[Open] Sight

Note :

Siapa saja yang character RP nya telah di Approve, di perbolehkan masuk dan ber RP.
Mohon RP an jangan oneline/two line. Minimum 4 kalimat lah.

Timeline and Place : Pojokan taman, sore jam 4

=+=+=+=

Merupakan hal yang cukup berbahaya bagi Rier untuk berjalan-jalan secara bebas di taman pada sore hari ini. Bisa-bisa saja ia tiba-tiba diculik atau bagaimana. Bisa gawat bukan? Ah, tapi siapa yang mau menculik orang aneh macam ini. Pastinya aman, diharapkan begitu. Sayangnya kalau tentram jadi membosankan. Wah, jadi bingung...

Mengenakkan kaus berwarna putih polos yang menunjukkan bahunya yang bidang dan tulang yang tampak kokoh, disertai dengan celana hitam dan sepatu sport, Rier pun bermain-main seperti orang gila di taman, bersama chainnya. Tidak masalah, tanda-tanda aneh dari Wise hanya bisa dilihat oleh Rier atau contractor lain, jelasnya bukan human biasa. Sehingga di mata human, Rier tampak seperti orang gila sungguhan yang berbicara sendiri.

"Ne, ne Wise. Dunia ini menyenangkan bukan?" Tanya Rier pada chain kesayangannya tersebut.

Sang Chain hanya menoleh pada masternya dengan tatapan heran. Yah, dunia memang cukup menarik, tapi hanya saat ada kejadian seru. Bukan begitu? Apa guannaya hidup monoton jika kau bisa mendapatkan semua kesenangan dan keseruan?

"Lumayan, jikalau kejadian yang kupertunjukan kemarin terjadi"

Pembacaan, tentu saja. Dari situlah mereka tahu akan terjadi hal seru, tapi memang lebih menyenangkan Real Live Show daripada sekedar pembacaan. Rier pun hanya tertawa.

"Pastilah akan terjadi. Chaos kecil yang menarik"

OOT : Silahkan ganggu =))

Waktu : Jam 4 sore
Lokasi : Di taman

Rambut silvernya mencolok seperti biasa. Setiap orang yang lewat pasti akan segera menengok untuk melihat siapa itu. Cowok muda ini sih hanya santai-santai goyang kaki sambil makan roti di salah satu bangku taman tersebut.

Ia sesekali melihat burung-burung yang berjalan-jalan di jalan setapak dan melemparkan serpihan roti ke arah mereka. Melihat burung-burung itu berkumpul sangat menyenangkan hatinya yang jenuh di belakang meja terus.

Setelah rotinya habis, ia menengok ke segala arah mencari tong sampah. Sayang yang ia temukan adalah orang aneh yang dengan santai berbicara sendiri. Oh, ada chain?

Zeno pun membuang bungkus rotinya dan kembali duduk, memperhatikan gerak-gerik contractor itu.

'Enak banget yah, duduk-duduk santai di taman' kata Zeno dengan tatapan super kesal sambil menggigit roti keduanya dengan kasar. Yep, lagi-lagi, Zeno sedang dalam 'misi' kabur dari pekerjaan.

Rier tertawa bersama Wise saat melihat tingkah laku yang aneh dari Head of Reisvoust. Dibacanya masa depan sang Head Reisvoust, satu detik dari present time. Sehingga hampir seperti melihat dua film yang disetel hampir bersamaan. Wah, wah kabur dari pekerjaan rupanya sang Head Reisvoust. Menarik juga ya? Tidak disangka-sangka bahwa sang Head ternyata cukup malas rupanya.

Dengan tertawa-tawa kecil, Rier pun menghampiri sang Head Reisvoust. Siapa namanya? Zeno bukan? Dirasa benar.

"Kabur dari pekerjaan?" Sapa Rier dengan tampang yang dipolos-polosin. Meski begitu, terdengar nada bercanda di kalimat yang diucapkan.

"Head of Reisvoust, kabur... Hebat juga" Olok Wise dengan tampang belagu. Ah, chain yang satu ini memang hobi berkomentar. Harap dimaklumi.

Location + Time: Nebeng

Ellen von Reisvoust. Siapa yang tidak mengenali gadis berusia 22 tahun ini? Pandora Elite Officer yang tegas. Mata ungunya menerawang lagi, mencari saudara jauhnya. Tentu saja ia tak butuh waktu lama, segera ditemukannya cowok berambut putih keperakan yang tak lain dan tak bukan Zeno.

"I finally found you, lazy one."

Dengan sebuah senyuman kecil tersungging di bibirnya, ia menuju ke arah Zeno.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Kabur dari pekerjaan?"
"Head of Reisvoust, kabur... Hebat juga"

Zeno tahu benar, perkataan itu diarahkan kepadanya dengan maksud mengejek. Ia melihat ekspresi anak itu yang dipolos-polosin. Akhirnya ia menghabiskan roti keduanya dengan cepat dan tentunya kesal.

"Bocah mau nasihatin saya", balas Zeno ketus sambil menatap ke arah mata Rier sengit. Udara di sekitar Zeno menjadi dingin. [Bukan panas, dia kan es *plak*]

"I finally found you, lazy one."
"Apa yang kau lakukan?"

Glek! Zeno menelan ludah mendengar suara yang tak asing itu. Ia menyesal tak membawa topi tadi sehingga rambutnya sangat mencolok dan mudah ditemukan. Tetapi, Ellen tidak memarahinya hanya bertanya. Berarti yang perlu Zeno lakukan adalah menjawab kan?

"Istirahat dan mencari inspirasi, Ellen. Aku sedang berpikir mengenai sebuah masalah dan mencoba mencari jalan keluarnya", Zeno bergaya sok serius dengan ibu jari dan jari telunjuk di bawah dagu.

Padahal dia sedang di taman mencari pencerahan dan cuci mata. Mumpung banyak cewek cantik lewat. *slapped*

"Bocah mau nasihatin saya"

Tertawa sebentar. Ah, masa 19 tahun dibilang bocah? Memang Zeno sudah tua sekali ya? Hawa pun mulai mendingin, mulai lagi deh si Head. Unjuk kekuatan? Yah begitulah. Meksi begitu, toh Rier tahu bahwa ia tak akan diserang. Hal ini berbukti pada Ellen yang tiba-tiba datang. Syukurlah, ia tak mau jadi beku hari ini.

Menghadap ke Ellen sebentar, Rier tersenyum. Wanita itu pernah ia temui di bar bukan?

"ellen-san" sapa rier sambil tertawa

"Istirahat dan mencari inspirasi, Ellen. Aku sedang berpikir mengenai sebuah masalah dan mencoba mencari jalan keluarnya"

Ellen tertawa kecil. Hawa dingin menggelitik lengannya namun ia sudah biasa.
"Oh ya?" tawanya kecil.

"ellen-san"

Mendengar tawa Rier, Ellen seketika menoleh. "Oh, Rezernier."
Penasaran dengan gerak-geriknya, Ellen kemudian bertanya,

"Rier, apa yang kau lakukan di sini?"

Ikutan!

Location + Time : Sama


Dorothea yang sedang berjalan-jalan melihat seserang yang di kenalnya,
"ah...itukan...", gumannya pelan. Sebanarnya dia mau mendekati mereka yang asyik mengobrol. Dengan penuh keberanian, dia pun mendekatinya, "Master..."

"Master..."

Ellen menoleh lagi. Dilihatnya seorang gadis berambut abu.

"Excusez moi, tapi siapa yang kau panggil Master?" tanyanya.

oot : Oh, Rier 19 tahun yah? Kok ulqui ingetnya 15/16
Padahal si Zeno aja cuma 18 tahun

~

"Oh ya?"

Ellen mengatakannya dengan tertawa kecil. Entah mengapa hal itu membuat Zeno merasa sedikit tertekan mentalnya. Mungkin akan lebih baik jika ia melanjutkan hal yang tak benar itu, setidaknya jangan sampai Ellen menebasnya dengan light double saber.

"Tentu saja, Ellen. Kau pikir aku ini siapa? Head Reisvoust, Zeno Reisvoust loh. Mana mungkin akan kubiarkan masalah terjadi di daerah tempat tinggalku", ucap Zeno sambil mengangkat kedua tangannya sperti ini > \ /, dengan kepala mengadah ke atas. Posisi Zeno benar-benar terlihat sok berkuasa.

Zeno memperhatikan Ellen dan Rier yang tampak saling mengenal. Zeno sih tak ingat apakah ia pernah bertemu bocah itu atau tidak. *slapped*

"Master..."

Ada sebuah suara datang dari seberang. Seorang cewek berambut pendek datang mendekati. Sekejap saja, Zeno langsung mengenali siapa cewek itu. Dorothea, servant di kediamannya. Apa yang sebaiknya Zeno lakukan? Tentu saja menyambutnya dengan senyuman dong.

"Dorothea, sedang berjalan-jalan juga?", sapa Zeno dengan senyuman terbaiknya.

Excusez moi, tapi siapa yang kau panggil Master?

"saya memanggil anda master Ellen",katanya ragu-ragu. Yah, maklumlah karena Dorothea berhadapan langsung dengan Member Of Reisvoust tanpa memberi salam terlebih dahulu,"Anda sedang apa disini? Dari tadi saya mencari anda Master", katanya gugup.

"Dorothea, sedang berjalan-jalan juga?"

"Ah!I..Iya Master!Ke..kebetulan saya sedang mencari Master Ellen!", jawabnya gugup sambil tersipu memerah ketika melihat Zeno, masternya yang ternyata sedang berada di situ juga.

"Tentu saja, Ellen. Kau pikir aku ini siapa? Head Reisvoust, Zeno Reisvoust loh. Mana mungkin akan kubiarkan masalah terjadi di daerah tempat tinggalku"

"Hihihihihi." tawa Ellen kecil. Tawanya seperti anak kecil sekarang.

"Buktikan itu."

"saya memanggil anda master Ellen",

"Oh, begitu." ujar Ellen. "Lain kali, panggil dengan sebutan yang lebih jelas, supaya aku dan yang lain tidak bingung," sambungnya.

"Ada apa, Dorothea?"

"Lain kali, panggil dengan sebutan yang lebih jelas, supaya aku dan yang lain tidak bingung,"

"Ah...Maafkan saya Master Ellen!Sa..saya tidak tahu kalau disana juga ada Master Zeno!".ucapnya tersipu malu."huu....galak bener Master satu ini!", ucapnya dalam hati.

"Ada apa, Dorothea?"

"saya hanya mencari anda karena anda keluar dari kediaman sendirian! Saya takut terjadi apa-apa dengan anda", jawabnya lembut sambil tersenyum manis.

"Ah...Maafkan saya Master Ellen!Sa..saya tidak tahu kalau disana juga ada Master Zeno!"

Ellen tersenyum lembut.

"Tidak apa-apa, tapi lain kali ingat itu."

"saya hanya mencari anda karena anda keluar dari kediaman sendirian! Saya takut terjadi apa-apa dengan anda"

Ellen mendesah. Memangnya tingginya membuat ia dikhawatirkan sebegitu rupa? Ia bukan gadis kecil lagi, usianya 22 tahun.

"Oh begitu? Maafkan aku telah membuatmu khawatir, tapi tenang saja, aku tidak apa-apa kok," ujarnya tenang.

"Tidak apa-apa, tapi lain kali ingat itu."

"Baik Master Ellen! Akan saya ingat!", katanya sambil menunduk sopan.

"Oh begitu? Maafkan aku telah membuatmu khawatir, tapi tenang saja, aku tidak apa-apa kok"

"Baiklah! Tapi saya sebagai servant harus selalu berada di samping majikan saya! Karena tugas saya menjaga anda Master Ellen!", ucapnya penuh dengan keyakinan. Dorothea sendiri sebenarnya juga penasaran apa yang di bicarakan oleh mereka semua. Keliatannya agak serius.

"Baiklah! Tapi saya sebagai servant harus selalu berada di samping majikan saya! Karena tugas saya menjaga anda Master Ellen!"

Ellen tersenyum. Bersemangat sekali gadis ini. Pancaran sinar matanya yang menyala semangat mengingatkannya akan kekasihnya.

"Baiklah kalau begitu, kau boleh menemaniku."

"Hihihihihi."
"Buktikan itu."

Ellen jadi menantang Zeno untuk membuktikan kebenaran perkataannya. Zeno menelan ludah, bingung. Apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan kebohongan itu?

"Emm.. Ellen, maksudmu bagaimana?", Zeno jadi bertanya balik, sedikit gugup.

"Ah!I..Iya Master!Ke..kebetulan saya sedang mencari Master Ellen!"

Zeno merasa bodoh, ternyata yang Dorothea panggil master itu adalah Ellen, bukan dirinya. Memang dia sudah terbiasa dipanggil master sehingga akan memberikan respon ketika ada yang mengatakan 'master'.

Setelah itu Ellen berceramah pada Dorothea agar ia lebih jelas saat memanggil seseorang dan blablabla.

"Nah... Kita semua ga sengaja ngumpul di sini. Pada mau ngapain?", tiba-tiba Zeno menyuarakan idenya agar mereka bertiga melakukan suatu kegiatan, ya, maaf Rier, Zeno sepertinya masih sensi *ditampol*

"Nah... Kita semua ga sengaja ngumpul di sini. Pada mau ngapain?"

Kali ini Rier tidak tahan dan mulai tertawa terpingkal-pingkal. Bukannya sok tahu, tapi rupanya Si Tuan Reisvoust masih mendendam padanya. Jika tidak, mengapa juga pertanyaan seperti itu dilontarkan? Setelah beberapa lama, Rier dapat mengendalikan tawanya. Diperhatikannya si tuan besar dengan penuh minat. Orang ini tampaknya layak untuk 'dipelajari'.

Iseng memang menyenangkan, dan disaat inilah hal itu WAJIB dipraktekan.

"Ngapain? Bagaimana kalau berjalna-jalan dan melupakan semua pekerjaan?"

Dapat dibuktikan bahwa Rier dengan senang hati sedang menyindir seorang pemuda yang telah menjadi 'tuan besar' di Reisvoust. Apalagi jika informan nyentrik ini dengan jelas telah memeluk lengan Zeno dengan mesra (?). Buat apa? Tentu saja untuk mengisengi tentunya! Anything for fun~

"Emm.. Ellen, maksudmu bagaimana?"

"Maksudku bagaimana? Aku tidak menggunakan kata-kata yang sulit bukan?" tanya Ellen balik.

Melihat Rier yang mulai mengisengi Zeno dan memeluk lengan Zeno, spontan saja muka Ellen memerah. Kalau Zeno dan Sylvette sih tidak apa-apa, tapi ini Rezernier dan Zeno! Mereka berdua kan cowok?

Wise hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan masternya. Apa mau dilalukan? Cara terbaik untuk mengisengi seorang laki-laki adalah dengan cara berpura-pura sebagai seseorang yang tertarik pada cowok. Sudah sering Wise melihat masternya melakukan hal memalukan seperti itu. Memang hal itu seirngkali berhasil, tapi dengan sukses ia dan masternya kehilangan harga diri. Akh! Harus menemukan cara baru habis ini!

Eh, tunggu dulu... blushing?

Rupanya nona yang berasal dari Reisvoust ini, blushing melihat mereka berdua? Cemburu? Tak mungkin. Kesal? 50-50. Malu? Kemungkinan. Semakin seru saja ini! Mari, mari! Kita lanjutkan acara kecil ini!

"Zeno-kun~ mau jalan-jalan ke mana?"

Kali ini, suara Rier dibuat agak manja dan clingy. Memang memalukan dan akan membuatnya kehilangan reputasi, tapi... Siapa peduli? Sekali lagi, ANYTHING for fun~

"baiklah kalau begitu!kau boleh menemaniku"

Dorothea tersenyum kepada Ellen dengan senyuman manisnya. Ternyata masternya ini punya sisi kebaikannya juga, pikirnya dalam hati. Dia lalu melihat tingkah Zeno dan Rezernier saat itu dan tertawa kecil tapi di tahannya.

"Zeno-kun~ mau jalan-jalan ke mana?"

BUM! Muka Ellen memerah bak kepiting rebus. Astaga, Rier apa dia itu sebenarnya cewek? Ellen sama sekali tidak malu, cemburu, ataupun kesal. Ia hanya kaget total. Pria yang selama ini ia tahu selalu mementingkan harga diri dan menaruh kebanggaan diatas segalanya. Persis seperti kekasihnya.

"Hei Rezernier, kau itu sebenarnya cewek apa cowok sih?" tanya Ellen secara childish meskipun ia tahu Rezernier cowok, tapi ia perlu mengonfirmasikan kebenarannya.

"Hei Rezernier, kau itu sebenarnya cewek apa cowok sih?"

"Apakah mereka selalu begitu Master Ellen?", tanya Dorothea sambil tersenyum pada mereka berdua yang sedang berpelukan itu kepada Ellen.

"Hei Rezernier, kau itu sebenarnya cewek apa cowok sih?"

Hei, ia tahu bahwa mukanya itu tidak selalu mencowoki dan agak bishie, tapi terlihat jelaslah ia cowok! Kalau bukan cowok, masa sih Rier dikira banci? Nona ini pasti lupa membawa kacamatanya! Dipikir kembali, memang sih Rier sedang bertingkah laku agak clingy dan manja pada Zeno, tetapi kan sdah jelas itu hanya untuk iseng. Apalagi tampaknya Zeno sedang tak berkutik... Tambah seru saja.

"hm? Co-wok ten-tu-nya"

Perkata dipenggal dan diberikan penekanan untuk membuktikan bahwa ia BUKANLAH cewek, apalagi banci. Pegangan Rier pada lengan Zeno mulai mengendur, sang pemuda mulai ragu-ragu untuk terus memeluk si Tuan Besar Reisvoust. Sayangnya ego nya sebagai seorang yang bisa mengerjai siapun, tidak membiarkannya mengurungkan niatnya untuk mengerjai lebih lanjut. Muka Rier juga mulai kehilangan ekspresi senangnya, membuatnya harus membenamkan wajahnya ke lengan Zeno sebentar untuk menenangkan diri.

Setelah tenang Rier mulai mengangkat wajahnya.

"Apakah mereka selalu begitu Master Ellen?",

Chotto Matte?! Ara,ara! Mereka baru bertemu di taman ini, untuk pertama kalinya. Bagaimana bisa Rier selalu seperti ini?! Dan lagi, ia masih suka nona-nona cantik, bukannya tuan-tuan yang cakep. Mata terbelak sedikit membayangkan bagaimana ia lama-lama mengejar tuan-tuan daripada nona-nona, mengerikan sungguh.

"Tidak. Kami baru pertama bertemu"

Tegas dan terdengar agak menekan. Nada suara serius yang jarang digunakan. Meski begitu, kalimat yang terucap bertentangan dengan kelakuan. Susahnya~

"Tidak. Kami baru pertama bertemu"

mendengar pernyataan yang tegas dari Rier. Dorothea hanya mengagguk paham,
"oooo", ucapnya pelan, "benarkah itu Master Zeno?", tanya Dorothea polos sambil tersenyum pada Zeno. Kali ini Dorothea berusaha melancarkan senyuman manisnya kepada siapa saja yang ada di dekatnya.