebentar lagi akan bangun.

"Maaf...," gumamnya pelan.

Ivvi sangat takut dan khawatir serta kecewa karna ia tidak bisa menolong masternya.

dan ketika melihat ceil membawa regina dan nana yang dalam keadaan pingsan, Ivvi pun panik dan berlari mendekati ceil yang membawa regina dan nana.

"regina...regina...bangun reina...", Ivvi mencoba membangunkan regina.
lalu ia berlari untuk mengambil obat-obatan.
Ivvi sangat amat panik.

regina merasa ada sesuatu yang ia telan, rasanya...seperti... jamu obat-obatan yang dicampur..dan rasanya pahit..

"uhuk !", regina terbatuk saat merasa sangat pahit dilidahnya

Ivvi kembali dari mengambil obat-obatan ia menekan2 bagian tengan badan nana..dan nana pun mengeluarkan air dari mulutnya.

regina mulai membuka matanya, namun penglihatannya masih buram..

"Ivvi...", ucap regina pelan memanggil Ivvi

setelah membuat nana sadar, Ivvi segera mendekati regina..
ia langsung mencubit pipi regina

ngek~

"kau ini ! membuatku....khawatir !", Ivvi malah menceramahi dan terus mencubit pipi regina

"umhh..hugg...", regina tidak bisa bicara, pipinya terus dimainkan Ivvi

"uhuk !"

"Maaf memang obatnya agak pahit, Regina-sama. Itu berguna untuk merangsang tubuh untuk kembali segar, dan bisa menghilangkan virus-virus yang ada pada tubuh."

Alfonze sudah cukup tenang sekarang, matanya yang berwarna biru laut itu mencari-cari Vogel. Cukup dengan telepati, Vogel sudah hadir didepan masternya.

"Vogel, bisa ambilkan Ganoderma lucidum di rumahku?" tanpa diselingi dengan adu mulut, Vogel langsung menurut kepada masternya.

Hanya dengan beberapa menit saja, Vogel sudah kembali lagi membawa Ganoderma lucidum atau secara bahasa awamnya, Jamur kayu.

"Regina-sama, makanlah ini," Alfonze memberikan Ganoderma lucidum yang sudah direbus itu pada Regina."Berguna untuk menguatkan dan meningkatkan daya tahan tubuh."

"Maaf memang obatnya agak pahit, Regina-sama. Itu
berguna untuk merangsang tubuh untuk kembali segar, dan bisa
menghilangkan virus-virus yang ada pada tubuh."

sebenarnya penglihatan regina masih buram, seperti...blur :))
regina hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

dan beberapa menit kemudian..

"Regina-sama, makanlah ini,"

"Berguna untuk menguatkan dan meningkatkan daya tahan tubuh."

ia meraba tangan alfonze, dan menemukan jamur itu.
regina langsung memakannya dengan perlahan

Ivvi hanya melihati regina yang memakan jamur tersebut.

"terima kasih alfonze-san..", ia mengatakannya bukan didepan alfonze melainkan membelakangi alfonze (gara-gara penglihatannya ga jelas), lalu ia kembali lagi tersenyum.

"terima kasih soir-san..", sekali lagi ia mengatakannya bukan kearah ceil melainkan kearah Ivvi.

"dimana nana ??"

Dirasakannya sentuhan lembut tangan Regina. Begitu dingin. Tentu saja, karena tadi dia sempat tenggelam.

"dimana nana ??"

"Nana juga selamat, dia diselamatkan oleh Soir-san juga" rasanya berat sekali untuk mengatakannya.

Kali ini Alfonze serius, mata birunya memperhatikan Regina terus-menerus. Dia cukup jarang membuka kacamata goggle-nya, baru kali ini saja karena dia merasa sangat panik tadi.

Alfonze mengambil jubahnya, dan menyelimutinya ke tubuh Regina.

"Begini lebih baik. Regina-sama pasti kedinginan tadi," Alfonze tersenyum, dan kembali memperhatikan Nana yang tak jauh dari sana.

Alfonze memberikan Nana obat penenang yang tentu disukai oleh semua anak-anak, yaitu coklat.

terima kasih soir-san..",

Walau Regina tidak mengucapkannya sambil menghadapnya, ia tetap merasa bersyukur Regina dapat selamat.

"Sama-sama..." Ucapnya

Tampaknya Ceil keduluan. Alfonze lalu menyelimuti Regina dengan jubahnya dan memberikan Nana penenang. Lagi-lagi ia merasa tidak berguna.

"Master..." Sneich menyelimuti Ceil dengan mantelnya

"Terima kasih, Sneich." Ceil menunduk.

Ia memperhatikan Alfonze yang membantu Regina dan ada rasa iri di hatinya.

"Nana juga selamat, dia diselamatkan oleh Soir-san juga"

"terima kasih sekali lagi soir-san...", ia menundukan kepala dan kali ini ia benar menghadap ceil.

dan tiba-tiba regina merasakan tubuhnya menjadi hangat karna diselimuti sesuatu.

"ah..", ia meraba-raba dan itu jubah alfonze..

"terima kasih sekali lagi alfonze-san...", ia mengeratkan tubuhnya yang sebenarnya kedinginan itu.

Ivvi bengong dari tadi, dia seperti ga ada kerjaan...semua penyelamatan dilakukan oleh kedua pria tersebut, bukan dirinya yang sebagai chain regina

Ivvi >

hanya ini yang bisa dilakukan Ivvi..
ia menyelimuti nana memakai handuk tebal, dan menyisir rambut regina dengan pelan-pelan..

dan tiba-tiba saat menyisir rambut regina, ia melihat sesuatu yang bersinar..
"gingin..lihat...ini...bintang laut kecil...", ia mengambil bintang laut kecil yang menyangkut di rambut regina.

regina langsung menggosok-gosok matanya, agar penglihatannya membaik.
"waaah lucunyaa...", kagumnya melihat bintang laut yang sangat kecil itu, maklumbarupertamakali

"terima kasih sekali lagi alfonze-san..."

"Sama-sama, Regina-sama." jawab Alfonze lega melihat keadaan Regina yang sudah cukup membaik.

"gingin..lihat...ini...bintang laut kecil..."

Alfonze memperhatikan bintang laut itu. Benar-benar lucu menempel di rambut Regina.

"waaah lucunyaa..."

"Indah kan? Itu Asterias forbesi (nama ilmiah bintang laut), warnanya juga bermacam-macam. Regina-sama bisa menemukan Asterias forbesi disekitar tepi pantai ini juga. ," Alfonze menjelaskan dengan riang. Dia memang tertarik pada makhluk-makhluk laut, sampai-sampai nama ilmiahnya pun dia hapal.

"terima kasih sekali lagi soir-san...",

Ceil hanya mengangguk menanggapinya.

"waaah lucunyaa..."

Ceil tersenyum sendiri melihat Regina dapat tersenyum kembali. Ia bersyukur paling tidak dapat menyelamatkannya.

Ceil mendekati Regina dan mengacak-ngacak rambutnya. Ia tersenyum.
"Lebih baik ganti baju dulu. Kalau tidak nanti bisa flu lho." Katanya

"Indah kan? Itu Asterias forbesi (nama ilmiah bintang laut), warnanya juga bermacam-macam. Regina-sama bisa menemukan Asterias forbesi disekitar tepi pantai ini juga. ,"

regina berbinar-binar jika mendengar hal yang seperti itu.
"indah sekali....", regina >>

dan dirasakannya sentuhan tangan yang hangat mengacak-acak rambutnya

srukkusrukkusruk

Ivvi sempat kesal karna rambut regina yang sudah ia sisiri malah diberantaki lagi sama ceil. >>

"Lebih baik ganti baju dulu. Kalau tidak nanti bisa flu lho."

"tapi aku tidak bawa baju..", regina > oAo

"Lebih baik ganti baju dulu. Kalau tidak nanti bisa flu lho."

Alfonze baru menyadari kehadiran Ceil. Rasanya Ceil sedang ingin berdua dengan masternya, jadi Alfonze memilih untuk mengalah. Alfonze bukanlah orang yang egois, dia mengira Regina juga sedang ingin ditinggalkan berdua dengan Ceil.

"Ah, ada Soir-san! Terima kasih tadi sudah menolong Regina-sama,"Alfonze membungkukkan badannya, sopan."Tidak apa-apa kan kalau kutinggal sekarang?" tanya Alfonze dengan nada yang dipaksakan.

Ingatlah Alfonze...jangan mencampuri urusan orang lain. Biarkan mereka berdua bahagia, dan itu semua tidak ada urusannya denganmu

Alfonze membalikkan badannya, dan menelusuri jalan setapak menuju pondok yang tak jauh dari sana. Meninggalkan Ceil dengan Regina berdua saja.

"Hei, Bodoh, kenapa kabur begitu saja?"

Alfonze mengacuhkan Vogel, dan mulai mengistirahatkan dirinya di pondok itu.

"tapi aku tidak bawa baju.."

DOENG?!
"Umm... gimana ya~ Ivvi-san punya baju ekstra??" Tanya Ceil

"Umm...Master, kebetulan saya punya kemeja cadangan." Sneich mengeluarkan sepotong baju kemeja

"Ah, itu bagus! pakailah, Regina-san." Ucapnya lembut.

Alfonze yang melihat dirinya bersama Regina pergi begitu saja. Ceil agak merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa kan kalau kutinggal sekarang?"

regina merasa mungkin alfonze lelah, jadi ia menganggukan kepala dan memperbolehkannya.

"ah...sebentar...alfonze-san...", belum regina mengucapkannya, tetapi alfonze sudah berjalan semakin jauh.

pasti dia lapar...

"Umm... gimana ya~ Ivvi-san punya baju ekstra??"

"tidak...kita kepantai ini kan tiba-tiba", Ivvi melirik Regina dengan mata yang agak sinis

lalu regina diberi kemeja, tampaknya kebesaran...namun tetap regina pakai..

"terima kasih soir-san...terima kasih sneich-san...", ucapnya lagi

lalu regina menuju ke toilet umum (?) untuk mengganti baju

dan disana tinggal Ivvi dan Ceil saja..

dan tiba-tiba Ivvi mojok ke dekat pohon ... >>

Regina meninggalkan Ceil berdua ah tidak, bertiga saja dengan Ivvi dan Sneich. Entah mengapa Ivvi malah memojokkan diri ke pohon.

"Ada apa, Nona Ivvi?" Tanya Sneich

oot : sori panjang, lagi pengen ngetik :D

Alfonze memejamkan matanya. Angin sepoi-sepoi di pondok itu begitu nyaman, membuatnya betah beristirahat disana. Selama ini jika dia sedang ada masalah/kelelahan Alfonze selalu tertidur di pondok itu.

Nyaman sekali.

"Aku tau kau sedang kesal, Alfonze" , Vogel mengepakkan sayapnya ke wajah Alfonze, sehingga laki-laki itu terbangun dari tidurnya diiringi dengan bersin-bersin.

"Tinggalkan aku sendiri, Vogel," Alfonze menjatuhkan dirinya lagi, mencoba untuk tidur kembali.

"Terserah. Kau tidak ingin mendengar alasanku mengapa selama ini aku tidak menunjukkan wujud asliku?"

Alfonze membuka matanya kembali. Dia memang cukup penasaran, mengapa Vogel selama ini tetap di wujud chainnya.

"Apa alasanmu?"

"Aku membuat janji. Dengan contractor-ku yang sebelumnya. Tapi jika tiba waktunya, aku akan menunujukkan human-form ku padamu."

Alfonze mengangkat sebelah alisnya, tidak mengerti.

"Sudahlah, yang pasti aku akan memperlihatkannya padamu. Tapi jangan sekarang, ok?"

Alfonze mengangguk-angguk saja sambil kembali memejamkan matanya lagi.

"Mata biru itu, akan menjadi sangat indah jika orang itu tersenyum tulus dari hatinya. Tidak seperti tadi."

Alfonze diam. Tidak berkata apa-apa.

"Jangan menyerah. Kau berhak mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau berhak mendapatkan dan mencari kebahagiaanmu"

Sunyi. tetap tidak ada jawaban.

"Kau tau, kita berdua sama. Aku tidak bisa melihatmu terus-terusan seperti ini, kembalilah seperti tadi. Tertawa dan memukulku seperti biasa," Vogel berbicara panjang lebar, menyemangati Alfonze."Master...."

Alfonze berbalik, memperhatikan burung garuda putih itu.

"Kau ini menyebalkan," ucap Alfonze ketus pada Vogel, membuat Vogel kecewa tidak bisa menyemangatinya."Tapi kau satu-satunya yang mengerti aku, terima kasih Vogel."

Alfonze tersenyum pada Vogel, mengusap-usap kepala burungnya."Baru kali ini aku dipanggil dengan sebutan 'master' olehmu."

Alfonze memejamkan matanya lagi. Beberapa menit kemudian dia sudah tertidur di pondok itu.

"Ada apa, Nona Ivvi?"

"........"

"sekarang aku sadar...bahwa gingin itu tidak peka dan sangat polos sekali..."

"padahal umurnya sudah 20 tahun......."

Ivvi >>

"aku gagal mengurusnya..."

____________________

lokasi : Toilet Umum

"hup...", regina memakai kemeja itu

lalu ia melihat jubah alfonze yang ternyata masih ia bawa-bawa..
"alfonze-san pasti kedinginan..."

lalu regina keluar dari toilet tersebut dan mencari-cari dimana Alfonze.
"alfonze-san ?"...., dilihatnya seseorang yang mirip alfonze sedang tertiidur disebuah pondok.

dan ternyata itu benar, alfonze yang sedang tertidur
regina menyelimuti alfonze dengan jubahnya

lalu dilihatnya ada sebuah burung garuda putih didekat Alfenzo.
"uwaaaah....burung yang besar !", kagum Regina melihat vogel >> [anggap matanya bukan $ tapi bintang]

"........"
"sekarang aku sadar...bahwa gingin itu tidak peka dan sangat polos sekali..."
"padahal umurnya sudah 20 tahun......."
aku gagal mengurusnya..."

Sneich tersenyum mendengarnya.
"Tampaknya anda menyadarinya, ya? Master saya juga... sulit memahami perasaannya sendiri." Kata Sneich

Ceil tampak tidak mendengar perbincangan tersebut. Ia sedang melamun dan memikirkan Regina.
Lama... kemana dia...

"Sneich, aku cari Regina dulu. Takut terjadi apa-apa lagi." Kata Ceil sambil beranjak pergi mencari Regina

Alfonze tertidur benar-benar pulas. Dia kelelahan. Kemarin malah dia diberi banyak sekali tugas, dan baru tidur sebentar saja.

Saking pulasnya, dia tidak menyadari kehadiran Regina disana, begitupun ketika Regina menyelimutinya.

"uwaaaah....burung yang besar !"

"Oh tidak...," walaupun Vogel merupakan tipe chain yang keras kepala, tetapi dia tidak akrab dengan orang baru, malah terkesan menghindari orang-orang yang baginya asing.

Vogel bersembunyi dibawah pondoknya, walaupun dia yakin Regina melihatnya, tapi Vogel tetap ingin bersembunyi dan menghindari orang yang baginya asing itu.

"Untuk apa dia kesini?"

Vogel bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Tampaknya anda menyadarinya, ya? Master saya juga... sulit memahami perasaannya sendiri."

Ivvi >>

"jangan kau bilang soir-soir itu menyukai contractor polosku ini ?", tanya Ivvi

"Sneich, aku cari Regina dulu. Takut terjadi apa-apa lagi."

regina ? ...memang sudah lama sekali sih...
hmmh...

Ivvi menyuruh murid-muridnya untuk masuk kedalam bis dan menyuruh para maid untuk menjaga anak-anak

Ivvi menyusul Ceil menuju ketoilet umum.
_______________________

dan tiba-tiba burung itu langsung terbang dan mengumpat entah kemana..

"burung ? dimana kau burung besar ?", regina mencari-cari kesekeliling pondok

"cuit~cuit~ci~cit~", ia berusaha menggunakan bahsa burung yang biasanya terdengar "citucuitcuitcit"

Alfonze tetap tertidur pulas, sementara Vogel sedang bersembunyi, tidak mau menampakkan dirinya pada Regina.

"cuit~cuit~ci~cit~"

Pendengaran Alfonze menangkap sebuah bahasa yang hampir bisa dia kenali, tapi dia tau didalam rangkaian bahasa itu ada kata-kata yang salah.

"Vogel, sejak kapan bunyimu menjadi cuitcuit seperti itu?" Alfonze bangun sambil mengucek-ngucek matanya, mengira itu adalah suara Vogel.

"jangan kau bilang soir-soir itu menyukai contractor polosku ini ?"

Sneich tersenyum lagi.
"Entahlah... kalau anda memperhatikannya pasti anda akan mengerti, nona Ivvi."

----------------------------------
Ceil sampai di toilet umum. Tapi semua toiletnya kosong dan tampaknya Regina sudah pergi dari tempat itu.
Ia kemudian mencari Regina lagi dan mendapatinya di sebuah pondok sambil mencari burung (??).

"Regina!." Panggilnya

Ternyata, saat ia menghampirinya, ia melihat sosok Alfonze yang ada di situ yang sedang tertidur. Tanpa memperdulikannya, ia menepuk bahu Regina.
"Oi... kenapa tiba-tiba menghilang? aku k-kha-khawatir..." Ujarnya gugup. Mukanya agak memerah

Ketika Alfonze sudah sadar sepenuhnya, dia sudah melihat Ceil ada dipondok itu juga.

Didengarnya Ceil memanggil Regina, Alfonze baru menyadari Regina juga ada disana, dan dia melihat Vogel yang sedang bersembunyi dibawah pondok itu.

"Kemarilah, Vogel," Alfonze mengajak Vogel, dengan cepat Vogel langsung hinggap ditangan Alfonze.

Vogel diam saja pada saat itu. Dia merasa tidak nyaman karena banyak orang yang tidak dikenalnya disana.

"Oi... kenapa tiba-tiba menghilang? aku k-kha-khawatir..."

Alfonze memperhatikan wajah Ceil yang memerah itu. Tepat seperti dugaannya, dia menyukai Regina. Ada sedikit rasa sakit dihatinya, tapi Alfonze tetap tersenyum memperhatikan pasangan yang ada didepannya itu.

"Pasangan yang cocok," gumam Alfonze pelan sekali.

"Entahlah... kalau anda memperhatikannya pasti anda akan mengerti, nona Ivvi."

sebelum Ivvi mendengar omongan itu, dia sudah pergi menyusuli Ceil.

"Vogel, sejak kapan bunyimu menjadi cuitcuit seperti itu?"

"a ?", regina menengok kearah alfonze.

vogel ?

dan tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, ia pun segera membalikan penglihatannya.

"Oi... kenapa tiba-tiba menghilang? aku k-kha-khawatir..."

dan ternyata itu Ceil, yang baru saja tiba..

"ah ? aku hanya mengembalikan jubah alfonze-san..lalu melihat burung besar..", dia jadi curhat.

"Kemarilah, Vogel,"

vogel...

regina membalikan badan lagi dan melihat burung besar garuda putih itu lagi.

"ah ! itu dia ! cit cuit cuit cuit~", regina mendekati burung itu.

Ivvi yang baru saja sampai mengejar ceil dipondok, melihat regina sedang bermain-main bersama burung

Ivvi >> JEDeNG

"gingin...", baru Ivvi ingin lebih mendekati lagi tetapi Alfonze mengatakan ini..

"Pasangan yang cocok,"

sambil menatap Ceil dan Regina..
Ivvi pun berhenti melangkahkan kakinya untuk mendekat ke pondok itu.

"siapa ?", regina menengak-nengok kearah ceil, vogel, dan alfonze bergantian

"........", Ivvi diam dan mengumpati dirinya dibelakang pohon kelapa.