[Story Telling]The Three Informant

"ke suatu tempat...?" Kta Rier mengulang kembali kata-kata orang bernama Titan itu.

"uh, okeyh" Ujarnya dengan santai sambil mengikuti Shion.

"apakah jauh?" Tanyanya memastikan. Kalau terlalu jauh tentu saja mahkluk Rier ini akan pingsan klepek-kelepek

Shion kemudian memakai jubah yang tadinya diikatkan di pinggangnya. Sebuah jubah panjang yang menutupinya dari atas sampai kaki. Biasa digunakannya agar sedikit menyamarkan identitasnya.

"apakah jauh?"

"Dekat kok, sebentar lagi juga sampai," Shion terkekeh dan tersenyum seperti biasanya

Mereka bertiga menyusuri gang-gang kecil dan akhirnya sampai ke sebuah jalan buntu. Disana terdapat tembok yang besar sekali, Shion hanya tersenyum, menunggu tanggapan dari Ruru dan Rier

Rier terdiam melihat tembok besar itu.

"ah.... aku mengikuti orang gila. kini diriku menghadapi sebuah batu megah" ucapnya mengacau

Titan pun membawa Rue dan Rier ke suatu tempat yang ia katakan dekat. Mereka menyusuri gang-gang kecil yang membuat Rue terkagum-kagum karena udaranya yang lumayan lembab dan banyak lumut beragam jenis yang ia ambil untuk bahan penelitian di kemudian hari.

Sampai akhirnya, mereka berhenti di jalan buntu. Benar-benar buntu. Mau dilihat berkali-kali pun, jalan itu bukanlah pantulan bayangan pada sebuah kertas yang menipu mata. Rue dibuatnya terheran-heran. Apa maksud Titan sebenarnya?

Kembali ia terkekeh dan tersenyum seperti yang biasa ia lakukan. Hobi kah? Sampai sering sekali dilakukan. Pasti hobi, kalau nggak mengapa seseorang mau terkekeh seperti itu yang melelahkan.

Berhenti dari pikirannya sendiri, Rue pun berkata "Jangan bilang kalau ini jalan rahasia" katanya sambil mengingat kembali buku-buku fantasi yang pernah ia baca.

"ah.... aku mengikuti orang gila. kini diriku menghadapi sebuah batu megah"

Hmm... Bagi Rier, Titan merupakan orang gila.. Batu megah? Maksudnya jalan buntu ini? Berarti ini beneran jalan rahasia kah? Rue mengira jalan-jalan seperti ini hanya ada dalam buku-buku fiksi dan film-film fantasi.

"ah.... aku mengikuti orang gila. kini diriku menghadapi sebuah batu megah"

Shion tertawa,"Sebenarnya sih yang mengikuti orang gila itulah yang lebih gila."

Lagi-lagi kebiasaan buruk Shion muncul lagi. Yaitu menjahili orang dengan memancing amarahnya. Shion senang sekali melakukan hal itu yang sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.

"Jangan bilang kalau ini jalan rahasia"

"Dasar sok tahu," Shion lagi-lagi terkekeh. Memang terkekeh adalah hobinya."Kau salah, ini dinding rahasia. Kau bodoh ya mengatakan dinding ini dengan jalan?"

Shion tau maksud dari Ruru, hanya saja dia iseng menjahili Ruru dan mencoba memancing amarahnya juga.

Shion mulai mengetuk dinding itu dengan irama yang beraturan dan letak-letaknya pun selalu diperhatikan.

Kita lihat apa yang terjadi di postan berikutnya *slapped*

"Sebenarnya sih yang mengikuti orang gila itulah yang lebih gila."

urat kemarahan muncul pada wajah Rier.

Dirinya menatap dengan laknat ke arah Wissen.

"jika mahkluk gila di depanku mendapatkan nasib buruk, pastikan kau memberitahuku" Perintah Rier dengan penuh dendam.

Dirinya lalu tersenyum menatap Shion.

"aku memang gila" Ujarnya mantap sambil menari-nari sendiri di sekitar Rue.

"Dasar sok tahu,"
"Kau salah, ini dinding rahasia. Kau bodoh ya mengatakan dinding ini dengan jalan?"

Enak saja mengatai seseorang dengan IQ lebih dari 200 ini dengan sebutan bodoh. Rue udah lumayan kesal seperti ini > . Tapi bagian 'sok tahu'nya tidak dapat dibantah, karena anak ini memang selalu sok tahu dan tukang ikut campur. xD

"Kalau kau melewati dinding ini sama saja dengan jalan bukan, Tantan?" Rue membalas Titan dengan nama panggilan yang ia baru saja ciptakan untuknya. xD

Sekarang, kemarahan berganti menjadi kebingungan. Mengapa anak bernama Rier ini menari-nari dengan riangnya di depan Rue? Faktor apa yang mendukung hal ini terjadi? Puber? Anak muda memang susah. *disepak* xD

"jika mahkluk gila di depanku mendapatkan nasib buruk, pastikan kau memberitahuku"

Shion tertawa keras sekali. Sampai terdengar ke ujung gang itu.

TERUSLAH MARAH PADAKU MAKA AKU AKAN SEMAKIN SENANG!

"aku memang gila"

"Kalau begitu kenapa kau mengatakan aku gila padahal kau sendiri gila?."

"Kalau kau melewati dinding ini sama saja dengan jalan bukan, Tantan?"

"B-O-D-O-H, salah lagi! Kau ini payah ya, padahal ilmuan," Shion menahan tawanya, setelah dia menyelesaikan kode-kodenya dinding itu terbelah menjadi sebuah pintu."Perhatikan baik-baik Ruru... ini pintu rahasia bukan jalan rahasia."

Shion tidak berhenti bermain-main dengan kedua orang itu. Semakin mereka berdua kesal, semakin senang Shion

"B-O-D-O-H, salah lagi! Kau ini payah ya, padahal ilmuan,"
"Perhatikan baik-baik Ruru... ini pintu rahasia bukan jalan rahasia."

Dasar orang rese, berapa kali Rue dikatain bodoh oleh Titan? Lebih dari sekali yang berarti ia sengaja. Kau ingin bermain-main dengan kata-kata yah? Tuan Tantan? . Jika kau bermain dengan kata-kata, biarkan Rue bermain dengan ramuannya.

Tunggu dulu... Ada sesuatu yang janggal pada kalimat Tantan. Bagaimana dia tahu hal itu? Sepertinya Rue belum mengatakan bahwa dia memanglah itu. Walaupun memang ia membawa benda-benda yang berhubungan dengan hal itu..

"Ilmuan? Mengapa kau mengatakan bahwa aku ilmuan?" Rue bertanya pada Titan. Rue mulai curiga.

"Ilmuan? Mengapa kau mengatakan bahwa aku ilmuan?"

Betul juga. Shion tidak sengaja mengatakannya padahal Ruru memang belom membicarakan soal profesinya itu.

"Mudah saja kan? Kau selalu membawa alat-alat yang aneh, melihat pada hal-hal yang aneh, dan berpenampilan aneh juga. Aku bisa menebaknya tentu saja," Shion berusaha mencari-cari alasan.

Dia kemudian membukakan pintunya, dan segera melirik kedua orang itu.

"Mau masuk atau tidak? Percayalah padaku, semalaman berada diluar sini bisa saja membuat kalian berdua tidak bisa menikmati hidup di dunia lagi," Shion terkekeh sambil membukakan pintu di depannya.

Rier tertawa mendengar pernyataan Titan.

"Kalau kita sama2 gila, bukankah akan seru?" ujarnya mengacau.

Saat dinding itu terbuka dan Titan mengundang mereka masuk, tanpa sungkan sungkan ia segera menuju masuk.

"Bukan jebakan" ujarnya meyakinkan diri

"Kalau kita sama2 gila, bukankah akan seru?"

"Tentu saja. Mungkin kita bisa jadi trio gila," Shion terkekeh seperti biasa.

"Bukan jebakan"

Shion hanya tersenyum kemudian menelusuri lorong-lorong disana. Begitu gelap dan dirahasiakan dengan kehidupan diluar

"Mudah saja kan? Kau selalu membawa alat-alat yang aneh, melihat pada hal-hal yang aneh, dan berpenampilan aneh juga. Aku bisa menebaknya tentu saja,"

"Jujur saja, semua ini pinjaman temanku" Rue menipu Titan tanpa ekspresi sehingga tak terlihat apakah ia benar-benar jujur atau sedang berbohong. Ia hanya ingin melihat reaksi Titan yang sepertinya pernah ia lihat.. Ingatannya akan orang ini semakin jelas..

"Mau masuk atau tidak? Percayalah padaku, semalaman berada diluar sini bisa saja membuat kalian berdua tidak bisa menikmati hidup di dunia lagi,"

"Masuk lah!" Rue malah mendorong Rier dan Titan ke dalam situ terlebih dahulu. Berjaga-jaga siapa tahu ada jebakan di depan dan jika memang ada, mereka duluan yang kena *disepak* xD. Setelah itu, Rue hanya mengikuti jalan yang dilalui Titan, seperti sebelumnya.

"Jujur saja, semua ini pinjaman temanku"

Shion terkekeh, "Kalau memang itu pinjaman temanmu, kenapa kau tadi bertanya apakah ada bahan penelitian di bar?"

Shion masih terkekeh, dia ingat betul kalau Ruru bilang seperti itu padanya.

Shion tetap berjalan menyusuri lorong yang panjang itu, kemudian terlihat ruangan yang cukup besar dan ada beberapa orang disana. Mereka memegang berkas-berkas berisi identitas dan hal-hal penting.

"Selamat datang di organisasi ini," Shion dengan bangganya menunjukan organisasinya pada Ruru dan Riel

"Kalau memang itu pinjaman temanmu, kenapa kau tadi bertanya apakah ada bahan penelitian di bar?"

Teliti juga dia. Tetapi Rue tetap tidak akan mengakui kekalahannya. "Oh, itu. Temanku mengancamku untuk menemukan bahan penelitian untuknya" jawab Rue dengan nada tertekan. Jadi keinget Manohara

Harap jangan ditanggapi lagi omongan Rue yang ngotot ini *ditendang*

"Selamat datang di organisasi ini,"

Di akhir lorong yang panjang itu terdapat sebuah ruangan yang cukup besar dengan beberapa orang di dalamnya. Organisasi apa ini sebenarnya? Rue tidak melihat peralatan eksperimen di ruangan ini, sepertinya bukan organisasi penelitian dan semacamnya kan? Kalau iya, berarti Rue memiliki rival.

"Ohh..." Kesan pertama yang ada dalam pikiran Rue adalah, ruangan yang sibuk. "Organisasi apa ini?" Rue melihat sekilas kertas-kertas berisi idenditas beberapa orang.

"Oh, itu. Temanku mengancamku untuk menemukan bahan penelitian untuknya"

"Hoo, begitu ya?" Shion tertawa melihat tampang Ruru yang sudah tertekan itu. Mungkin sudah lelah menghadapinya? Tadinya Shion masih ingin memojokkan Ruru, tapi dia masih ada hal lain yang penting dibicarakan.

"Organisasi apa ini?"

Shion tersenyum, dan seenaknya duduk di meja dekat sana, dan berkas-berkasnya pun berjatuhan ke lantai.

"Organisasi pemberi dan pencari segala informasi, mereka menyebutnya sebagai informan," jawab Shion enteng."Apa kalian berdua tertarik untuk bergabung? Kami melakukan beberapa penelitian juga."

Shion tersenyum misterius, dan melemparkan selembar kertas pada Ruru.

"Lihat itu," Shion menyuruh Ruru untuk melihatnya.

Isinya merupakan informasi-informasi dari setiap keluarga duke houses. Mulai dari sejarahnya sampai biodata member-membernya tercantum semua di kertas itu.

"Aku sendiri sedang mencari informasi tentang will of abyss, aku akan mendapat banyak keuntungan jika bisa mengungkap rahasia abyss," Shion terkekeh

Rier hanya tersenyum mengabaikan pernyataan Shion.

'trio gila? hahaha' Pikirnya agak terkesima

Selang beberapa lama menyusuri lorong-lorong ia tiba bersama kedua orang itu di sebuah ruangan besar, yang Shion sebut ebagai organisasi.

"Organisasi pemberi dan pencari segala informasi, mereka menyebutnya sebagai informan,"

Rier terdiam setelah berhasil menyerap kata-kata Shion. informan bukanlah hal yang tepat untuknya.

"Apa kalian berdua tertarik untuk bergabung? Kami melakukan beberapa penelitian juga."

Akhirnya kata-kata itu terdengar oleh Rier. Jantungnya berdegup kencang dan pikirannya dilanda kekhawatiran juga kebingungan. Sebelum ia berhasil menemukan jawaban dilihatnya kertas-kertas berisi berbagai macam biodata duke house dan para membernya. Semakinlah ia panik.

"Aku sendiri sedang mencari informasi tentang will of abyss, aku akan mendapat banyak keuntungan jika bisa mengungkap rahasia abyss,"

Rier segera menatap Shion dalam-dalam saat mendengar siapa yang sedang Shion cari. Akhirnya ia menjawab

"Aku tidak bermaksud sombong, tetapi..." Rier terdiam.

"Tidak adil rupanya, jika aku mengetahui semua, tanpa memberitahu" Ujar Rier lagi.

Tangannya menunjuk kertas-kertas biodata itu.

"aku tahu kapan mereka akan mati, dengan cara bagaimana. Semudah menjetikan jari, aku bisa melihat apa yang akan mereka lakukan satu detik kedepan" Jelas Rier

"Masalahnya simpel, mulutku tertutup erat atas kutukan yang ada. Tentu saja, kita tidak akan seimbang bukan?"

"Organisasi pemberi dan pencari segala informasi, mereka menyebutnya sebagai informan," jawab Shion enteng."Apa kalian berdua tertarik untuk bergabung? Kami melakukan beberapa penelitian juga."
"Lihat itu,"
"Aku sendiri sedang mencari informasi tentang will of abyss, aku akan mendapat banyak keuntungan jika bisa mengungkap rahasia abyss,"

Rue mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Titan dengan seksama. Informan kah? Rue kan ilmuan, so pasti ia mencari informasi. Soal memberi sepertinya tidak.. Eh, terkadang ia melakukan itu untuk mendapatkan sesuatu lainnya yang lebih berharga dan dibutuhkan. Berarti ia juga adalah seorang informan kah?

Mendengar kata will of abyss disebut-sebut, Rue langsung menatap tajam ke arah Titan. Yeah, dengan memiliki partner, mungkin ia dapat lebih mudah memiliki informasi penting.

Tunggu dulu... Rasanya Rue telah mengumpulkan cukup informasi untuk menguak siapa sebenarnya Titan itu.. Rambut silver, mata merah maroon, informan..... SHION?

"Abyss? Aku juga sedang mencoba menguak rahasianya, Shion" Rue dengan sengaja menambahkan nama asli Titan di akhir kalimatnya dengan pelan namun jelas. Ia sering mendengar orang itu menjadi buah bibir masyarakat yang ia temui karena pekerjaannya.

"Aku tidak bermaksud sombong, tetapi..."
"Tidak adil rupanya, jika aku mengetahui semua, tanpa memberitahu"
"aku tahu kapan mereka akan mati, dengan cara bagaimana. Semudah menjetikan jari, aku bisa melihat apa yang akan mereka lakukan satu detik kedepan"
"Masalahnya simpel, mulutku tertutup erat atas kutukan yang ada. Tentu saja, kita tidak akan seimbang bukan?"

Haa? Mengetahui informasi mereka? Namun tak dapat mengatakan apapun mengenai itu.. Rue langsung berpikiran antara Rier memiliki kekuatan khusus seperti seseorang [Leona xD] atau... dia contractor...

"Contractor?" Rue mengambil sebuah kursi dan duduk dengan memeluk senderannya. Ia memasuki mode serius dengan hanya mengatakan sebuah kata.


Note : Biarkanlah Rue akting keren

"Contractor?"

Rier melihat Rue menandakan ya.

"yeah, contractor. kenapa?" Ujarnya agak gugup di pelototin sama rue.

"aku tahu kapan mereka akan mati, dengan cara bagaimana. Semudah menjetikan jari, aku bisa melihat apa yang akan mereka lakukan satu detik kedepan"

"Begitu?" mata Shion menunjukkan ketertarikannya akan kemampuan Rier.

"Masalahnya simpel, mulutku tertutup erat atas kutukan yang ada. Tentu saja, kita tidak akan seimbang bukan?"

"Menarik sekali," Shion berkata pelan tapi kekehannya tetap terdengar jelas sekali."Lalu yang kau masalahkan apa? Aku tidak memintamu untuk memberi tau soal kapan orang-orang ini mati."

Shion menunjuk-nunjuk kearah berkas, yang dia maksud orang-orang dari pandora dan four great duke houses.

"Lagipula kalau kau memberitahunya, game ini akan jadi sangat membosankan," Shion melempar-lemparkan lagi berkas-berkas di sekitar sana dengan seenaknya. Padahal rekan kerjanya sudah rapih-rapih membereskannya.

"Abyss? Aku juga sedang mencoba menguak rahasianya, Shion"

Shion sedikit terkejut. Kini Ruru sudah memanggilnya dengan nama aslinya, Shion. Shion hanya tersenyum, yakin bahwa kedua orang itu adalah orang yang tepat untuk menjadi rekan kerjanya.

"Bagus kalau begitu bukan? Aku pun sedang mencari informasi abyss. Dan aku pernah masuk kedalam sana, itu membuatku semakin penasaran," dia terkekeh lagi

Rier hanya melirik Shion.

"maksudku kalian saling membagi informasi kan? aku tidak bisa" Ujarnya agak gugup lagi.

"meski jika terjadi apa apa aku bisa memberikan clue supaya kalian selamat" Katanya sekarang dengan nada narsis dan gaya seperti ini --->

"maksudku kalian saling membagi informasi kan? aku tidak bisa"

"Yah itu kan terserah padamu. Kami tidak memaksa," jawab Shion cepat.

"meski jika terjadi apa apa aku bisa memberikan clue supaya kalian selamat"

"Terima kasih atas tawarannya, tapi aku tidak butuh itu," jawab Shion sambil terkekeh lagi.

Dia memang tidak memerlukan clue atau semacamnya. Baginya mencari tau sendiri lebih menyenangkan daripada diberi clue. Dan soal keselamatannya Shion juga tidak merasa dia ada dalam bahaya saat ini.

Rier tersenyum lebar.

"baiklah, aku ikut organisasi atau apapun lah ini" Ujarnya lebih santai

"luamyan ada ijin buat stalking orang" Bisiknya pada diri sendiri