[Open] Sight

"Apakah mereka selalu begitu Master Ellen?"

"Entahlah...Aku tidak tahu, karena setahuku Zeno selalu bersama Sylvette untuk hal seperti ini..." ujar Ellen menjawab Dorothea.

"hm? Co-wok ten-tu-nya"

"Kalau begitu, jangan seperti itu di depan umum! Kau lupa ya ada wanita di sini?!" teriak Ellen kesal. Setelah ia tenang, akhirnya ia menjawab,

"Dan aku tidak melupakan kacamataku, Rezernier. Lebih tepatnya, aku tidak memakai kacamata."

Time + Location : Ngikut yang lain *plak*

Sore yang lumayan...cerah?
Setelah wanita itu--yah, dia masih belia sih--menyelesaikan pekerjaannya ia keluar dari mansion Novadion seperti biasa. Dengan langkahnya yang khas, kacamata yang menempel, serta jubah hitam yang panjang erat bersamanya.

Sesaat ketika berjalan ditaman, dilihatnya pemandangan yang sudah biasa, keluarga Reisvoust--yang selalu tampak bersantai dimatanya. Dan, sudah kebiasaan Ciela Novadion itu menyapa mereka.

"Selamat sore, Reisvoust...dan juga tuan Rezernier," sapanyaa senang.

"Selamat sore, Reisvoust...dan juga tuan Rezernier,"

Serta merta Ellen menoleh dan dilihatnya Ciela.

"Selamat sore juga, Novadion." balas Ellen dingin.

OOT: Wah Ellen berubah kalo ada Ciela *ditendang*

"Selamat sore juga, Novadion."

Dan...seperti biasa juga, nona tanpa senyum dari Reisvoust itu langsung menyambutnya dengan tatapan dingin, Ciela hanya bisa menanggapinya dengan senyuman...bukan senyuman menyindir sih ^^;

"Ada apa ribut-ribut disini? boleh aku ikut?" lanjutnya.

"Ada apa ribut-ribut disini? boleh aku ikut?"

"...Silakan saja." jawab Ellen pendek. Ia sedang tidak ingin berurusan dengan keluarga Novadion sekarang ini.

"Entahlah...Aku tidak tahu, karena setahuku Zeno selalu bersama Sylvette untuk hal seperti ini..."

Dorothea mengangguk mendengar pernyataan Ellen dan sesekali tersenyum kecil melihat tingkah Masternya.

"Selamat sore, Reisvoust...dan juga tuan Rezernier,"

Dorothea menoleh kepada seorang wanita yang amat ceria yang sedang berjalan menuju ke arah mereka, "Selamat sore nona Ciela Novandion!", sapanya ramah. Lalu kemudian melihat wajah Ellen yang keliatahnya sedikit tidak bersahabat kepada wanita yang yang satu ini, "Apa ada sesutu dengan Master Ellen dan nona Ciela ya?", gumannya dalam hati.

"Apa yang sedang anda lakukan disini nona?", tanya Dorothea sopan pada Ciela.

"...Silakan saja."

"Terimakasih Ellen-chan~kau baik sekali~" Ciela mengusap kepala Ellen, bukan maksud merendahkan atau bercanda sedikitpun ^^;

Ciela kadang suka melakukan sesuatu yang aneh, lupakan saja! Entah kenapa sifatnya hari ini sedang moody dan easy-going, mungkin karena kebanyakan kerja tadi?

"Apa yang sedang anda lakukan disini nona?"

Dilihatnya servant (?) baru keluarga Reisvoust itu, Dorothea, dia tampak penuh respek pada Ciela...yah, menurutnya sih.

"Aku? Aku cuma sedang berjalan-jalan kok," jawab Ciela lembut pada Dorothea.

oot : APA APAAN INI? ULQUI GA BACA UDA BEGINI *shock*

~

"Zeno-kun~ mau jalan-jalan ke mana?"

Tunggu tunggu. Apa yang bocah ini lakukan di sebelah Zeno? Nempel-nempel seperti perangko? Mendadak Zeno merasakan bulu kuduknya berdiri dan sangat-sangat mual. Apa pula dengan panggilan 'Zeno-kun' seperti itu? Hanya Sylve yang memanggilnya seperti itu, tak ada yang lain.

Zeno benar-benar merinding sampai kesulitan berbicara dan bergerak. Ditambah lagi dengan Ellen yang blushing, komentar-komentar Ellen dan Dorothea. Sebentar... Posisi seperti ini bisa merendahkan harga diri seorang Zeno bukan?

"TUNGGU DULU!", Zeno menarik sebilah pisau dari saku celananya dan mengarahkannya ke Rier, tangannya sedikit gemetar karena merinding. "Hush hush, pergi kau jauh jauh", Zeno mengusir Rier dengan mengancamnya. Entah mengapa ia tak bisa mendorong Rier, mungkin karena takut tertular keanehan Rier jika ia menyentuhnya? Seketika itu, udara di sekitarnya mendingin.

Dan.. what the... Kenapa hari ini sial sekali. Padahal sudah berhasil kabur dari pekerjaan... Mengapa malah terjebak dalam situasi memalukan ini? Dan tambah merendahkan harga diri Zeno dengan kehadiran Leader Novadion di sana, Ciela. Zeno sudah diam seribu bahasa, sepertinya hampir pingsan.

"Terimakasih Ellen-chan~kau baik sekali~"

Ellen merasa Ciela mengelus kepalanya. Seketika itu juga mukanya memerah dan ia menepis tangan Ciela.

"Jangan mengelus kepalaku! Kau bukan siapa-siapa!" teriak Ellen emosi. Tentu saja, siapa lagi yang berhak mengelus kepalanya kalau bukan kekasihnya sendiri.

"Jangan mengelus kepalaku! Kau bukan siapa-siapa!"

Ara? Ekspresi yang sudah terduga, Ellen sudah pasti marah dan menepis tangannya kearah lain.

"Maaf, Ellen-chan, aku cuma bercanda kok! Jangan cepat marah begitu," senyum Ciela lagi.

Tampaknya keluarga Reisvoust sedang dalam masa krisis...harga diri? *dilempar*

"Maaf, Ellen-chan, aku cuma bercanda kok! Jangan cepat marah begitu,"

Ellen tidak menjawab, terdiam dan mencoba menahan air matanya. Perlakuan Ciela padanya mengingatkan Ellen akan saat-saatnya sendiri bersama kekasihnya itu.

"Aku?Aku cuma sedang berjalan-jalan kok"

"Anda tidak melupakan pekerjaan anda kan? Anda kan sebenarnya dari keluarga Novadion yang terhormat. Bukankah seharusnya berada di dalam wilayah Novandion dan tidak berjalan-jalan sendirian di luar tanpa pengawal sekalipun?", kata Dorothea pelan tapi sebenarnya sedikit menyindir Ciela yang dari tadi mengganggu Ellen yang terlihat tidak suka kepada Ciela.

Sebentar dia melihat ke arah Zeno yang terlihat pucat setelah insiden dipeluk oleh Rier tadi dan diam seribu bahasa, "Anda baik-baik saja Master?", tranya Dorothea khawatir pada Zeno yang mukanya terlihat gaje saat itu.*di gampar*

"Master Ellen, sepertinya ada yang sedang memperhatikan anda!", kata Dorothea kepada Ellen sambil menunjuk seseorang laki-laki yang berdiri bersandar di bawah pohon besar dan terlihat terlihat seperti tersenyum pada Dorothea.

---

OOT : Chara saya bisa melihat hantu lho~

"Master Ellen, sepertinya ada yang sedang memperhatikan anda!"

"Hm?" Ellen tersentak dan melihat ke belakang, namun ketika dilihat, tidak ada siapa-siapa.

"Tidak ada siapa-siapa...."

"Hm?" "Tidak ada siapa-siapa...."

Dorothea malah bingung mendengar pernyataan Ellen,
"Tapi itu...disana... Sepertinya dia amat mengenal anda...", kata Dorothea pelan dan hati-hati kemudian dia berlari kearah pohon besar tadi yang menurut Ellen tidak ada siapa-siapa di sana.

"Tapi itu...disana... Sepertinya dia amat mengenal anda..."

Amat mengenalku? batin Ellen. Yang mengenalnya jauh lebih baik daripada dirinya sendiri hanya Giotto kan? Tidak mungkin...Masa' Dorothea bisa melihat bayangan...Ah, lebih tepatnya, arwah dari Pandora Elite Officer itu?

"Dorothea...Apakah bayangan yang kau lihat itu berwarna apa tidak?" tanya Ellen ragu-ragu.

OOT: Hantu mana berwarna sih

"Dorothea...Apakah bayangan yang kau lihat itu berwarna apa tidak?"

Dorothea berhenti berlari dan menoleh kearah Ellen,
"Menggunakan pakaian Pandora Officer dan terlihat ramah dan berkata padaku bahwa dia merindukanmu", kata Dorothea tersenyum polos pada Ellen.

Sebenarnya Dorothea sendiri belum mengetahui pasti siapa dia tapi dia terlihat menggunakan pakaian Pandora Officer yang rapi. Apakah mungkin itu oarng dari 100 tahun yang lalu datang untuk menemui Ellen?

"nyuuut...", tiba-tiba kepala Dorothea merasa amat pening dan sakit, dia lalu memegangi kepalanya.

"Anda tidak melupakan pekerjaan anda kan? Anda kan sebenarnya dari keluarga Novadion yang terhormat. Bukankah seharusnya berada di dalam wilayah Novandion dan tidak berjalan-jalan sendirian di luar tanpa pengawal sekalipun?",

"Pekerjaanku sudah selesai, Dorothea," senyum Ciela, membalas perkataan servant itu. "Pengawal? Kurasa tidak perlu pengawal bila orang sepertiku jalan-jalan? Lagipula aku sudah bilang ke Haze kalau aku akan jalan-jalan,"

Ciela memperhatikan kalau Ellen dan Dorothea memperhatikan hal lain. Saat Ciela melihat arah yang sama, ah, benar kata Dorothea, ada bayangan seseorang berpakaian Pandora Officer, leader Novadion itu bisa melihatnya--mungkin karena sudah dekat dengan ajal?

"...Siapa?" bisik Ciela melihat orang itu.

"Menggunakan pakaian Pandora Officer dan terlihat ramah dan berkata padaku bahwa dia merindukanmu"

"....Tidak mungkin..." ujar Ellen lirih. Air matanya kini mengalir, sama seperti ketika ia bersama Ashura. Kini ia tidak menahan air matanya lagi, dibiarkannya saja jatuh bergulir melewati pipinya dan jatuh ke tanah. Pikirannya kembali ke masa lalu...

[FLASHBACK]
"Ellen, aku pergi dulu." ujar pria keturunan Italia ini. "Tunggu! Aku ikut denganmu," ujar Ellen. Giotto menggeleng. "Tidak bisa, Ellen. Ketua memberikan tugas ini hanya untukku dan ini cukup berbahaya. Kau kan baru saja sembuh..." Ellen menggeleng kuat-kuat. "Tidak! Pokoknya aku tetap ikut!" Pria berambut blond ini hanya bisa mendesah dan menarik Ellen dalam pelukannya. "Aku bilang tidak, jadi kau tunggu saja dengan Zeno ya?" bisiknya dengan nada suara yang sedikit membujuk. Ellen akhirnya hanya bisa mengangguk. "Nah, bagus kalau begitu." ujar Giotto lembut dan mencium dahi Ellen.
[END FLASHBACK]

"...Giotto..." ujar Ellen lirih di tengah-tengah air matanya yang mengalir.

Dorothea tak mendengar kata-kata yang di ucapkan dari Leader Novadion itu kepadanya dan Ellen yang menagis di belakangnya.
Kepalanya terlalu pusing untuk mengacuhkan semua itu.

"Berhentilah mengangguku Thea!", gumannya kasar sambil memegangi kepalanya sendiri.

"Berhentilah mengangguku Thea!"

Ellen serta merta sadar. Ia menghapus air matanya dan menoleh ke belakang.
Dilihatnya Dorothea sedang memegang kepalanya sendiri.

"Dorothea, ada apa?" tanya Ellen khawatir.

"Hush hush, pergi kau jauh jauh"

Tidak ada ketakutan saat pisau itu diacungkan pada dirinya. Ia tak akan mati, Wisseren telah menunjukan hal itu. Tentu saja, dengan mudahnya, Rier dapat menghindari serangan Zeno. Bukankah mudah untuk menyelamatkan diri jika kau mempunyai kemampuan khusus yang dapat selalu diandalkan? Wajah Rier menunjukan bahwa sang pemuda akan melepaskan tangan Tuan Besar, tapi tentu saja dengan 'salam terakhir'.

"Mmm, jahat sekali kau ze-no-kun" Kalimat itu keluar dengan nada menggoda, tapi terdapat keisengan di nada itu.

Ditiupnya telinga si tuan besar, dan dengan cepat ia lepaskan tangan yang ia peluk tadi. Dirasakannya udara mendingin saat Leader Novandion datang. Siapa nama gadis itu? Ciela ya? Tampaknya Nona besar tak disukai oleh kalangan Reisvoust. Menarik juga.

Rier yang telah berdiri agak jauh dari tuan besar itu pun mendatangi nona besar dan mulai mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan Nona itu. Membungkuk perlahan lalu mengecup tangan si nona dnegan pelan. Jangan berpikir aneh-aneh, ini hanya salam kok. Sebuah salam innocent dari seorang yang dapat membaca masa depan. Tidak berbahaya, tapi akan meninggalkan kesan. Bukankah begitu?

"Salam kenal, Nona Ciela Novandion"

Menjauh dari sang gadis, Rier hanya memasang senyum.

"Dorothea, ada apa?"

"Ah tidak apa-apa Nona Ellen von Reisvoust", katanya dengan menatap Ellen tajam. Pandangan mata Dorothea seketika berubah tidak seperti dia yang sebelumnya melainkan sosok yang berbeda.

OOT : nie chara berubah kepribadian lho!

"Ah tidak apa-apa Nona Ellen von Reisvoust"

"..Siapa kau? Di mana Dorothea?" tanya Ellen sama tajamnya kepada gadis di dalam Dorothea.

"..Siapa kau? Di mana Dorothea?"

"Apa maksudmu Nona? Ini aku Dorothea!", katanya santai, "Apa kau sudah melupakanku?"

"Apa maksudmu Nona? Ini aku Dorothea!"

Ellen meneliti gadis di depannya sekali lagi. "...Bukan. Kau bukan Dorothea. Cepat katakan di mana dia! Kalau tidak kau katakan..." ancam Ellen. Hatinya galau melihat Dorothea yang sebelumnya aneh.