[FRP]Summer Holiday

"hmm soalnya kalau mau cepat sembuh badan harus benar benar dihangatkan dan pasien harus berkeringat" kata lilica

"well cara ini memang tak boleh tapi cukup cepat untuk menyembuhkan" tawa lilica

"kau mau menjadi dokternya yah shein?"

"hmm soalnya kalau mau cepat sembuh badan harus benar benar dihangatkan dan pasien harus berkeringat"

"Itu memang benar. Tapi untuk perawatannya, harus seperti itu. Jika tidak percaya, banyak-banyaklah membaca buku. Semuanya tertulis seperti itu, aku jamin," jawab Shein lagi.

"kau mau menjadi dokternya yah shein?"

"Ya... walau aku benci obat-obatan dan rumah sakit, tetap saja aku kadang berpikiran untuk berprofesi sebagai dokter. Hanya cita-cita bodoh...," Shein mulai mengukur suhu tubuh Ivvi lagi.

"iya tahu kok" kata lilica sambil melihat ivvi dengan tatapan 'cepat sembuh ya?'

"tak kita biarkan ia istirahat saja?" tanya lilica

entah apa yang dilakukan shein dengan dirinya, tatapan Ivvi buram..

banyak sekali orang disini...

ia ingin sekali tidur, namun jika ia tertidur nafasnya menjadi sesak.. apa lagi dengan suhu tubuhnya sekarang. membuatnya bertahan untuk tidak tertidur..

panas..

drap drap drap

suara Ducan yang berlari membawa obat untuk Ivvi, kenapa kamar Ivvi jadi penuh seperti ini ?

dilihatnya Ivvi masih pucat, "aah...apa dia sudah diberi obat ?"

"ya" jawab lilica pada ducan

"mari kita emua keluar biarkan ia beristirahat"

"tak kita biarkan ia istirahat saja?"

Shein diam. Yang di butuhkan Ivvi saat ini memang beristirahat saja. Tapi rasanya sulit meninggalkan Ivvi di kamarnya sendiri, atau dengan Ducan sekalipun.

"aah...apa dia sudah diberi obat ?"

"Sudah kok, tenang saja. Semuanya sudah kuatur, tinggal istirahat saja..."

Shein duduk di kasur Ivvi, mulai membalikkan kompresannya lagi.

hhh....seharusnya aku memang harus tidak ikut kesini, merepotkan orang..

"eng...", Ivvi mulai berbicara pelan, pelan sekali

"kalian beristirahatlah...aku tidak apa-apa, ini kan sudah larut malam...aku tidak mau acara besok pagi akan kacau karna hal seperti ini.."

"kalian semua istirahatlaah..", senyum pucatnya terlihat, ia tidak bisa tersenyum lebar..lelah sekali rasanya
wanita yang satu ini memang benar benar sok tegar.

mukzizat, walaupun Ivvi sakit..namun suaranya tidak berubah, hanya menjadi pelan.

"kalian semua istirahatlaah.."

Shein hanya geleng-geleng saja melihat Ivvi yang masih memaksakan yang lainnya untuk istirahat, padahal yang paling membutuhkan istirahat itu kan Ivvi.

"Aku beristirahat di sini saja. Tidak keberatan kan, jika aku tidur di sini juga? Maksudku aku nanti tidur di sofa, untuk menjagamu... bagaimana kalau demamnya naik lagi?"

Shein bersikeras untuk menjaga Ivvi, lagi pula dia tidak merasa capek.

"weits! kalo gitu aku juga ikut!" kata lilica

"tak kubiarkan kau sama ivvi sendirian!" sergahnya

"tak kubiarkan kau sama ivvi sendirian!

Shein menghela nafas, padahal itu juga bisa menjadi kesempatannya berduaan dengan Ivvi. Ah, kesempatan dalam kesempitan.

"Tidak perlu, Lilica. Terlalu banyak orang juga tidak baik. Biar aku saja..."

Ivvi >>

ini hotelkan luas, dan besar...kok mau tidur disini barengan sih..., pikir Ivvi yang semakin kikuk

"AAH !! aku juga mau !", jawab Ducan tidak mau kalah, ia juga ingin merawat Ivvi serta menjaganya.

"lagipula aku belum dapat kamar...", ia meneruskan.

"udah kok kamarmu ada di seberang sana" jawab lilica

"sebaiknya aku dan shein saja, istirahatlah, sebaiknya 3 orang saja supaya tidak menimbulakn kekacauan"

"aah...tapi aku ingin menjaga Ivvi-chan...", jawabnya polos.

"tidak apa-apa jika aku tidak ada kamar...aku tidak memaksa ", jawabnya semangat. >>

Ivvi hanya menggerutu kecil, melihat perdebatan itu.

"ah maaf keributannya nona ivvi" kata lilica

"keluarlah, tak pantas jika seorang laki laki berada di kamar hotel seorang perempuan jika tak berkepentingan atau kepentingan itu bisa diatasi orang lain"

"aah ? aku kan penting ?? aku yang diajaknya kesini ? berarti tanggung jawabku adalah dia..dan saatku kecil dan sakit, yang menyemangatiku Ivvi", ucapnya

entah sepertinya disini banyak yang ga suka ducan, *dibunuh steppi*
tidak adakah yang ramah padanya ?

"iya tapi kepentinganmu sudah diambil alih" sergah lilica

"lagipula ivvi tak ingin kau sakit atau terlalu capai, ia sebenarnya mau mengajakmu ke taman besok pagi" kata lilica berbohong dengan meyakinkan

"kau tak mau merusak keinginannya kan?"

"keluarlah, tak pantas jika seorang laki laki berada di kamar hotel seorang perempuan jika tak berkepentingan atau kepentingan itu bisa diatasi orang lain"

Itu benar, Shein tidak pantas ada di kamar seorang perempuan.

"aah ? aku kan penting ?? aku yang diajaknya kesini ? berarti tanggung jawabku adalah dia..dan saatku kecil dan sakit, yang menyemangatiku Ivvi",

Semakin kesal, Shein tidak berkomentar apa-apa, dan langsung keluar dari kamar Ivvi. Lagi pula Ivvi sepertinya sudah akan baikan, dengan adanya Lilica dan Ducan merawatnya. Untuk apa juga Shein terus-terusan berada di sana, memaksakan keinginannya, walau dia juga ingin ikut menjaga Ivvi.

Tapi, yasudahlah...

Tak ada yang bisa di harapkan dari seorang Shein.

Shein memilih untuk menyendiri, menuju ke pantai malam itu, sambil berjalan-jalan mencari udara segar.

Lokasi : Pantai

Hembusan angin malam membuat Shein bernostalgia. Pulau ini.... Pulau yang selalu Shein gunakan untuk menyendiri, ketika dia sedang ada masalah dengan Shien, atau masalah di luar sana, Shein selalu pergi ke pulau ini, terutama ke pantainya.

Menyendiri merupakan hal yang paling baik menurutnya.

Shein duduk di pasir-pasir pantai yang hangat. Walaupun angin di sana cukup kencang, Shein tetap menatap desiran ombak di pantai itu. Benar-benar membuatnya nyaman. Shein memang sangat menyukai pantai, dan cukup dengan menyendiri di pantai bisa melupakan semua masalah-masalahnya.

Rasanya nyaman sekali...merasakan setiap angin ini mengenai wajahku. Dingin, tapi nyaman?...

Shein menjatuhkan tubuhnya ke pasir-pasir empuk itu, menatap bintang-bintang malam itu, bertaburan, banyak sekali.

melihat shein keluar lilica tak menghentikannya

"keluarlah tak pantas seorang laki laki tinggal di kamar perempuan apapun alasannya" kata lilica tegas pada ducan

"shein saja keluar, kau juga harus keluar"

"hah ? ke taman ?", bingung Ducan.

"tidak apa-apa...sekarang kan aku sehat walafiat", Ducan >>

"hnng...sudahlah kalian semua istirahat..aku tidak apa-apa.. aku hanya ingin tidur..sudah yaa", Ivvi menarik selimutnya lagi dan menutup penuh dirinya, wajahnya masih merah tapi ia paksakan untuk tidur.

"shein saja keluar, kau juga harus keluar"

"eh ? tapi kan....", Ducan memasang wajah puppy eyes no jutsunya.

"keluarlah!
kata lilica lagi

lalu lilica pun mendorong ducan keluar dan menutup pintunya

BRAAK

"aduhh...", Ducan menutup telinganya, ocehan lilica memang seperti tertampar rasanya.

ducan mengetuk pintu kamar Ivvi lagi.

"aah lilica...ku,kunci kamarnya saja tidak dikasih..bagaimana caranya aku masuk ke kamar ku ?", Ducan >>

Shein menutupi kedua matanya, silau akan cahaya bulan, walaupun itu tidak menyilaukan, tapi entah kenapa Shein malas sekali melihat cahaya bulan hari ini.

Matanya mulai berat, dan mulai mengantuk mendengarkan suara-suara ombak di sana.

Kemudian, Shein merasakan adanya kehadiran seseorang selain dia di pantai itu. Shein sedikit membuka matanya, tetap waspada.

"It's a long long journey...Till I know where I'm supposed to be...It's a long long journey...."

Ah, dan sekarang Shein mendengar suara nyanyian. Jernih sekali, dan membuatnya nyaman, semakin mengantuk. Suara itu terdengar jauh sekali, tetapi terdengar jelas dan jernih.

Siapa?

"When shadows fall and block my eyes....I am lost and know that I must hide... It's a long long journey...Till I find my way home to you."

Suaranya semakin dekat. Rasanya semakin Shein mendengar setiap katanya, membuat dia merasa sangat nyaman. Suara perempuan bernyanyi.

Mermaid kah? Tidak mungkin, kau terlalu percaya takhayul, Shein...

Shein memang senang sekali dan sangat tertarik dengan dongeng dan seluruh buku yang sudah di bacanya. Termasuk kisah tentang Mermaid itu, adakah mermaid?

lilica pun membuka pintu itu sedikit dan melempar sebuah kunci dan menutup pintu itu lagi

"tuh udah kan?"

tuing..

sebuah kunci berbentuk kartu itu nimpluk kekepalanya.
Ducan segera pergi ke kamarnya dengan jalan yang letoy-letoy.

"hngg...besok ke taman..", ucapnya ulang.

dan menutup kamarnya.

Ivvi..

"nnh...lilica, yang lainnya sudah pergi ya ?", Ivvi terbangun sebentar, ia merasa baikan namun suhu dibadannya tidak kunjung turun.

ia memcoba turun dari kasurnya dan ke dapur kecil, membuat teh hangat untuknya dan lilica.

"iaya" jawab lilica

"ah nona jangan bangkit dahulu duduklah, anda mau teh kan? biar saya yang buatkan"

"duduklah saja" kata lilica sambil berjalan ke arah ivvi