When fate gather... [story telling]

"BERISIK!"

Ceil agak terkejut ketika Alfonze tiba-tiba berteriak sendiri. Ia semakin berpikir ia orang yang aneh.

"A-ada apa?" tanyanya

"Mungkin perasaanmu saja."

"apa kau tidak kepanasan dengan topeng itu ?", lirik Ivvi

"Kalau aku ke tempat ini lagi, aku akan mengajarimu beberapa jurus, untuk berjaga-jaga kalau ada makhluk seperti tadi lagi,"

"zoro.....", bangga rokumi memanggil alfonze zoro >>

dan Regina pun tertawa melihat tingkah laku orang-orang disana.

"BERISIK!"

Regina >> O_O
Ivvi >>

"siapa yang berisik ? memang dari tadi kita berbicara ?", Regina melihat Alfonze dengan tampang seperti ini >> OAO

Ivvi menggeleng2kan kepalanya, dan tiba-tiba menemukan Ilham dibalik menggeleng2kan kepalanya itu.

"dimana anak-anak yang lain ?", Ivvi mencari-cari sekumpulan anak kecil itu.

"di dalam gedung..diruang kelas Matahari (?)"

Ivvi berlari menuju gedung. entah apa yang Ivvi pikirkan ?
dan kini hanya tinggal Regina, Alfonze, dan Ceil diluar gedung.

"A-ada apa?"

Alfonze kelepasan tiba-tiba berteriak. Soal kemampuannya untuk mengerti bahasa burung itu, sebenarnya tidak pernah diketahui oleh siapapun, termasuk Ibunya sendiri, Erol.

Alfonze diam sebentar, memikirkan alasan yang tepat untuk menjawabnya.

"siapa yang berisik ? memang dari tadi kita berbicara ?"

TIDAK...Regina-sama tidak boleh mengetahui soal ini. Pasti nanti aku dikira aneh, dan hancurlah reputasiku sebagai knightnya

"Ah...itu...aku sedang berlatih drama! Iya ITU! Aku tidak berbohong kok. Latihan drama, untuk meneriakan seperti tadi, bagiku sangat sulit," sebenarnya Alfonze sendiri sama sekali tidak pandai dalam mencari alasan untuk berbohong.

'Hahaha orang itu bodoh sekali ya?'

'Benar. Kurasa dia mengerti bahasa kita...iya kan?

'Bagaimana bisa? Dia manusia kan? Pasti dia dibesarkan oleh seorang dewa burung atau semacamnya, sehingga bisa mempunyai kemampuan itu'

Kalau saja sekarang tidak ada Regina-sama, akan kucincang habis kalian semua menjadi burung panggang!

Alfonze berusaha menahan kekesalannya agar orang-orang disana tidak mencurigainya untuk sesaat.

"Ah...itu...aku sedang berlatih drama! Iya ITU! Aku tidak berbohong kok. Latihan drama, untuk meneriakan seperti tadi, bagiku sangat sulit,"

tingtong..
Regina tidak mengerti, apa sulitnya mengucapkan kata 'berisik ?'
"waaah...drama untuk apa ? apakah kau bekerja sambilan menjadi pen-drama ?", polos Regina menanyainya, hitung-hitung interview dulu *digoreng*

Ivvi masih beluk keluar dari gedung.
Regina melihat raut wajah Alfonze yang sepertinya menahan sesuatu.

"kau tidak apa alfonze-san ?", ia menatap mata alfonze

dan ternyata disana ada sesosok mahluk gaib yang berbincang. dan Regina pun mendengar..

itu orang mau berenang tapi bawa-bawa pedang... , mahluk gaib itu melihat Alfonze dengan tatapan mengerikan (namanya juga setan =w=, pasti mengerikan)

apa gara-gara ga punya kaca mata hitam, jadi pake kaca mata renang ?

kemudian Regina tertawa terbahak-bahak mendengar mahluk gaib itu ngomongin alfonze, "AHAHAHAHAHAHHA..."

"waaah...drama untuk apa ? apakah kau bekerja sambilan menjadi pen-drama ?"

Bingung. Alfonze sungguh membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan alasan yang tepat, dan tentunya bukan alasan bodoh. Kenapa juga harus drama?

"Itu...drama....drama yang kubuat sendiri, biasanya aku berlatih seperti itu dengan Vogel, chain ku," akhirnya Alfonze dapat mengeluarkan alasan yang cukup tepat juga.

"kau tidak apa alfonze-san ?"

Dibalik goggle-nya Alfonze melihat Regina yang sedang menatapnya. Semakin terlihat manis kalau sedang seperti itu, apalagi Alfonze tidak biasa ditatap secara langsung.

"T-tidak apa-apa, Regina-sama," Alfonze langsung blushing, untungnya tidak terlihat karena terhalang dengan kacamata pelindung/gogglenya itu.

"AHAHAHAHAHAHHA..."

Lho? Kenapa tertawa? Jangan-jangan tadi ketahuan aku bisa berbicara dengan burung...gawat, hancurlah reputasiku

Alfonze sedikit mengangkat alisnya, heran melihat masternya itu tiba-tiba tertawa.

"Itu...drama....drama yang kubuat sendiri, biasanya aku berlatih seperti itu dengan Vogel, chain ku"

"GYAHAHAHAHAHA", Regina belum berhenti tertawa >>

"T-tidak apa-apa, Regina-sama,"

"be-benarkah ?", ucapnya sambil tertawa

ia mulai menahan tawanya sejenak.
"uhuk..hemm..", Regina mempunyai akal untuk menjahili Alfonze

"berapa umurmu ? KTP ? bisa mengendari kendaraan apa saja ?", tanya regina ke Alfonze sok-sok seperti interview beneran (?)

"be-benarkah ?"

"B-benar kok," Alfonze membenarkan gogglenya, untuk lebih menutupi sebagian dari wajahnya.

"berapa umurmu ? KTP ? bisa mengendari kendaraan apa saja ?"

"Umurku 20 tahun. Ini KTP ku, Regina-sama," Alfonze mengeluarkan KTP/bisa juga disebut kartu tanda pengenal sebagai knight di jaman itu."Aku bisa mengendarai kuda dan mobil," jawabnya langsung.

Regina menatap sekali lagi alfonze yang dari tadi tidak bisa diam saat ditatapnya.

"Hebat..kau benar-benar seperti zoro !", ucapnya sambil bertepuk tangan

Rokumi juga setuju dengan regina, ia bersorak sorai (?) mengucapkan 'zoro'

Alfonze merasa agak aneh ketika Regina menatapnya terus seperti itu. Sebelumnya dia tidak pernah merasakan seperti itu jika ditatap oleh perempuan lainnya.

Tidak mengerti sama sekali perasaannya sendiri, Alfonze memalingkan wajahnya yang sudah memerah itu.

"Hebat..kau benar-benar seperti zoro !"

Aku hebat?

Alfonze merasa senang sekali ketika dipuji oleh masternya itu. Berarti dia tidak menimbulkan kesan yang buruk di awal pertemuannya ini. Setelah itu Alfonze hanya tersenyum, dan menunggu pertanyaan apa lagi yang akan ditanyakan oleh masternya itu.

"dia bisa mengendarai kuda dan berpedang..", lanjut rokumi

"bedanya dia memakai kacamata renang bukan topeng hitam seperti zoro", ucap si polos yang satu ini.

"uwooh, nii-san (alfonze) mau berenang ?", tanya rokumi

dan Regina malah tertawa seperti ini >>

"dia bisa mengendarai kuda dan berpedang.."

Alfonze hanya mendengarkan saja ocehan antara guru dan muridnya itu. Sejujurnya, dia tidak terlalu Zoro itu seperti apa, jadi dia memilih untuk mendengarkan saja *lol*

"Tapi aku tidak sehebat itu...yang seperti Zoro itu mungkin guruku, dia juga memakai topeng seperti yang kau bilang," jawab Alfonze merendah.

"bedanya dia memakai kacamata renang bukan topeng hitam seperti zoro"

Kacamata renang? Tapi ini kan goggle...yasudahlah, memang kebanyakan orang berpikir seperti itu

"uwooh, nii-san (alfonze) mau berenang ?"

"AHAHAHA, tapi aku memang sangat menyukai berenang. Rumahku ada didekat pantai, kau bisa bermain kesana kapanpun yang kau mau," tawar Alfonze riang.

"Tapi aku tidak sehebat itu...yang seperti Zoro itu mungkin guruku, dia juga memakai topeng seperti yang kau bilang,"

"waah..pasti guru nii-san juga hebat", heboh rokumi

"AHAHAHA, tapi aku memang sangat menyukai berenang. Rumahku ada didekat pantai, kau bisa bermain kesana kapanpun yang kau mau,"

"waaah sensei...ayo kita kesana !", rokumi menarik-narik celemek Regina

Regina melihat jam tangannya, "bagaimana kalau kita kesana setelah pulang ?", Regina tersenyum sambil mengelus-ngelus rambut rokumi.

"horey !", jawab rokumi heboh (lagi)

dan regina tertawa kecil lagi. entahkenapacharainiseringbangetketawakayaorangstress *digoreng*

"apa kau tidak kepanasan dengan topeng itu ?"

"Tidak..." Jawabnya dingin

Lalu ia sejenak terdiam memperhatikan Alfonze dan Regina yang berbincang. Ingin rasanya ia melepas topeng itu agar Regina mengenalnya. Tapi ia takut ketahuan menjalankan misi diluar Pandora.

"AHAHAHA, tapi aku memang sangat menyukai berenang. Rumahku ada didekat pantai, kau bisa bermain kesana kapanpun yang kau mau,"

"Kau.... bangsawan?" Tanyanya
===============================

OOT: Maaf sayap baru bangun =w=a

"bagaimana kalau kita kesana setelah pulang ?"

Alfonze sama sekali tidak keberatan jika masternya dan Rokumi mengunjungi rumahnya. Justru itu menjadi kehormatan baginya, masternya yang seorang duke Oswald mau mengunjungi rumah knightnya.

"Kau.... bangsawan?"

"Bangsawan? Memang aku terlihat seperti itu ya?" Alfonze tertawa kecil."Tidak, Soir-san. Aku hanya penduduk biasa saja, yang tinggal di tepi pantai," jawabnya merasa bangga.

Tidak, Soir-san. Aku hanya penduduk biasa saja, yang tinggal di tepi pantai,"

Ceil mengamati penampilan Alfonze yang "Wah" dan juga nyentrik itu *dilelepin papi =))*. Rakyat biasa tidak akan semewah itu pakaiannya.

"Tepi pantai... tampaknya menyenangkan." Pujinya

"gingin !", panggil Ivvi dari jendela gedung

jedeng..
raut wajah Ivvi mulai lagi seperti ini >>
dan melihat ke arah sumber suara

"sudah waktunya makan siang !"


"baiklah...alfonze-san, soir-san...atas permintaan terima kasih sudah menyelamatkan anak-anak dari chain berbahaya, maukah kalian makan siang disini ?", tawar Regina

regina menyuruh rokumi untuk masuk duluan kedalam gedung.

"baiklah...alfonze-san, soir-san...atas permintaan terima kasih sudah menyelamatkan anak-anak dari chain berbahaya, maukah kalian makan siang disini ?"

Ceil berpikir sejenak. Toh, di Pandora juga ia tidak ada kerjaan selain membaca dokumen-dokumen tidak penting. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menerima undangan tersebut.

"Ya... baiklah. Terima kasih." Jawabnya

Alfonze tentu menyadari Ceil memperhatikan pakaiannya yang setingkat dengan bangsawan itu.

"Kalau bukan karena Duke Oswald yang sebelumnya, ayah dari Regina-sama, mungkin aku tidak akau bisa seperti ini," ucapnya, dengan nada kagum pada keluarga Oswald itu.

"baiklah...alfonze-san, soir-san...atas permintaan terima kasih sudah menyelamatkan anak-anak dari chain berbahaya, maukah kalian makan siang disini ?"

"Tentu saja aku mau, Regina-sama."

Dia baru ingat pada chainnya, Vogel, yang tadi tertinggal dirumah. Pasti sebentar lagi dia akan datang sendiri, pikir Alfonze santai.

Ya... baiklah. Terima kasih."

Regina menjawabnya dengan tersenyum. >> =D

"Kalau bukan karena Duke Oswald yang sebelumnya, ayah dari Regina-sama, mungkin aku tidak akau bisa seperti ini,"

wanita ini hanya tersenyum saja mengingat ayahnya, kalau saja bangsa rien tidak menyerang pada malam itu..mungkin ayahnya masih bisa tersenyum melihatnya sekarang.

"Tentu saja aku mau, Regina-sama."

"ayo kita masuk kedalam..", ajak Regina kepada mereka berdua.

___________________

Lokasi : dalam gedung Taman kanak-kanak, ruang makan

Tempat ini banyak sekali lampu, karna ini masih pagi..tentu saja lampu-lampu itu dimatikan, lampu itu dinyalakan jika cuaca mendung dan gelap. dikarenakan karna Regina tidak suka tempat gelap..
para murid-murid sedang asik memakan makanannya bersama-sama
Ivvi dan beberapa Maid dari Keluarga Oswald menyiapkan makanan untuk regina, Ceil, dan Alfonze

"silahkan duduk..", ucap Regina yang sudah duduk dikursinya.

makanan yang berada diatas meja, adalah makanan sederhana
bukan makanan kaum bangsawan.
seperti spaghetti dengan Garlic bread, dan juga Salad...serta Orange Juice untuk minumannya.
ini lah khas Regina, ia sederhana dan bersahaja

Lokasi : dalam gedung Taman kanak-kanak, ruang makan

Ceil memperhatikan jumlah lampu di gedung itu yang jumlahnya banyak sekali. Agak aneh baginya.

"silahkan duduk..",

Ceil kemudian duduk di bangku dekat regina *ajiee~ x3* dan memperhatikan hidangan yang tersedia tersebut. Ia tidak merasa terlalu lapar atau tepatnya, mungkin ia bingung bagaimana ia bisa makan dengan topengnya itu. *lolz* =))

"Umm... a-aku tidak begitu lapar. Mungkin, aku tidak makan deh. LAgipula aku sudah sarapan tadi." Katanya gugup

"ayo kita masuk kedalam.."

"Ah...itu...duluan saja, aku akan menyusul nanti Regina-sama."

Alfonze memperhatikan keduanya (Ceil dan Regina) masuk ke dalam. Alfonze merasa mengganggu jika harus masuk juga, dari tatapan Ceil sudah jelas bahwa laki-laki itu menyukai masternya.

Baiklah...sekarang apa yang harus aku lakukan?

Alfonze duduk di bangku disekitar sana. Memperhatikan burung-burung gereja yang ada disekitarnya.

JDAK

Tiba-tiba saja ada seekor burung besar yang menabrak kepala Alfonze dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Vogel

"Sakit BODOH," Alfonze meneriaki Vogel, kesal sekali. Belakang kepalanya berdarah akibat benturan paruh dari Vogel. Bagi Alfonze hal seperti itu sudah biasa, Vogel memang selalu menabraknya tiba-tiba.

'Kau yang bodoh. Meninggalkanku begitu saja, sedang apa nongkrong di sekolah TK seperti ini?'

"Bukan urusanmu, Vogel," jawab Alfonze ketus dan kembali memperhatikan burung-burung gereja disekitarnya

"Umm... a-aku tidak begitu lapar. Mungkin, aku tidak makan deh. LAgipula aku sudah sarapan tadi."

regina >> o__o

Ivvi >>

"kalau tidak lapar, kenapa kau ikut kedalam untuk makan ?", jahil Ivvi

"waah padahal sudah disiapkan...", ucap regina agak kecewa >>

Alfonze yang tidak terlihat diruangan itu, membuat rokumi bertanya-tanya.
"sensei...nii-san dimana ?", rokumi menarik-narik celemek regina lagi

"entahlah...mungkin ia juga tidak lapar...", kata regina sambil berpangku tangan di meja

"kalau tidak lapar, kenapa kau ikut kedalam untuk makan ?"

Ceil merasa Ivvi agak meledeknya. Nada bicara nya terdengar seperti itu.
"I-itu.... tidak enak saja kalau menolak ajakan seseorang." Jawabnya rada gugup

"waah padahal sudah disiapkan...",

Ceil sekarang merasa benar-benar tidak enak. Apa ia harus melepas topengnya atau berkata jujur ia bingung ingin memilih yang mana.

"Itu... aku tidak bisa makan dengan topeng ini terpasang, 'kan?" Akhirnya ia memberitahunya

"Aah... apa, Sneich saja yang makan?" Ucapnya sambil melirik Sneich yang sebenarnya dari tadi mengikutinya dibelakangnya

"Eh? saya? bukankah itu tidak sopan bagi nona ini master?" Tanyanya dengan nada menjahili

"Muasyem...=w=" pinta Ceil dalam hati

Alfonze tiba-tiba saja menjadi kesal, berawal dari akrabnya Ceil dan masternya. Tapi itu memang bukan urusannya. Tugas knight adalah melindungi, bukan ikut campur masalah masternya.

"Aha! Aku tau...kau menyukai gadis itu kan?", Vogel menggoda Alfonze.

"T-tidak. Dia masterku, aku tidak berhak menyukainya," lagi-lagi Alfonze blushing."Sudah kubilang sama sekali bukan urusanmu, Vogel."

"Tentu saja itu urusanku..."

Nada bicara Vogel mulai melemah, Alfonze menjadi agak heran pada chainnya itu. Biasanya dia selalu berapi-api, kenapa sekarang jadi lesu seperti itu?

"Aku tau, Vogel! Kau pasti naksir padaku kan?" Alfonze balik menggoda Vogel.

Untuk sekedar info, walaupun sifatnya yang tomboy, Vogel adalah perempuan. Dia sama sekali belum menunjukkan human form-nya pada orang-orang disekitarnya, termasuk Alfonze.

"Mana mungkin! Aku lebih memilih burung gagak yang jelek itu dari pada kau!", Vogel terkekeh girang, mengejek Alfonze.

Alfonze memang selalu bersikap seperti itu didepan Vogel. Di depan chainnya itu dia merasa lebih bebas berbicara.

"I-itu.... tidak enak saja kalau menolak ajakan seseorang."

"tetapi, sama saja membuat kecewa gingin...", sindir Ivvi lagi

"Itu... aku tidak bisa makan dengan topeng ini terpasang, 'kan?"

"lepas saja...kami ini kan bukan orang jahat...", sindir Ivvi lagi, sambil tertawa kecil "fufufu"

"Eh? saya? bukankah itu tidak sopan bagi nona ini master?"

"makanannya masih banyak, silahkan makan...", kata Regina sambil tersenyum

dan alfonze masih belum muncul.
"sensei...apakah aku bisa bermain sekarang ?", ujar rokumi yang selesai dengan makanannya

"boleh.."

Rokumi dengan murid-murid lainnya berlari menuju taman, dimana terdapat alfonze disana.