Before festival [RP]

ATTENTION, Yang boleh membalas RP ini hanya member/chain/knight dari keluarga Erland

Timeline : 2 hari sebelum festival
Waktu : jam 6 pagi
Lokasi : Einverd Household

Mengejutkan memang, mengingat nona ini tidak pernah bangun sebelum jam 9. Berbeda dengan hari ini dimana ia dengan sukses terbangun jam 6 pagi, oleh kicauan burung. Dengan menggerutu ia melakukan ritual pagi seperti biasa. Bangun, mandi, ganti baju, keluar kamar.

Setelah keluar dari kamar ia memutuskan untuk duduk di sebuah sofa di ruang tamu dimana ia bisa melihat ke arah taman. Tentu saja pemandangan ini dilihat dengan muka terpana oleh para maid. Yang mencoba-coba menerka bagaimana ia bisa bangun jam enam. Sementara sang nona tetap diam. Hingga ia merasa haus

"Bawakkan teh" perintahnya pada seorang maid.

Bosan....

Lokasi : Kamar Shion
Time : 6 pagi

Shion bangun tidur. Dia memperhatikan sekelilingnya, dan menyadari pintu kamarnya tertutup + TERKUNCI.

Shion langsung berlari kearah pintu, dan mengecek pintunya benar-benar terkunci. Ini merupakan musibah bagi pemuda itu. Kenapa? Dia phobia pada ruangan tertutup, apalagi terkunci.

Shion langsung memukul-mukul pintu itu sambil berteriak-teriak memecahkan keheningan Erland Household.

"SESEORANG, TOLONG BUKAKAN PINTU BODOH INI! KUMOHON, SESEORANG DILUAR!" Shion menggila.

Lokasi : di dekat Kamar Shion
Time : 6 pagi

Selena, chain Shion baru saja bangun tidur-- lebih tepatnya terbangun karena suara gaduh.
Yang ia lihat adalah pintu kamar masternya, Shion bergetar dan sang master teriak-teriak kayak toa ingin keluar.

Karena kesal, Selena dengan kekuatan chainnya menendang pintu tersebut dan...

"BRAKKKKK"

Pintu tersebut terbuka + hancur

Noire yang awalnya menginkan ketenangan malah mendapatkan keributan dari teriakkan seorang pemuda yang ia kenal sebagai Shion Erland. Seseorang yang selalu berhasil membuatnya sebal. Tampaknya Noire akan marah lagi karena Shion mengganggu ketenangannya, tapi saat ia mendengar bahwa teriakkan itu adalah teriakkan yang penuh dengan ketakutan dan ke desperate an, sebuah senyum lebar mengembang di wajahnya.

"Pagi yang sungguh indah" Ucapnya pada diri sendiri dengan nada penuh kemenangan.

Tiba-tiba saja

BRUAKK!!!

Terdengar suara pintu yang dihancurkan. Paginya indah Noire menikmati suara teriakkan kesakitan Shion. Hancur begitu saja. Ia mengerti benar bahwa yang dihancurkan adalah pintu kamar Shion.

'seharusnya aku mengganti semua pintu kamar di household ini dengan pintu baja saja supaya tidak ada yang bisa mendobraknya' Pikirnya dengan penuh benci.

Setelah beberapa saat, ia ingat bahwa Shion pastinya masih mempunyai tampang ketakutan dengan baju tidur. Ia segera berlari ke kamar Shion secepat mungkin. Dengan nada mengejek dan senyum penuh kemenangan ia bertanya

"Kau tidak apa-apa Shion?"

Shion terkapar didalam ruangan terkunci itu, agak kejang-kejang dan terus-terusan berteriak untuk dibukakan pintu.

Didengarnya suara pintu yang hancur. Siapa lagi kalau bukan chainnya, Selena yang dengan senang hati membantu masternya itu untuk keluar.

Shion tidak bisa berdiri, nafasnya terasa sesak sekali hanya karena dia menyadari kalau dia terkunci didalam ruangan yang tertutup.

"Selena... bawakan air," Shion melebih-lebihkan aksinya itu.

"Kau tidak apa-apa Shion?"

"Seperti ini kau bilang tidak apa-apa?" jawab Shion kesal, masih merasa sesak.

"Seperti ini kau bilang tidak apa-apa?"

Senyum palsu yang mengibaratkan kemenangan tidak terperikkan mengembang dengan sangat amat manis di wajah Noire.

"Nafas sesak, tampang ketakutan, dengan baju tidur, lalu posisimu terkulai di lantai?" Kata Noire medeskripsikkan keadaan Shion

"Bagiku sangat baik-baik saja. Menyenangkan apalagi, kau membuat pagiku menjadi indah Shion" Ujarnya lagi.

Noire pun duduk hingga tingginya menyamai Shion.

"ingatkan aku untuk mengganti pintu kamar tidurmu ini dengan baja, sehingga chainmu tersayang tidak akan bisa mendobraknya. dan OH! dengan kunci yang sangat kuat TENTU SAJA" bisiknya ke Shion dnegan nada mengancam

Lalu dengan cepat ia segera berdiri lagi dan menjauh sedikit dari TKP. Mengerti benar amarah Shion yang cukup menakutkan.

lokasi: lorong kediaman erland
pukul: 6 pagi

entah apa yg dipikirkan gadis ini, seira dengan setengah tertidur berjalan terhuyung-huyung menuju dapur. ia sangat lapar karena lupa makan malam, maklum ia baru saja menyelesaikan ramuan barunya. 'lapar.....' pikirnya. sambil berusaha untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, tiba-tiba

"BRAKKKKK"

'wetehel??? suara apa tuh pagi-pagi begini??' ia pun segera menuju sumber suara tersebut yg tak lain adalah kamar Shion. yang ia dapati adalah pintu kamar yg hancur/rusak, shion yg tepar di lantai, noir-sama yg lagi nyindirin shion, yah atau lebih tepat menjahili shion. "ara~~~ ada apa ini?? kenapa pintunya bisa hancur seperti itu?" tanya seira dengan inosennya.

Lokasi: Kamar Vandera
Waktu: 06.00 am


Cahaya mentari mulai mengganggu Tidur pulas sang bocah pirang ini, Terlihat dari matanya yang mulai membuka secara terpaksa.

"Hoaaam..."
Bibir kecilnya terbuka kecil, melepaskan sisa kantuk dalam dirinya, kedua tangan nya sibuk mengusap ngusap mata lelahnya. baju piama birunya sudah nampak kusut.

"em...."
Gumannya pelan menuruni kasur, mata hijaunya masih setengah menutup, jalannya berkelok kelok menyamai rambut pirangnya yang mencuat cuat.

Ia berdiri di depan pintu kamarnya, mematung dan menanti namun tak ada yang datang. ia mendesah pelan dan berbalik menuju kasurnya untuk bergelut dalam kasur.
"...kemana dia....nghh.."
gumannya seraya menarik selimut, ketika itu.

"BRAAAAAK"

Sebuah suara kerap membuatnya meloncat dari atas kasurnya, segera ia raih kedua tonfanya, kemudian ia keluar kamar menuju asal suara tersebut. jantungnya bergemuruh dilanda kecemasan. bagaimana jika ada invasi mendadak? pikirnya.

-----
"...huff..huff.."
Nafas vandera tersengal-sengal begitu tiba di sana, "apa yang terjadi?", pikirnya dengan wajah khawatir butiran kecil keringat mulai membasahi wajah pucatnya, "kenapa banyak orang di sini", ia berjalan mendekati mereka.

"...ada apa?"
Tanyanya pelan masih dengan nafas tersengal-sengal.

"ara~~~ ada apa ini?? kenapa pintunya bisa hancur seperti itu?"

"...ada apa?"

Kepalanya menoleh ke sumber asal suara itu. Dilihatnya Seira dan Vandera berada di sana. Sedang bingung tampaknya dengan keadaan ini.

"ah Seira,Vandera, selamat pagi" Tanyanya demi keramah tamahan.

"Beginilah, Phobia Shion kambuh dipagi hari karena mendapati kamarnya dikunci, ia berteriak dan Selena menendang pintu demi menyelamatkannya" Jelas Noire sambil tersenyum pada Seira juga Vandera.

"Apakah kami membangunkan kalian berdua?"

"Nafas sesak, tampang ketakutan, dengan baju tidur, lalu posisimu terkulai di lantai?"

Shion tidak bisa membalas Noire balik, nafasnya masih sesak. Dia hanya mengumpat-ngumpati Noire didalam hatinya.

BOCAH SIAL.... Awas saja nanti

Shion berusaha bangun, dan terhuyung karena dia masih merasa pusing akibat terus-terusan berteriak dan kejang-kejang gak jelas.

"ingatkan aku untuk mengganti pintu kamar tidurmu ini dengan baja, sehingga chainmu tersayang tidak akan bisa mendobraknya. dan OH! dengan kunci yang sangat kuat TENTU SAJA"

"Jaga omonganmu, noire," Shion mengambil cambuk miliknya.

"ara~~~ ada apa ini?? kenapa pintunya bisa hancur seperti itu?"

"...ada apa?"

Shion diam saja, lebih tepatnya malas membahas kejadian tadi.

"Beginilah, Phobia Shion kambuh dipagi hari karena mendapati kamarnya dikunci, ia berteriak dan Selena menendang pintu demi menyelamatkannya" Jelas Noire sambil tersenyum pada Seira juga Vandera.

"Apakah kami membangunkan kalian berdua?"

"ah selamat pagi Noir-sama, tidak kok, saya baru saja bangun. eh jadi phobia Shion kambuh lagi? o_O oh iya shion-san kalau phobia lebih baik pintunya jangan di kunci?? gembok aja sekalian." jawab seira tanpa basa-basi. beruntung juga untuknya dengan adanya kehebohan ini, ia jadi melek 100%.

"hei vandera, kok dateng-dateng bawa tonfa? nih lap dulu keringatmu." ujarnya sembari memberikan vandera saputangannya.

"Selena... bawakan air," Shion melebih-lebihkan aksinya itu.

"Baiklah master..."

Selena membawakan air untuk Shion, ia diam saja. Padahal ia kesal dibangunkan pagi-pagi

"ara~~~ ada apa ini?? kenapa pintunya bisa hancur seperti itu?" tanya seira dengan inosennya.

"...ada apa?"
Tanyanya pelan masih dengan nafas tersengal-sengal.

"Pagi semua..., maaf aku menghancurkan pintu Shion dan membangunkan kalian..." ucap Selena pelan.

Selena lagi bad mood.

"Jaga omonganmu, noire,"

Noire tersenyum menantang saat Shion mengambil cambuk miliknya.

"percayalah jika kau mau battle, aku bisa menyuruh mu untuk tidak bisa bergerak selama 1 hari penuh dan menaruhmu diruangan tertutup" Ancam Noire.

"mau?" Tanyanya siap memberi perintah pada fantome

____________________________________________-

"ah selamat pagi Noir-sama, tidak kok, saya baru saja bangun. eh jadi phobia Shion kambuh lagi? o_O oh iya shion-san kalau phobia lebih baik pintunya jangan di kunci?? gembok aja sekalian."

Noire tertawa mendengar perkataan Seira.

"senang ada yang mendukung" ujarnya dengan bahagia.

Tidak lama setelah menjawab pertanyaan Seira ia melihat Selena datang membawakkan air untuk Shion.


"Pagi semua..., maaf aku menghancurkan pintu Shion dan membangunkan kalian..."

"tak apa, Selena. Dengan begini saya bisa mengganti pintu kamar Shion dengan yang terbuat dari baja. Kedua saya akan senang jika setiap pagi mendengar seperti ini hohoho" Ucap Noire dengan sangat senang.

Ya, moodnya sedang berada di puncak pagi itu.

"Baiklah master..."

Shion buru-buru meminum minumannya sampai habis. Dia mendekati Selena, menjauhi orang-orang yang kelihatannya sirik ingin menjahilinya.

"mau?"

Iklan 3. Shion hanya menatap kesal. Saat ini dia masih dalam keadaan benar-benar lemah. Dia mengacuhkan Noire.

"Cih, aku tidak punya waktu untuk melawan bocah sepertimu," jawabnya langsung."Ternyata memang Selena saja pembelaku disini," Shion memandang Selena dengan bangganya.

"senang ada yang mendukung" ujarnya dengan bahagia.

"ya sama-sama Noir-sama, yah hitung-hitung untuk mengembalikan moodku yg sedang jelek." menyambut kerja samanya dengan noir sambil tersenyum jahil terlintas ide jahil di dalam otaknya. "emm shion-san, kalau kau masih lemas bagaimana kalau kau meminum obat buatanku??" tawarnya sambil cekikikan.

---

hahahaha chara papi ternyata jadi korban juga....

Lokasi : Ruang Tengah
Waktu : 06.00 A.M

---

Pagi yang indah -- atau seharusnya begitu.

Pagi-pagi sekali, Dre sudah harus bangun meninggalkan mimpi indahnya. Tujuannya hanya satu, menyiapkan keperluan yang sekiranya akan diperlukan sang Master tersayang, Vandera, apabila bocah itu telah terjaga. Sibuk, jelas. Ia harus memilah, mana manisan atau coklat yang akan ia sajikan untuk Vandera.

Telah memilih untuk setengah jam, kalau kau mau tahu.

Setelahnya, Dre menapak pergi, menjauh dari ruang tengah dan beranjak menuju kamar sang Master. Langkahnya panjang, bukan layaknya siput. Panik, tentu saja. Bagaimana kalau ia terlalu sibuk mengerjakan sesuatu sampai-sampai Vandera telah terjaga dan mendapati kalau ia seorang diri? Bagaimana kalau Vandera membutuhkan sesuatu disaat ia tak berada di tempat?

Napasnya memburu, hingga si persegi turun tahta dari puncak hidungnya.
Matanya menajam, hiraukan surai hitam yang belum sepenuhnya tertata.

Saat itulah, sebuah suara debam keras yang menggelegar -- atau begitu ia deskripsikan -- menyapanya. Sontak, Dre membelalakkan mata, sebelum langkahnya menuju ke sumber bunyi dan mendapati suatu kekacauan.

Bunyi debam + ricuh suara + suara sang Master = HOROR.

Secepat yang ia bisa, Dre melaju kesana. Menggigit bibir bawah, harap-harap cemas jangan sampai sang Master tertimpa masalah atau sesuatu. Hela napas lega akhirnya meluncur kala ia mendapati Vandera baik-baik saja, alih-alih menyipitkan mata menatap sosok Shion, salah satu member Erland yang agaknya tengah mendapat peringatan dari Noire, kakak Vandera. Dan sederetan kejadian lain yang ia tak tahu penyebabnya apa.

"Ahh.. kalau boleh saya tahu, ada masalah apa pagi ini?"

Menyapa dengan santun. Dre mendekati tubuh mungil sang Master, memposisikan dirinya tepat di samping Vandera. Bertanya. Memastikan.

"Master, kau tak apa?"

"Cih, aku tidak punya waktu untuk melawan bocah sepertimu,"

TES

Sperti ayunan, mood Noire berubah lagi menjadi marah. Ia tentu kesal dengan perkataan Shion. Dapat dilihat bahwa tampangnya benar-benar kesal. Tidak biasanya ia seperti ini, hanya saja Shion benar-benar sepertinya sukses membuatnya marah, ia sendiri tidak tahu bagaimana bisa.

"Shion, gantilah bajumu dan aku menantang untuk battle!!!!!" Kata Noire setengah berteriak karena amarah. Bodohnya ia menantang orang begitu saja, padahal jelas ia berada di posisi yang lemah.

Gegabah....

"tak apa, Selena. Dengan begini saya bisa mengganti pintu kamar Shion dengan yang terbuat dari baja. Kedua saya akan senang jika setiap pagi mendengar seperti ini hohoho"

"Tapi aku benar2 minta maaf" kata Selena pada Noire.

"Ternyata memang Selena saja pembelaku disini," Shion memandang Selena dengan bangganya.

"Tidak juga..." ucap Selena kaku "Malahan tadi aku mau menyirammu, kontraktor rusuh"

Selena tetap menjaga moodnya stabil.

Matanya masih tertuju pada Shion. Malang, Memiliki trauma memang merupakan kelemahan, gumannya pelan. "ahh..Syn.." ucapnya menatap knightnya.

"Aku tak apa-apa, "
Jawabnya lagi dengan senyum formal, wajahnya masih kusut, apalagi rambutnya berdiri seperti ayam.

"ho..Selena..jangan lupa mengganti pintu,"
Ucapnya menatap pintu,"Kayu mahoni-jati berlapis perak kualitas tinggi, anti air dan api...hancur, dengan sebuah tendangan.....haihh.."gumannya menatap selena.

"ah..Shion, buka kancingnya agar dapat bernafas lega. Tinggikan kakinya untuk menambah darah. hmm apa Mungkin dia butuh nafas buatan?,"
ucap Vandera terkekeh.

"Adakah suka relawan, hmmm?"
Senyumnya jahil.

"Tapi aku benar2 minta maaf"

Suara Selena menyadarkan Noire dari amarahnya yang meledak dan mendinginkan kepalanya yang sekarang sepanas api. silahkan goreng telor di atas kepala saya

"Yah, tidak apa-apalah kami telah maklum" Jawab Noire sambil mencoba menjaga tata kramanya. Meski tampaknya sangat tidak berhasil, melihat fakta bahwa ia masih berusaha men death glare Shion.

"Yah, tidak apa-apalah kami telah maklum"

"Ah, terimakasih Noire-san..." Selena kembali berseri, walaupun masih kesal sedikit.

"ho..Selena..jangan lupa mengganti pintu,"

"Iya, iya..." ucap Selena pada Vandera.

Selena mulai berpikir untuk menjebloskan satu pintu lagi pagi itu.

"ah..Sion, buka kancingnya agar dapat bernafas lega. Tinggikan kakinya untuk menabah darah. hmm apa Mungkin dia butuh nafas buatan?,"
ucap Vandera terkekeh.

"Adakah suka relawan, hmmm?"
Senyumnya jahil.

mendengar ucapan partnernya, seira ingin sekali tertawa lepas, hanya saja tentu itu tidak sopan. "hei vande... bagaimana sih... coba tanya si perv... mungkin dia mau jadi sukarelawan" ucapnya sambil tertawa jahil. moodnya sedang bagus sekali untuk menjahili orang lain. dan kalau di liahat-lihat, sepertinya kehebohan seru ini agak sedikit mereda, yg artinya tontonan seru akan mencapai klimaksnya. *apalaginih*

Menatap bingung, tentu.

Terima kasih untuk sang Master yang menjawab pertanyannya. "Hmm.. kuasumsikan kalau hari ini tengah terjadi kerusuhan besar, rite?" menatap Vandera, Dre membenarkan posisi si persegi yang melorot, sebelum mengangkat tangan dan merapihkan tatanan rambut Masternya yang kusut.

"Maaf.. permisi sebentar, rambutmu masih kacau, Master."

Usai melakukan pekerjaannya, Dre kembali menatap potongan adegan yang tersaji di depan batang hidungnya. Menatap perdebatan yang menurutnya alot antara Noire dan Shion. Oh ya ampun, memang ada apa? Memutuskan untuk mencampakan entah-apa-itu-yang-tengah-dipikirkan oleh Masternya.

Dan ya, mencampakan apa-itu-yang-tengah-dikatakan-rekan Masternya.

Great.

"Ah, terimakasih Noire-san..."

noire tersenyum pada Selena.

Ia lalu mengingat atas pintu yang dirusakkan Selena.

"Tidak perlu kau ganti, aku akan menyuruh orang untuk menggantinya dengan pintu yang berkriteria sama seperti yang Vandera bilang" Ujar Noire dengan senang

"Tidak perlu kau ganti, aku akan menyuruh orang untuk menggantinya dengan pintu yang berkriteria sama seperti yang Vandera bilang"

"Oh, yasudah..." ucapnya pada Noire.

Kadang, mood Selena menjadi aneh bila dibangunkan saat pagi hari. Jadi, ia mulai memikirkan hal-hal aneh...

"Ehm...semua, bagaimana kalo kita main?"