[RP]EINVERD HOUSE

"kau lupa? Akulah yang seharusnya menjadi duke!"

Raven menggeleng. Tidak tau sama sekali tentang berita Lilica yang di jadikan duke atau apalah itu. Yang pasti Shein masih hidup, dia masih berstatuskan sebagai leader Einverd.

Aku tidak bisa membayangkan, apa jadinya jika EINVERD FAMILY di pimpin olehnya...

Raven tersenyum, sambil membayangkan ini-itu. Imajinasinya mulai berjalan lagi.

"Kalau begitu, tunjukkan di mana pintu itu."

"aku tahu apa yang kau pikirkan dan tidak, tidak Akan seburuk itu jika aku yang memimpin" kata lilica

"hn. Mari ikuti aku" perintahnya sambil beranjak Dari kursi dan menuju kamar shein

ia lalu membuka foto shien dan terlihatlah sebuah lorong

"inilah tempatnya"

"aku tahu apa yang kau pikirkan dan tidak, tidak Akan seburuk itu jika aku yang memimpin"

Raven lagi-lagi tersenyum, ingin tertawa tapi tetap menahannya.

"AHAHAHA, aku kan tidak bilang kau buruk sebagai pemimpin," Raven mulai merasa agak tertarik pada gadis rebelious yang satu ini.

Membuatnya ingin tertawa, walau kadang omongannya memang pedas.

Raven kemudian berjalan, mengikuti Lilica.


Lokasi : Ruang tengah


Raven melihat Lilica yang membuka foto Shien. Dan di baliknya ada lorong. Itu membuat Raven sedikit terkejut. Tidak mengira, Shein repot-repot membuat seperti ini, untuk pintu menuju abyss itu.

Tentu saja, itu wajar. Dia kan leader Einverd. Harus melindungi pintu itu habis-habisan.

"Jadi... pintunya ada di dalam?"

"kau berpikir begitu kan??" kata lilica sambil menjulurkan lidah

"ya di sinilah tempatnya" ia lalu berjalan memasuki lorong itu
sampai pada di sebuah pintu yang besar

"inilah tmpatnya"

"kau berpikir begitu kan??"

"Tidak juga," Raven malah membalas kelakuan Lilica dengan senyumannya.

Raven tidak mempan jika hanya di julurkan lidah. Laki-laki yang satu ini tetap saja ceria, dengan keadaan sekitarnya. Dan sangat easy going.

"inilah tmpatnya"

Raven memandang kagum ke arah pintu itu. Benar-benar pintu yang indah, dengan ukiran yang artistik di setiap sudutnya. Dia baru pertama kali melihat pintu menuju abyss itu secara langsung. Kakaknya belum pernah menunjukkan pintu itu padanya. Indah.

"Mari kita buka" kata lilica

ia memegang salah satu handle pintu dan mulai membukapintu itu

"Mari kita buka"

Raven mengangguk. Jantungnya sudah berdebar-debar, tak sabar melihat apa yang akan terjadi.

Di bukalah pintu tersebut. Raven merasakan hawa abyss benar-benar keluar dari sana. Dan angin yang sangat kuat.

Gelap. Raven tidak bisa melihat dengan jelas ke dalam, gelap sekali, tak ada cahaya.

"Apa kita harus masuk?" Raven mulai telmi sendiri.

========================================

oot: nanti kalau udah masuk, pindah ke topik yg abyss-SHIEN'S PLAN...

"ya" kata lilica

"aku Akan masuk dan membawa keluar shein"

"jagalah pintu itu jangan sampai tertutup kumohon" pintanya

(out )

mata Ivvi terbuka, ia merasakan hawa tidak enak sekarang.
Ivvi berdiri dari ranjangnya dan keluar dari kamarnya. ia mulai berjalan...

kenapa rumah ini sangat sepi ? kemana lilica dan raven ? , gumamnya

Lokasi : Ruang tengah

dilihatnya raven sedang berdiri disebelah foto shien ?

sedang apa dia disana ? dan...astaga ! itukah pintu abyss yang dibicarakan lilica, apa yang mereka lakukan ?

"raven....dimana lilica ?", Ivvi berjalan cepat mendekati raven.

"jagalah pintu itu jangan sampai tertutup kumohon"

Raven buru-buru mengangguk. Dan siap siaga, menjaga pintu tersebut, bagaikan satpam yang sedang menjaga kompleks perumahan dari serangan pencuri.

"Berhati-hatilah..."

"raven....dimana lilica ?",

Raven benar-benar kaget dengan kedatangan Ivvi yang tiba-tiba. Dia hampir saja akan merelease kekuatan Arma, dan menyerang Ivvi.

"AKH, HAMPIR SAJA! Sial, Arma... Lilica... pergi menyelamatkan Shein."

mata Ivvi mengecil, baru saja tadi ia mendengar lilica bahwa acara untuk menyelamatkan shein itu besok.

"a-apa yang ia lakukan ? ia sendiri bersama arma ? kenapa kau biarkan mereka kesana tanpa orang lain(kita) ?", Ivvi mulai gelisah, khawatir, kesal, semua campur menjadi satu.

ia mulai mengoyang-goyangkan tangan raven, ia butuh kepastian. kenapa secepat itu ? apa sudah siapkah ?

ya tuhan....kenapa kau memberikan aku ujian yang sangat berat ?

Lilica pun berlari melewati pintu gerbang dan berteriak

"yes! Berhasil! Kita keluar!!"

Bahagianya ia bahwa ia dan shein dan rhea keluar

RAVEN SIDE

"a-apa yang ia lakukan ? ia sendiri bersama arma ? kenapa kau biarkan mereka kesana tanpa orang lain(kita) ?"

Raven juga tau perasaan Ivvi. Dia merasakan kegelisahan dan kecemasan yang sama dengannya. Kemudian Raven menjawab pertanyaannya dengan tenang.

"Tenang saja. Aku percaya pada Lilica. Dia kuat, dan dia pasti bisa membawa Shein dengan selamat."

"yes! Berhasil! Kita keluar!!"

"NAH! ITU MEREKA!" Raven berteriak girang sekali, melihat Shein, Rhea, dan Lilica yang keluar dengan selamat.

"NAH! ITU MEREKA!"

Ivvi langsung menengok cepat kearah yang ditunjuk raven. dilihatnya lilica, shein dan rhea keluar dari balik orong itu.

sejenak Ivvi berpikir, mereka...nyatakah ? kumohon... pasti ini bukan imajinasiku kan ?

ia mulai mundur dengan pelan, dan bersembunyi dibalik punggung raven. ia berfikir..mungkin saja mereka mahluk abyss atau ? khayalan Ivvi ?

SHEIN SIDE

Entah bagaimana rasanya. Shein benar-benar senang bisa melihat Ivvi lagi. Dan sedikit tidak percaya, dia benar-benar bisa keluar dari abyss untuk yang kedua kalinya.

Tetapi tidak ada reaksi apapun dari Ivvi. Ivvi malah terlihat ragu akan kedatangannya.

Ternyata benar... tahun berapa sekarang? Jangan-jangan sudah 100 tahun berlalu? Yang lebih kutakutkan adalah... Ivvi yang melupakanku. Itu mungkin saja, jika waktu di dunia nyata berjalan cepat, dia mungkin saja lupa padaku. Ya, itu mungkin. Terimalah kenyataan itu, Shein.

Shein salah paham. Dia menyimpulkan, bahwa sudah berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun waktu berjalan.


RAVEN SIDE

Raven kebingungan.

Kenapa Ivvi malah bersembunyi?

Dia tidak mengerti keadaannya.

"Kenapa? Tidak menyambut Shein?" tanya RAVEN pada Ivvi.

"Kenapa? Tidak menyambut Shein?"

"a,aku takut...", entah...Suara Ivvi menjadi kecil saat itu. benar-benar seperti anak kecil yang ketakutan melihat ondel-ondel (?) *digoreng*

"ra,raven...benarkah ia shein ?", Ivvi mulai menunjukan dirinya dibalik punggung raven.

"Ngaaah~"

Tadi saat diseret dari Abyss Rhea masih dalam keadaan tertidur (sambil berdiri lagi?) dan kini ketika tersadar malah kediaman Einverd yang dilihatnya. Hm... ia merenung sebentar, apa jangan-jangan peristiwa di Abyss tadi itu hanya mimpi?

Ada Ivvi, Lilica, Raven... hm, mereka sedang apa rupanya?

Masih bertanya-tanya dalam benaknya. Masih berpikir apa yang terjadi tadi itu mimpi? Masih mengantuk rupanya. Sampai merasakan ada linu di tangan kanannya, "Ouch!" luka tangannya itu nyata, kejadian terkurung di Abyss itu ternyata benar.

"Ah... kita kembali," ungkapnya datar.

RAVEN SIDE

"ra,raven...benarkah ia shein ?"

Raven mengangkat bahu, menandakan dia juga tidak mengerti itu Shein apa bukan.

"Entahlah... aku juga ragu... tapi, dilihat dari lukanya sepertinya memang Shein... tapi gak tau juga," Raven mulai ketularan plin-plannya Shein.

"Ouch!"

"AKH! Rhea, apa yang kau lakukan? Nanti semakin sakit... tunggu sebentar, aku cari kotak obat dulu," Raven keluar dari ruangan itu, mencari-cari para maid dan kotak obat.

Sementara Shein, diam saja. Lagi pula dia benar-benar lelah akibat bertarung di Abyss. Bingung ingin bicara apa pada Ivvi.

"ga percaya yah?" kata lilica

"kami bukan hantu kok hahaha"

"sebaiknya semua beristirahat dulu, banyak hal yang harus di diskusikan"

Ivvi hanya diam, dan melihat mata shein..

ia mulai berjalan pelan kedepan, dan sekarang jaraknya nyaris satu meter didepan shein.
benarkah dia ?

bibir Ivvi bergetar, air matanya mengalir sekarang. ia hanya terus menerus mengusap air mata itu. dan memaksakan tersenyum dengan lebar kearah 3 orang yang baru keluar dari pintu abyss itu.

"selamat datang...", ucapnya pelan, sambil mengusap air matanya.

Lilica lalu menuju ke raven sambil mengacungkan jempolnya

"masih berpikir bahwa aku tak layak jadi keluarga einverd??" tanyanya

SHEIN SIDE

"selamat datang..."

Shein masih belum yakin apakah Ivvi mengingatnya, atau melupakannya, atau hal-hal buruk lainnya. Yang pasti mendengar suaranya saja sudah membuat Shein tenang.

"Tadaima...," jawab Shein pelan.


RAVEN SIDE

"masih berpikir bahwa aku tak layak jadi keluarga einverd??"

Raven tertawa keras, lagi-lagi Lilica membuatnya tertawa terus hari ini.

"AHAHAHA... siapa juga yang bilang kau tidak pantas sebagai keluarga Einverd? Tentu saja, pantas sekali," jawab Raven, tanpa menghilangkan senyum dan tawanya itu.

"cuih padahal tadi ngejek" kata lilica sambil menggucang guncangkan badan rAven

"tadi Katanya klo aku yang mimpin ga tahu einverd jadi kaya gimana??" tanyanya

lalu saat lilica melihat momen ivvi dan shein ia segera menarik raven keluar sambil berbisik "ikut aku"

"tadi Katanya klo aku yang mimpin ga tahu einverd jadi kaya gimana??"

Raven kebingungan. Padahal dia mengatakannya di dalam hati. Dia berpikir Lilica punya kekuatan spiritual, membaca pikiran orang.

"Tidak. Maksudku Einverd akan menjadi lebih heboh jika dipimpin olehmu," jawab RAVEN lagi sambil menahan tawanya."OH, YA! Kau bisa membaca pikiran orang di sekitarmu ya? Belajar hal seperti itu di mana?"

Raven mulai kambuh sifat polosnya itu.

"ikut aku"

"EH? kenapa?"

Laki-laki yang satu ini terlalu polos untuk memahami keadaan di sana.

"bohong" kata lilica sambil menjulurkan lidahnya

"membaca? Tidak juga, hanya saja perkataan itu sering dilontarkan oleh guru yang mengajarku ia selalu bilang bahwa aku harus jadi seorang lady dll dan jika tidak aku tak pantas jadi leader einverd"

"saat shein datangpun guru itu malah menjadi jadi ia bilang bahwa einverd tak butuh aku" Kali ini pandangannya menerawang jauh dan menampakan kesedihan

"well mereka tuh butuh privasi makanya kita tinggalkan, Mari ke ruang tamu saja" ajak lilica sambil tersenyum kecil

ia menyukai kehadiran raven, well baginya orang ini memang unik dan baik padanya

raven paling tidak mau menerima ia apa adanya