[RP]EINVERD HOUSE

"saat shein datangpun guru itu malah menjadi jadi ia bilang bahwa einverd tak butuh aku"

"Hng? Begitukah? Ahh, kau sama denganku... aku juga dibilang tidak pantas ada di Novadion... sifatku, yahh, kau tau beda dengan mereka," Raven melihat si meong, kucingnya yang memanja-manjakan dirinya sendiri di kaki Raven."Tapi aku tidak peduli. Lagi pula masih ada si meong dan Shein... aku juga bisa bermain piano, jadi aku sama sekali tak merasa kesepian."

Raven mulai mengangkay si meong tinggi-tinggi, mulai bermain dengannya.

"well mereka tuh butuh privasi makanya kita tinggalkan, Mari ke ruang tamu saja"

"Hhh, ya sudah deh. Ayo, meong...," ajak Raven pada si meong."Rhea, mau ikut denganku?" Raven tau Rhea juga biasanya ikut dengannya, dia buru-buru mengajak Rhea juga.

"oh well kita memang orang orang terpencil" tawa lilica

"tapi untunglah aku menemukan shein kalau tidak aku tak tahu apa yang Akan terjadi padaku"

"rhea? Anak itu kemana yah?? Kok ilang??" tanya lilica yang celingak celinguk nyari rhea

"oh well kita memang orang orang terpencil"

Mendengar Lilica yang tertawa, Raven juga dengan polosnya ikut-ikutan tertawa. Tertawa memang menyenangkan, bukan?

"rhea? Anak itu kemana yah?? Kok ilang??"

"Hnng...iya juga, Rhea menghilang yaa... mungkin bersembunyi?" Raven melihat di bawah bantal, tentu saja di bawah bantal tak ada Rhea. Pria yang satu ini bodohnya udah keterlaluan.

"hihihi....hhahahahaha", Ivvi tertawa geli melihat lilica dan raven yang saling mempersatukan sifat yang sama.

iya senang, semua baik-baik saja. walaupun masih tersisa rasa sedih atas tuduhan orang-orang di koran hari ini.

"sudahlah...istirahatlah terlebih dahulu...dan tunggu, aku ingin mengabsen dulu, siapa saja yang sudah selamat sekarang", ucap Ivvi iseng.

"lilica..", Ivvi menunjuk kearah lilica,

"shein...", tentu saja ia tidak lupa dengan kekasihnya yang satu ini.

"rhe...rhea ?", ia melihat rhea disana, tidak ada ? langsung tidur kah ?

"hahaha bodohnya" tawa lilica lagi

"mungkin ia pergi ke kamar" ujarnya

"kau mau teh, raven?"

SHEIN SIDE

"shein..."

"Hadir...," jawab Shein, iseng menjawab absen itu.

Kemudian dia memperhatikan Raven yang terus-terusan mencari di bawah benda-benda kecil.

"Bodoh. Mana muat Rhea bersembunyi di bawah bantal, atau di bawah cangkir teh," Shein mulai mengejek RAVEN sepuas-puasnya.

Kemudian Shein melihat Raven yang di tawarkan teh, dia juga ingin teh.

"Buatkan untukku juga yaa, adikku yang manis dan cantik," rayu Shein.


RAVEN SIDE

"kau mau teh, raven?"

Raven mengangguk pelan. Masih sibuk dengan si meong, dan mencari Rhea.

Lilica sudah ingin muntah mendengarnya tetapi ia ikut saja bermain dalam permainan rayu merayu ini

"tentu saja mau teh apa kakakku tersayang?" tanyanya

"maafkan aku, aku pasti lupa mengingatkan bahwa jika anda memuji saya lagi, mungkin saya tidak sengaja Akan menumpahkan teh ini di kepala anda karena terlalu senang"

"hihihi hahahahaha...", Ivvi tertawa geli lagi, sambil mengeluarkan air mata sekarang karna tidak kuat ingin tertawa.

"kalian ini ada-ada saja...apa tidak lelah ?", Ivvi menyiapkan bantal kecil didekat sofa.

"tidak my lady ivvi, saya tidak lelah" kata lilica bak gentleman

"anda mau teh my lady?"

lilica pun menyuntekan teh untuk dirinya raven dan shein ( meski untuk bagiannha shein ia buat supaya tumpah)

SHEIN SIDE

"tentu saja mau teh apa kakakku tersayang?"

Ok, suatu embel-embel yang SANGAT TIDAK BIASA di dengar oleh Shein dari adiknya itu. Yah, aneh juga kalau terus-terusan begini.

"Hhh, sudahlah... aku juga lelah. Sedang tidak enak terlalu lama bertingkah merayu, atau mesum," Shein mengalah, dan duduk di sofa, beristirahat.

"hn aku tahu itu" kata lilica

"kau terluka kan? Istirahatlah di kamar"

"nanti Akan kupanggilkan dokter, atau kau mau ivvi yang mengobati?" tanya lilica

Shein masih bersandar di sofa, dan memejamkan matanya. Tetapi dia tetap tidak tidur, takut Shien merasukinya lagi. Dia harus tetap sadar, agar Shien tidak macam-macam lagi, walaupun Shein sebenarnya sangat ngantuk.

"nanti Akan kupanggilkan dokter, atau kau mau ivvi yang mengobati?"

"Hhh, terserah saja... aku benar-benar lelah," Shein kemudian sadar, bajunya benar-benar penuh dengan darah."Panggilkan maid untuk membawakan baju ganti," ucap Shein datar pada Lilica.

Aku tidak boleh tertidur... jika tidak... dia akan menguasai tubuhku lagi. SIAL.

Lilica yang merasa kesal karna di suruh suruh pun

mengambil teko yang isinya air panas dan menyiramkannya ke shein

"males!"

Shein kemudian merasakan dia terkena air panas. Tak berteriak, tak banyak bicara, ataupun memarahi Lilica. Hanya diam, tatapan matanya kosong. Shein tertidur dengan matanya yang masih agak terbuka.

"males!"

Kemudian Shein bangun kembali. Dia rasanya ingin memplester matanya agar tidak tidur.

"Hhh... ya sudah kalau tidak mau, aku saja yang ke sana...," Shein beranjak dari ruangan itu, menuju ke kamarnya.

Lokasi : Kamar Shein

Shein menatap pantulan dirinya di cermin. Begitu pucat, dan masih ada sisa-sisa darah juga di wajahnya.

Kemudian, dia melihat wajahnya lama-kelamaan berubah menjadi Shien, yang sedang tertawa mengejeknya.

"TIDAK!" Shein menonjok kaca itu, sampai pecah, dan tangannya juga tentu terluka. Pecahan-pecahan kaca menempel di tangan Shein. Shein sudah tidak peduli lagi.

Lilica yang mendengar suara Dari kamar shein segera berlari dan melihat shein meninju kaca

ia tahu apa yang terjadi

"tenanglah shein, ia tak Akan menggagu mu lagi, percayalah"

"tidurlah kami Akan mejagamu"

"tidurlah kami Akan mejagamu"

"Shien bisa memasuki mimpi orang. Jadi mustahil, kalian tidak bisa mencegahnya dari luar. Aku tak boleh tidur."

Shein memaksakan diri, untuk tidak tidur. Dia kemudian mengambil bajunya, dari lemarinya.

"Aku ingin ganti baju dulu. Kau masih tetap ingin di sini? Tenanglah, dia tidak akan merasuki-ku untuk yang ketiga kalinya. Kau juga sebaiknya beristirahat," ujar Shein pada adiknya itu.

"ya, sebaiknya lukamu di obati shein" kata lilica

"nanti kalau kau dirasuki aku Akan membangunkanmu bagaimana?? Yang penting sekarang tidurlah Ada yang mau kubicarakan besok"

"sebaiknya aku tidur di sini jika terjadi apa apa" katanya lagi sambil mengeluarkan kasur lipat dan berbagai peralatan medis

"sebaiknya aku tidur di sini jika terjadi apa apa"

Shein terbatuk-batuk mendengar perkataan Lilica yang satu ini.

"B-bodoh, jangan. Tidak baik. Kau ini seorang lady, sebaiknya tidak tidur sekamar dengan laki-laki, walaupun aku masih sekeluarga denganmu,"

Shein mulai membuka jubahnya yang berlumuran darah. Masih ada berlapis-lapis kain lagi yang membalutinya(yah, maklum, baju bangsawan berlapis-lapis).

"Hhh... kau mau melihatku berganti baju? Tunggulah sebentar di luar.."

"'cih lady ga lady lo itu kakak gue shein, dan lo itu terluka!" kata lilica

ya baginya nyawa kakaknya jauh lebih penting daripada lainnya

Jika sudah menyangkut yang satu ini moral apapun tak jadi penghalang

"ya harus kan, luka mu kan harus di obati" katanya enteng

"buka dulu pakaianmu Akan kusiapkan air untuk membersihkannya"

"buka dulu pakaianmu Akan kusiapkan air untuk membersihkannya"

APA?! INI SEMUA TIDAK BENAR...

Shein mulai mencari-cari alasan lagi, agar Lilica membiarkannya untuk sendiri.

"Tidak perlu. Lukaku ini banyak, nanti tanganmu bisa kotor. Biar aku saja yang membersihkannya, sendiri."

Tak ada alasan lain.

"bodoh" kata lilica

"kau ini buronan bodoh tak Ada dokter yang mau membantumu!"

"kotor pun tak masalah yang penting kamu selamat"

"lagipula tak Ada maid yang bisa medis, kau tidak visa meminta bantuan ivvi dan untuk raven ia terlalu bodoh"

"jadi menurut saja lah! Kau itu terluka parah mengerti?!" tanya lilica

"memang kenapa dengan aku mngobati lukamu??"

"jadi menurut saja lah! Kau itu terluka parah mengerti?!"

Shein menghela nafas, sudah capek dengan kekeras kepalaan adiknya itu.

"Hnng... TIDAK. Biar aku saja, aku juga sudah membaca berbagai jenis buku kedokteran, aku bisa merawat diriku sendiri."

Shein kemudian membuka lapisan keempat dari baju bangsawannya itu. Seperti biasa, penuh dengan darah. Masih ada tiga lapis lagi, membuatnya benar-benar gerah.

"memang kenapa dengan aku mngobati lukamu??"

"Hhh... entahlah, aku merasa aneh saja...," jawab Shein datar.

"emm dengan lengan seperti itu??" tanya lilica yang melihat lengan shein yang sudah tercabik terdapat luka dimana mana dan memar di mana mana

"aku tidak berpikir begitu, sudahlah lagipula aku butuh mengobatimu"

"aneh? Mengapa??" tanyanya lagi

"emm dengan lengan seperti itu??"

Shein mengangguk yakin. Lagi pula dia sendiri masih bisa bergerak, walaupun lengannya memang cukup terluka parah.

"aneh? Mengapa??"

Ok, pertanyaan yang satu ini sulit untuk di jawab. Shein sendiri bingung mau mengungkapkan jawabannya bagaimana.

"Entahlah. Mungkin karena belum terbiasa."

"kalau gitu terbiasalah" kata lilica enteng

ia lalu menuju ke arah shein dan membersihkan darah yang Ada di tubuhnya dengan handuk

"maaf ini mungkin Akan sakit sedikit" kata lilica meminta maaf