[FRP] Happily ever after

"BODOH! BODOH BODOH BODOH!!!!"

Shein yang saat itu sedang meminum tablet penghilang pusingnya hampir saja tersedak mendengar Lilica yang berteriak terus. Kepala Shein semakin berdenyut-denyut mendengar teriakan Lilica, terdengar jelas olehnya.

Sial sekali hari ini....

Shein berjalan keluar dari kamarnya dan ikut-ikutan berteriak juga *lol* ,"LILICA, JANGAN BERTERIAK DI LORONG, BERSIKAPLAH SOPAN SEDIKIT!"

Shein sangat benci kebisingan seperti itu, apalagi di saat-saat menyebalkan seperti ini. Shein membanting pintu kamarnya keras-keras, bersamaan dengan itu handphonenya berbunyi.

"Hallo?" Shein mengangkat telfonnya, jelas sekali nada bicaranya terdengar sangat kesal.

Sesaat kemudian Shein tersenyum mendengar berita yang disampaikan oleh si penelfon itu,"Baiklah, terima kasih. Aku akan segera kesana."

Telfon itu tak lain dari wedding organizer yang akan mengurus soal pernikahan Shein dan Ivvi. Siapa bilang Shein belom menyiapkan soal pernikahannya? Shein selalu bergerak cepat, apalagi hal ini menyangkut dengan Ivvi.

Dan wedding organizer itu mengatakan kalau persiapan busananya sudah hampir selesai. Shein hanya perlu memilih mana yang cocok dengannya, tentu busananya juga disesuaikan dengan temanya. Wedding organizer itu sudah memilihkan hal-hal yang cocok dengan temanya, Shein dan Ivvi tinggal memilih saja.

Berarti Shein harus mengajak Ivvi. Memang inilah yang sudah ditunggu-tunggu Shein dari tadi. Shein mengambil jaketnya, bersiap-siap untuk pergi.

,"LILICA, JANGAN BERTERIAK DI LORONG, BERSIKAPLAH SOPAN SEDIKIT!"

Urat kesabaran lilica habis dengan telak.

"CEREWET!" teriaknya kembali pada Shein.

Setelah itupun ia segera berlari keluar dari kediaman einverd

(out)

Ivvi yang sedang tidur-tiduran dengan enaknya, tiba-tiba mendengar suara gemuruh keras sekali..sampai dia kaget dan melompat dari tempat tidurnya.

"apa aku baru saja melewatkan peperangan dunia ke 4 ?", ngaco Ivvi

ia mengusap-ngusap pipinya karna wajahnya sudah kedinginan sekarang, dengan rambut yang berantakan Ivvi dengan santai bangun dari tempat tidurnya.
seperti biasa setiap hari Ivvi melamun dijendela kamarnya yang terbuka, ia sering melakukan ini jika menunggu shein pulang. melihat langit dan merasakan udara yang masuk kedalam kamarnya.

"h..hatsyi !"

mungkin Ivvi sudah kelewatan untuk kali ini merasakan udara dingin yang melewati tubuhnya. ia menutup jendela kamarnya dan kembali menyelimuti diri di tempat duduk.

Shein yang sudah siap pun segera beranjak ke kamar Ivvi. Dia tau Ivvi pasti berada disana jika ditaman dia tidak ada, satu-satunya tempat adalah kamarnya. Walau Shein sendiri masih ragu, apa Ivvi marah atau tidak.

Lokasi : Di depan kamar Ivvi

Sekarang Shein sudah ada di depan kamar Ivvi dan tinggal mengetuk saja pintu yang menghalanginya. Shein menarik nafasnya dalam-dalam dan mengetuknya.

"Ivvi, apa aku boleh masuk?"

terdengar suara ketukan pintu di kamar Ivvi.
Ivvi membuka matanya dan melihat ke arah pintu..

"Ivvi, apa aku boleh masuk?"

Ivvi bangun dari tidurnya dan berjalan pelan ke arah pintu dan membuka pintu itu. dilihatnya shein sudah ada didepan pintu itu. Ivvi menatapnya datar..

"kenapa ?", sambil mengusap matanya, karna penglihatannya agak buram.

"kenapa ?"

Shein diam sebentar, melihat ke mata Ivvi dalam-dalam. Di dengarnya suaranya datar, Shein menyimpulkan kalau Ivvi mungkin marah padanya. Dia melihat ke jari manis Ivvi, cincin pemberiannya juga sudah tidak dipakai Ivvi. Itu membuatnya sangat shock dan hatinya terasa sakit sekali.

"Kau tidak memakainya....," Shein menatap Ivvi dengan sedih."Kau marah padaku, Ivvi?"

Shein diam saja, menunggu jawaban dari Ivvi. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa kering dan agak sulit untuk berbicara.

"Kau tidak memakainya....,"

"hng ?", Ivvi langsung bingung...apa yang dimaksud shein tidak memakainya ? baju ?

Ivvi langsung melihat keseluruh penampilannya..

sepertinya tidak apa-apa

eh...

"Kau marah padaku, Ivvi?"

"tidak...aku tidak memakai cincinnya karna aku tadi ingin tidur shein...cincinnya masih ada dimeja sana kok..", Ivvi berjalan menuju meja rias, dan mengambil cincin itu.

"ini...", ia menunjukan cincin itu kedepan shein.
"masih ada kan ?"

"masih ada kan ?"

Shein bernafas lega. Biasanya cincin pertunangan selalu dipakai oleh seorang wanita dan wanita itu akan melepaskannya jika dia tidak ingin melanjutkan pertunangannya. Shein mengira Ivvi membuangnya.

"Kukira kau sudah tidak mau melanjutkan hubungan kita lagi," ucap Shein pelan."Aku ingin mengajakmu keluar. Kau ada waktu kan, Ivvi?"

"Kukira kau sudah tidak mau melanjutkan hubungan kita lagi,"

"siapa bilang ?", Ivvi memakai cincin itu lagi dijari manisnya.

"Aku ingin mengajakmu keluar. Kau ada waktu kan, Ivvi?"

"sejak kapan aku tidak punya waktu ?", sebelah alisnya sekarang menaik, Ivvi memang bukan seperti shein yang jarang mempunyai waktu luang.

"mau kemana ?"

"siapa bilang ?"

Shein tersenyum, sepertinya keadaan sudah berubah lagi seperti biasanya. Ivvi juga tidak marah padanya, itu membuatnya sangat senang, moodnya langsung berubah gara-gara Ivvi. Ivvi memang segalanya baginya.

"sejak kapan aku tidak punya waktu ?"

"Yaa, siapa tahu saja....kau sudah mempunyai rencana dengan Ducan siang ini," Shein mengatakannya dengan sangat pelan, entah Ivvi mendengarnya atau tidak.

"mau kemana ?"

"Kau akan tau kita kemana setelah sampai ditempatnya," Shein senang memberi kejutan, selalu saja jika Ivvi bertanya akan kemana dia selalu merahasiakannya

"Yaa, siapa tahu saja....kau sudah mempunyai rencana dengan Ducan siang ini,"

"apa ?", Ivvi merapihkan rambutnya yang masih tergerai menutupi telinganya.

"Kau akan tau kita kemana setelah sampai ditempatnya,"

"lagi-lagi kau mengeluarkan kalimat itu..", sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"memangnya kau tidak kerja shein ?"

"apa ?"

Shein segera menggeleng. Entah Ivvi mendengar perkataannya atau tidak.

"memangnya kau tidak kerja shein ?"

Shein menggeleng lagi,"Tidak. Aku sudah memutuskan untuk tidak ikut dengan Shien-nii dan Shion nanti. Aku ingin istirahat sebentar dari semua pekerjaanku."

Shein mulai melihat jam tangannya, dia berpikir wedding organizernya pasti sudah menunggu cukup lama.

"Jadi...bisa kita pergi sekarang?"

"Tidak. Aku sudah memutuskan untuk tidak ikut dengan
Shien-nii dan Shion nanti. Aku ingin istirahat sebentar dari semua
pekerjaanku."

Ivvi diam, saja...ivvi sudah berfikir, semakin banyak shein beristirahat dan bersamanya semakin banyak pekerjaan shin yang menumpuk.
Ivvi mengalihkan tatapannya kearah yang lain, bukan ke arah shein.

"Jadi...bisa kita pergi sekarang?"

"tentu...", ia mengikat rambutnya kembali dan merapihkan bajunya dengan sekali usap, seperti anak kecil.

"tentu..."

Shein tersenyum, kemudian segera mengajak Ivvi untuk segera masuk ke mobilnya.

Lokasi : Di dalam mobil, di perjalanan ke butik baju pengantin

Shein tetap memperhatikan arahnya ke depan, tapi sesekali dia melirik Ivvi, melihat apa yang dilakukannya dan terus memperhatikannya.

"Kau suka pada Ducan?" tiba-tiba saja kalimat itu keluar. Padahal Shein tidak berniat untuk menanyakannya, entah bagaimana dia bisa mengatakan seperti itu.

Lokasi : Di dalam mobil, di perjalanan ke butik baju pengantin

didalam mobil Ivvi sibuk memandangi perjalanan sekitar, sabrie memang kota yang Indah dan banyak chain jahatnya (?)

"Kau suka pada Ducan?"

Ivvi langsung menatap shein, dan menjawabnya dengan sederhana "iya.."

"aku suka semua orang yang baik...", jawabnya melanjutkan
"terkadang Ducan kekanak-kanakan dan terkadang dia sangat dewasa dibanding aku yang lebih tua darinya...".

"kenapa ?", ia masih menatap shein dengan alis yang miring sebelah.

Shein menunggu jawaban Ivvi, dengan perasaan yang cemas dan penasaran. Dan akhirnya Ivvi menjawab juga. Jawaban yang tidak terlalu memuaskan bagi Shein.

"terkadang Ducan kekanak-kanakan dan terkadang dia sangat dewasa dibanding aku yang lebih tua darinya..."

"Oh," tidak biasanya Shein hanya mengeluarkan satu kata tanggapan saja, kecuali kalau dia sedang kesal.

"kenapa ?"

"Bukan apa-apa," Shein tiba-tiba saja menambah kecepatan mobilnya, entah kenapa dia ingin melakukan itu. Lagi-lagi speedometer mobilnya menaik secara drastis.

"Bukan apa-apa,"

dirasakannya kecepatan mobil jadi sangatlah cepat, Ivvi hanya diam dan mengeratkan pegangannya di safety belt.

"turunkan aku...", Ivvi refleks mengatakan seperti itu kepada shein ketika kecepatannya menjadi sangat cepat dibandingkan yang tadi.

dia menunduk dan masih berpegangan tangan di safety beltnya dengan gemetar.
shein sekarang sudah memancing emosinya.

"turunkan aku..."

Shein menghentikan mobilnya. Dia terdiam sebentar, jelas terlihat dari wajahnya kalau dia sedang frustasi dan lain-lain. Kalau sudah begitu Shein bisa dibilang sangat mirip dengan tampang kakaknya.

Dia melihat Ivvi yang gemetar di tempat duduknya. Sekarang Shein baru sadar apa yang dilakukannya itu salah. Dan satu lagi yang disadarinya, Ivvi tidak salah, emosi Shein sedang tidak labil dan malah melakukan itu. Hal yang membuat Ivvi takut.

Dan sekarang Shein kecewa pada dirinya sendiri, dia sudah berjanji akan membahagiakannya. Tapi sekarang dia malah melakukan hal seperti ini pada Ivvi.

"Aku....," Shein mencoba untuk berbicara, dia ingin menenangkan Ivvi saat itu."Maafkan aku... aku... aku tidak bermaksud untuk melakukannya. Maksudku hari ini ada yang salah denganku," Shein mencoba untuk menenangkan Ivvi, memegang tangannya.

"Maafkan aku... aku... aku tidak bermaksud untuk melakukannya. Maksudku hari ini ada yang salah denganku,"

Ivvi menepis tangan shein dengan gemetar, terlihat tetesan air dimatanya...
ia sangat takut, terbayang sudah masa lalu yang menakutkannya. jantungnya berdetak sangat cepat dan tangan bergetar dengan keras.

ia menekan tombol safety beltnya dan secara otomatis safety belt itu terlepas, ia menekan kunci pintu mobil itu dengan paksa, dan membuka pintu mobil itu. ia langsung keluar dari mobil itu dan berjalan sangat cepat menjauhi mobil itu..

air mata Ivvi ia biarkan mengeluar, karna ia mengingat kata-kata Ducan

semakin kau mengusap air matamu, semakin banyak air matamu yang keluar

Sesuai dengan dugaan Shein. Sekarang Ivvi pasti sangat membencinya karena Ivvi menepis tangannya. Dan sekarang Ivvi sudah keluar dari mobilnya, tanpa berpikir lagi Shein langsung mengejar Ivvi dan memegang tangan perempuan itu untuk menahannya.

"Ivvi, kumohon... aku tau aku salah, dan sekarang kau pasti membenciku. Aku tau aku sudah menyakitimu, tapi kumohon, jangan bersikap seperti ini," Shein masih memegang tangan Ivvi.

Shein tau, semuanya. Masa lalu Ivvi sebelumnya, Ivvi memang pernah disakiti oleh kakaknya, dan sekarang pasti perempuan itu benar-benar shock karena adiknya pun melakukan hal yang sama dengan kakaknya.

"Aku melakukan itu... secara tiba-tiba. Ini karena aku takut Ducan merebutmu, kau tau?" Shein mulai mengutarakan apa yang dipendamnya."Aku tau ini bukan salahmu, Ivvi. Ini juga bukan salah Ducan, tapi perasaan itu tidak bisa hilang. Aku memang selalu cemburu, dan setiap aku melihatmu bersamanya aku selalu saja kehilangan semangat, untuk melakukan apapun, bahkan semangat untuk hidup pun hilang."

Shein mencoba mati-matian supaya Ivvi memaafkannya.

"Ivvi, kumohon... aku tau aku salah, dan sekarang
kau pasti membenciku. Aku tau aku sudah menyakitimu, tapi kumohon,
jangan bersikap seperti ini,"

Ivvi tidak berbicara perasaannya campur aduk sekarang, mimpi buruk..

"Aku melakukan itu... secara tiba-tiba. Ini karena aku takut Ducan merebutmu, kau tau?"

apa maksudnya itu ? merebutku ? apakah dia tidak percaya bahwa aku mencintainya dan tidak berpaling...dia tidak mempercayaiku...

Ivvi mencoba melepaskan genggaman shein.

"Aku tau ini bukan salahmu, Ivvi. Ini juga bukan
salah Ducan, tapi perasaan itu tidak bisa hilang. Aku memang selalu
cemburu, dan setiap aku melihatmu bersamanya aku selalu saja kehilangan
semangat, untuk melakukan apapun, bahkan semangat untuk hidup pun
hilang."

"bukan seperti ini caranya !", Ivvi berteriak sangat keras, dia sangat kesal sekarang.
"seseorang pria yang mencintai kekasihnya tidak akan pernah membuat kekasihnya nyaris mati..", layaknya shien yang membuat Ivvi nyaris mati, dan sekarang shein yang baru saja memancing ajal dengan mempercepat percepatan mobilnya.

Ivvi memikirkan yang lain sekarang, bagaimana jika dia sudah menikah dengan shein ? dan ketika Ducan menjadi pendengar baiknya..shein cemburu dan dia akan menyiksa Ivvi seperti tadi..

tangis Ivvi semakin tak berhenti. tangannya semakin bergetar dan dingin sekali.

"seseorang pria yang mencintai kekasihnya tidak akan pernah membuat kekasihnya nyaris mati.."

Shein menarik nafasnya dalam-dalam, dia belum berhasil membuat Ivvi tenang. Entah harus berbicara apa lagi.

"Aku tau aku salah, dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kau tidak tau Ivvi, rasanya menjadi aku. Aku selalu frustasi, mengharapkan perhatianmu, atau setidaknya kau menyemangatiku dan menghiburku. Aku tidak pernah mendapatkan hal itu. Aku sudah berusaha, menahan emosiku seharian, aku sudah mencoba bersabar, dan kau tidak tau seberapa jauh aku mencoba bersabar kan? Kau tidak pernah tau, perasaanku, karena itulah aku semakin merasa sendiri."

Shein menarik nafasnya lagi, mencoba mengeluarkan semua yang ingin dikatakannya pada Ivvi. Dia mencoba berkata dengan tenang, dan menahan emosinya sampai titik kesabarannya benar-benar habis.

"Kau boleh membenciku untuk selamanya, tapi jangan seperti ini, tiba-tiba keluar sementara aku terus mengkhawatirkanmu. Paling tidak sekarang biarkan aku untuk mengantarmu pulang terlebih dahulu. Dan... kurasa aku memang tidak pantas menjadi pasanganmu, aku sudah membuatmu seperti ini dan kau pasti tidak akan pernah memaafkanku lagi. Aku terima itu Ivvi...."

Shein kali ini sudah pasrah. Dan dia merasa dia sudah menyakiti Ivvi sejauh ini, daripada Ivvi merasa lebih tersakiti gara-gara dia, lebih baik seperti ini... merelakan Ivvi.

"Biar kuantar dulu kau pulang... aku akan membatalkan semua rencanaku hari ini," Shein bergetar. Semuanya akan berakhir, semuanya.... semua perjuangannya. Dan sekarang dia malah bilang akan membatalkannya, padahal inilah yang sudah ditunggu-tunggunya sejak dulu.

"Aku tau aku salah, dan aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Kau tidak tau Ivvi, rasanya menjadi aku. Aku selalu
frustasi, mengharapkan perhatianmu, atau setidaknya kau menyemangatiku
dan menghiburku. Aku tidak pernah mendapatkan hal itu. Aku sudah
berusaha, menahan emosiku seharian, aku sudah mencoba bersabar, dan kau
tidak tau seberapa jauh aku mencoba bersabar kan? Kau tidak pernah tau,
perasaanku, karena itulah aku semakin merasa sendiri."

"kau tidak pernah mempercayai cintaku...", ucap Ivvi datar, dan sekarang suhu ditubuhnya sangat panas, dari tadi dia hanya menangis, melamun menantang angin, dan menangis lagi.

"Kau boleh membenciku untuk selamanya, tapi jangan
seperti ini, tiba-tiba keluar sementara aku terus mengkhawatirkanmu.
Paling tidak sekarang biarkan aku untuk mengantarmu pulang terlebih
dahulu. Dan... kurasa aku memang tidak pantas menjadi pasanganmu, aku
sudah membuatmu seperti ini dan kau pasti tidak akan pernah memaafkanku
lagi. Aku terima itu Ivvi...."

Ivvi tidak mengatakan dia membenci shein, itu membuat Ivvi semakin murung hari itu..shein benar-benar tidak mempercayai cintanya ternyata. jika saja shein lebih bersabar dengan resiko yang ditanggung jika Ivvi menjadi kekasihnya, karna hidup shein bukan ditangan Ivvi. semangat atau tidaknya shein untuk hidup, itu tergantung darinya sendiri.

"sudah kuduga...", ucapnya sangat pelan, akibat keadaannya sekarang. pandangannya menjadi buram dan dia tidak bisa mengendalikan keseimbangannya..ia memeluk shein, dan mungkin pelukan terakhirnya..

"Biar kuantar dulu kau pulang... aku akan membatalkan semua rencanaku hari ini,"

sebelum shein mengatakan itu Ivvi sudah kehilangan kendalinya, dia seperti tidak sadar dengan jiwanya, Ivvi jatuh dan tersungkur di lantai.

"kau tidak pernah mempercayai cintaku..."

Shein diam saja, dia sudah tidak mampu lagi untuk berkata-kata pada saat itu. Dia ingin sekali memeluk dan menghapus air mata Ivvi, tetapi badannya tidak mau bergerak.

"sudah kuduga...

Shein masih diam, tubuhnya terasa benar-benar kaku. Dia ingat, malam sebelumnya Shein masih baik-baik saja dengan Ivvi. Shein menggodanya, memeluknya seperti biasa. Dia masih tidak percaya kalau sekarang adalah kenyataan, dia berharap semua ini adalah mimpi belaka.

Dirasakannya Ivvi memeluknya. Tapi pelukan itu terasa tidak wajar sampai Shein melihat Ivvi yang pingsan dan tergeletak disana.

Shein merasakan seperti jantungnya berhenti sesaat ketika melihat Ivvi seperti itu. Dan parahnya lagi semuanya disebabkan oleh Shein Einverd. Kalau saja Shein tidak terlalu cemburu pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Kalau saja Shein tidak menyakiti Ivvi, tidak akan....

Tuhan... kumohon...

Shein segera memeluk Ivvi, menggendongnya kembali ke mobil kemudian membawanya ke rumah sakit.

Kumohon... jangan ambil dia dariku

Shein sekarang baru menyadari betapa pentingnya Ivvi, dan nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Shein hanya bisa menyesali perbuatannya.

Lokasi : Rumah sakit

Saat itu Ivvi sudah diperiksa oleh dokter. Dokter itu mengatakan kalau Ivvi tidak apa-apa, tetapi tetap saja harus diwaspadai karena kondisi Ivvi memang sedang tidak labil saat ini.

Shein menunggui Ivvi, paling tidak setelah Ivvi terbangun lagi dia akan meminta maaf lagi. Entah bagaimana lagi harus mengatakannya.

Lokasi : Rumah sakit

diam, seperti mayat...itulah keadaan Ivvi sekarang, dia terbaring lemah ditempat tidur Rumah sakit. wajahnya pucat sekali...di alam bawah sadarnya, dia juga tidak merasakan apa-apa, apa ini yang dimaksud mati suri ? *digoreng*

2 hari kemudian..

Ivvi pingsan selama 2 hari sejak kejadian itu, dia benar-benar seperti koma.. dan waktu berjalan semakin cepat.
saat itu Ivvi mulai merasakan hangatnya matahari yang menyinari tubuhnya, ternyata salju mulai mencair dan musim semi semakin dekat.

Ivvi dengan wajah pucatnya, melihat kesekitar dengan pandangan yang sangat buram

dimana aku ?

rasanya seperti tertidur beberapa jam, namun ia sudah pingsan selama 2 hari.

bibir Ivvi kering, ia terlihat kurus saat itu, wajahnya tidak memancarkan keceriannya lagi.

oot : sayang, aku percepat aja yaa :)