[RP]Sabrie's Park - Ordinary Life

"Tidak, saya di sini saja."

Shein sudah menduga jawaban tersebut. Pendirian Chainnya memang kuat sekali. Sulit juga untuk memaksanya tanpa ada ancaman atau kekerasan.

Shein sejenak menggosok-gosokkan tangannya, kedinginan. Dia memang tidak tahan pada dingin, apalagi cuaca itu bisa berpengaruh buruk pada kondisi tubuhnya.

"Ya sudahlah," Shein kemudian membuka jubah bangsawannya, lalu memakaikan jubah itu pada Rhea."Pakai itu. Kalau kau sakit, aku juga yang repot."

Shein kembali masuk ke dalam restaurant, kelihatannya yang lainnya juga sudah hampir selesai makan.

"Ah..."

Sebuah jubah bangsawan lapuk tersampir di pundaknya. Rhea kemudian melirik Shein, pasti akan hujan badai sebentar lagi pikirannya tadi ternyata benar. Kelainan Shein hari itu mendatangkan hujan, sebentar lagi pasti ada badai. Kan jarang-jarang tuan bangsawan Einverd itu berkelakuan baik pada Chainnya.

Yah... tapi biarlah, sesuka dia saja.

Akhirnya Rhea tetap bersama kucing-kucing itu. Para kucing mendekatkan dirinya pada si nona bersayap agar tidak kebasahan. Dan Rhea hanya bisa memangku kucing-kucing itu, menutupi mereka dari percikan air dengan jubahnya Shein.

"Longing for you
Day and in dream
I’m hoping you’re here
Every moment

You steal my love
Then time in need
If you walk away
I will follow you"

Kemudian melantunkan lagu kesukaannya seperti biasa.

RAVEN SIDE

Raven yang tadi sudah kabur duluan dari restaurantnya sendiri, mulai mengatur perlengkapan dan bahan-bahan makanan untuk restaurantnya yang masih baru itu. Dia menyuruh ini-itu kepada pegawainya yang ada di luar restaurant.

Dan sayangnya turun hujan. Sehingga rencana Raven agak tersendat hari ini gara-gara hujan.

"Wah, hujan... baiklah, besok saja di lanjut. Kalian masuklah ke restaurant," Raven menyuruh pegawai-pegawainya untuk masuk ke restaurant, dan dia mulai memakai jubahnya, menghadapi hujan deras.

Raven kemudian menuju ke belakang toko, untuk menaruh beberapa barang yang sudah tak terpakai. Di lihatnya di sana ada Rhea, yang sedang bernyanyi di tengah derasnya hujan.

"Rhea? Apa yang kau lakukan di saat hujan deras seperti ini?"

[i]"Drown in my..."

Lagi-lagi nyanyinya terhenti karena panggilan seseorang. Rhea kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang memanggil namanya tadi.

"Tuan Raven!" ucapnya agak kaget. Kok bisa-bisanya ada Raven di tempat itu. Ia jadi bingung sendiri.

Ah ya, dan ia tidak bisa berdiri karena dipangkuannya terdapat 3 ekor kucing. Itu menjadi alasan kenapa ia ada di sana, tapi alasan paling benar adalah karena ia tidak mau melihat tumpukan orang di dalam.

[color#755890]"Ah tidak... tidak ada,"[/color] ucapnya kemudian.

"Ah tidak... tidak ada,"

"Benarkah?" tanya Raven dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya itu.

Raven ikut-ikutan duduk di sebelah Rhea, dia menutupi wajahnya dengan jubahnya, hujannya memang semakin deras, dan mulai memperhatikan Rhea lagi.

Raven sendiri baru sadar ada 3 ekor anak kucing di sana.

"Eh? Rhea baik sekali! Jadi gara-gara anak-anak kucing ini kau tidak masuk ke dalam?" mata Raven berbinar-binar melihat anak-anak kucing itu.

Yah... sebenarnya ada alasan lain, bukan hanya karena kucing-kucing itu, tapi Rhea agak ragu untuk mengatakannya. Kelainannya untuk tidak berada di hadapan orang banyak kan terbilang konyol juga. Mana ada Chain yang punya phobia seperti itu coba?

Tapi kenapa Raven jadi ikut-ikutan duduk di situ? Dia bisa basah kan?

"Ah eng... bukan juga. Saya tidak bisa masuk ke dalam karena saya tidak bisa berada di antara kerumunan orang seperti itu," jelasnya panjang lebar. Menampik kata baik dari Raven. Kenapa kucing itu ada di sana, itu karena keinginan mereka.

"Ah eng... bukan juga. Saya tidak bisa masuk ke dalam karena saya tidak bisa berada di antara kerumunan orang seperti itu,"

Raven baru mengetahui kebiasaan Rhea ini. Walau dia sudah lama mengenal Rhea, tetapi dia belum tau terlalu banyak tentang Rhea. Karena Shein sendiri yang baru keluar dari abyss.

"Begitu? Apa ada yang membuatmu takut di tengah kerumunan orang?" tanya Raven lagi, dia kemudian mengeratkan jubahnya, semakin deras hujan itu.

Kenapa takut? Ya memang karena ia takut... untuk sementara Rhea agak berpikir mengenai jawaban dari pertanyaan ini. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia takut dengan yang namanya kerumunan orang, mungkin karena itu membuatnya bingung?

Tidak juga... lalu?

"Eh... saya sendiri tidak tahu, mungkin karena... semua orang itu membuat saya pusing," jawabnya kemudian dengan suara pelan. Rhea sendiri tidak yakin dengan pernyataannya barusan.

Dan, ah! Hujan semakin deras rupanya.

Rhea kemudian melirik Raven, "Uhm... Tuan, kalau Anda terus di sini Anda bisa kehujanan. Kenapa tidak masuk saja?" tanyanya. Apa Raven juga takut dengan kerumunan? Rasanya tidak kan?

"Eh... saya sendiri tidak tahu, mungkin karena... semua orang itu membuat saya pusing,"

"Eh? Pusing ya? Ya, itu wajar juga. Kadang terlalu banyak orang juga dapat membuatku pusing," Raven menganggap hal yang di alami Rhea itu wajar, bukanlah suatu kelainan.

"Uhm... Tuan, kalau Anda terus di sini Anda bisa kehujanan. Kenapa tidak masuk saja?"

"Ahaha, tidak apa-apa, aku baik-baik saja dengan jubah ini," jubah Raven memang cukup tebal dan hangat untuk di pakai, lagi pula Raven sendiri tidak bisa masuk ke restaurant, karena masih ada Shein."Itu... jubah Shein?"

Raven melihat jubah hijau tua milik Shein yang di pakai Rhea.

"Ah..." mendengar Raven cukup setuju dengan alasan yang Rhea kemukakan. Ternyata apa yang menjadi masalahnya bukan suatu kelainan bagi para manusia juga.

Kemudian ia hanya terdiam ketika Raven berkata akan baik-baik saja di tengah derasnya hujan seperti itu. Ia manggut-manggut, setidaknya tidak akan sakit kalau dengan jubah setebal itu, tapi kenapa harus di luar?

Dan ketika menanyakan soal jubah yang tersampir padanya, Rhea hanya menjawab singkat. "Ah ya, ini milik Master Shein, beliau ada di dalam bersama yang lain."

"Ah ya, ini milik Master Shein, beliau ada di dalam bersama yang lain."

"Hngg... sudah kuduga dia masih di dalam... aku tidak bisa masuk, nanti aku di siksa lagi olehnya," Raven setengah tertawa, dan memperhatikan tiga anak kucing itu lagi.

"Tidak kusangka di belakang restaurant ku ada kucing-kucing kecil ini. Rhea tertarik untuk memeliharanya?"

Disiksa?
Oh ternyata contractor psikopat itu tidak hanya menyiksa chainnya, tapi juga sahabatnya... er, ya tidak aneh sih. Rhea hanya bisa terkekeh sambil membayangkan bagaimana Raven yang disiksa oleh Shein...

Ah, lupakan itu!

Kemudian datang pertanyaan yang sama, memelihara kucing?

"Ah tidak, saya rasa mereka lebih baik dibiarkan bebas saja," dan nona bersayap ini hanya bisa mengungkapkan jawaban yang sama. Ia memang tidak berniat untuk memelihara anak kucing tersebut.

Ivvi pun tidur tiba-tiba direstaurant karna terlalu capek bengong

(Ivvi=Out)

aah maap =="", sayo belom OUT-in Ivvi...abis mau update ==""

(Ivvi (sambil narik lilica) =In)

Lokasi : deretan toko, kota sabrie

"hmmh...sebaiknya, persiapan pesta jangan terburu-buru, tunggulah shein kembali... pasti dia akan lebih senang jika, ia mengatur pesta ulang tahunnya..", Ivvi berjalan melewati toko-toko di kota itu. berjanji kepada lilica untuk tidak mengikutinya, dan tetap dikereta.

dilihatnya toko musik tua disana, pikirnya ia tertarik untuk memasuki toko itu.

Lokasi : toko musik tua, kota sabrie

"ah...permisi..."

"yaa ? selamat datang...", sapa salah satu karyawan muda disana.

Ivvi hanya tersenyum, dilihatnya ada biola tua dengan piano yang masih jaman kuno ditengah toko. bisa dipastikan ini toko musik yang sepertinya sudah mengalami kebangkrutan.

"kenapa toko ini tak terawat ?", tanya Ivvi asal ceplos

"aah....tidak apa-apa, hari ini adalah hari terakhir toko ini dibuka...ada yang membelinya.."

"sayang sekali...", jawabnya lesu.

lalu ia melihat ada boneka berbentuk harimau putih, yaa bisa dibilang chibi harimau putih didekat meja sana

"aaah...manisnya..", jawab Ivvi mengambil boneka itu.

"ahahaha...terima kasih, itu boneka buatan saya...kau bisa menarik tali yang keluar di tengah badannya itu"

dilihatnya ada sebuah tali ditengah badan boneka chibi harimau itu, Ivvi pun menariknya..
suara indah keluar dari speaker kecil didalam tubuh boneka..suara orgel yang indah

"aah...", entah Ivvi tertarik sekali dengan boneka itu sampai ingin rasanya ia jadi harimau chibi itu =="" *digoreng*

"apa ini dijual ?", tanyanya ragu.

"hmmh...karna ini adalah hari terakhirku bekerja disini, aku akan menjual hasil karya perdanaku itu kepadamu..", senyum lembut karyawan itu.

"terima kasih....", senang Ivvi bukan main, ia membayar boneka itu dengan harga yang tinggi, saking senangnya...

"aah terima kasih banyak....semoga toko ini akan diadakan lagi, dan kau...kau akan bahagia selamanya..", jawab Ivvi sambil tersenyum lebar meninggalkan toko tua itu.

karyawan itu hanya tersenyum hangat dan melambaikan tangannya dengan pelan..

akhirnya, aku dapat hadiah untuk shein..., gumam Ivvi bahagia disaat pulang menuju Einverd House

(Ivvi(sambil narik lilica)= Out lagi)


aah jangan bunuh sayo =="""", sayo udah izin sama akang kok ! huweeeh TT_TT, cuman mau beli kado sebentar kok TT_TT

Lilica pun tadi juga kabur rupanya

ia berlari ke toko buku

"hmm buku yang cocok untuk shein" katanya pada Diri sendiri

ia lalu menemukan buku tentang sejarah lengkap puisi, literature, poem, dll

Dan buku sejarah lengkap chain and contractor

ia segera membeli buku yang cukupnjarang itu Dan kembali ke kereta

(out)

Lokasi: Suatu tempat di Sabrie's Park (pepohonan dan rerumputan banyak)

Ren sedang duduk di salah satu kursi taman sambil monyongin mulut. Ia merasa bosan sekali, nggak ada kerjaan.
Boseeen. Nggak ada yang seru apa?

Seorang wanita berambut panjang sedang berlari membelakangi Ren.
"Buset, tuh cewek cantik bener! Rambutnya mulus! Pasti tubuhnya juga mulus tuh. Gyahaha!" Ren nyengir lebar "EH CEWEEEEK! CEWEK DISANA YANG CANTIK TUH! SINI DOOONG!" ujarnya iseng menggoda.

'Wanita' itu menoleh, ya menoleh menampilkan wajahnya yang brewokan. Ren melongo sejadi-jadinya.

"APA WOI!" balas 'wanita' itu dengan suara nge-bass yang berat

"E-EH NGGAAK JADII! BUKAN ELO YANG GUE PANGGIL TADI! SORI BUK, EH PAK! ujar Ren ngaco, udah kalap dia.

"HUH!" 'wanita' itu berlari pergi, nggak lupa melebaykan rambutnya saat berbalik, membuat rambutnya itu melambai lambai layaknya iklan Sunsilk.

Ren mangap besar besar.

Sepersekian detik kemudian ia mengelus-elus dadanya, sambil geleng geleng kepala Buseet, dunia udah kebalik apa gimana sih?. Sekujur tubuhnya masih merinding geli, sekaligus jijik mengingat 'wanita' tadi.

"hahaha" tawa lilica melihat ren

"hati hati, kalau mau menggoda wanita jangan di sini, banyak waria! Kalau mau di jembatan saja, beneran cantik cantik cewe di sana" usul lilica

'tak Ada salahnya berbaikan dengannya, memang salahku juga memarahinya'

Ren masih shock akibat kejadian tadi, tampangnya masih seperti 'HA? WTF' melongo lebar layaknya orang bego dan nggak berIQ tinggi.

Ren geleng geleng kepala mendengar yang dikatakan Lilica "N-nggak deh! Gw kapok godain mereka! Buset ini masih mending nggak ada ototnya, kalo berotot bisa main jotos urusannya! Kasian muka gw!" ujar Ren sambil gosok gosok pipinya, takut kena jotosan nyasar tiba tiba.

"Emangnya nggak ada wanita yang bener ya disini? Yang dadanya gedean dikit gitu. Dari tadi yang gw liat dada rata semua, udah gitu pada masih TK lagi! Ih emang gw pedofil apa!" Ren monyongin mulut.

"hahahaha" tawa lilica lagi

"makanya kubilang kalau mau di jembatan sana! Jamin deh tuh cewe cewe badannya Kaya buah pir suit suit!"

"tapi kuperingatkan di sana cewe cewe itu pasti minta bayaran kalau kau tidur dengan mereka"

"Bah." Ren manyunin mulut, kecewa "Sori, gw nggak sedesperate itu nyari cewek! Tujuan gw kan cinta! Cinta sejati sang Ren! Eh gw kok jadi sok dramatis gitu sih?" Ren nyengir-nyengir nggak jelas.
"Pokoknya yah. Gw itu cuman demen ngeliatin doang di buku. Kalo aslinya gw nggak mau macem macem. Gw mau menghargai cewek yang gw cinta dan setia sama dia! Loh gw jadi sok puitis lagi ya. Bakat alam gw kali!" Ren masang tampang sok innocent sambil nyengir nyengir nggak jelas.

"la terus kok mau bikin harem?" tanya lilica iseng


"di dunia ini banyak cewek ren, tapi hanya 20% yang setia pada 1 orang"

Ren tertawa "Lo percaya kata kata itu?"

"Ya nggaklah, gw nggak beneran bikin harem! Impossible banget! Tapi kalo dikasih sih gw mau-mau aja, siapa sih yang bisa nolak?" Ren nyengir lebar

"Ya, gw tau itu. Makanya susah nyari cewek bener sekarang. Walaupun gw harus akui cowok rata-rata juga sama aja." ujarnya sambil menghela napas

"hahaha benar juga tapi kau keren juga waktu megang Senjata, well harus diakui bahwa kau itu juga cakep " kata lilica sambil mendekatkan wajahnya ke wajah ren

"bener deh ga bohong"

'ga boong apanya?! Boong banget Kali!' pikir lilica

"Kenapa lo? Naksir gw sekarang? Ren nyengir "Sorry ya, bukannya gimana. Cuman gw nggak tertarik sama cewek yang dadanya rata." Ren tertawa, iseng meledek Lilica.

"well ternyata lo normal" kata lilica enteng


"kalau pegang senjata gue juga bisa mah pak, gue ga suka sama lo cuma ngetes Aja, dulu Ada servant yang ampe berani megang gue jadi deh gue hajar sampe mampus!" jelas lilica

"rata? Iya gue tahu kok hahahaha biasa Aja Kali ini juga karena gue Kena kecelakaan jadi intinya kalo gue ga punya Rahim gue bukan cewe maupun cowo" tawa lilica lagi

"Oooh." Ren manggut-manggut sok ngerti.
"Jadi elo itu bencong gitu? Jiwa cewek, badan separoh cewek separoh cowok! Eh bukan bencong ya, apa tuh? Oh ya, bisexual! Eh bukan lagi. Itu mah yang bisa suka sama dua-duanya. Hermaprodit! Ya itu!" ujar Ren ngaco, sibuk sendiri