Log in
Similar topics
Who is online?
In total there are 4 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 4 Guests None
Most users ever online was 313 on Sat Oct 05, 2024 9:26 pm
Search
Latest topics
» Absensi di siniby Kaz Sun Sep 03, 2023 9:49 pm
» [Revive the Forum]
by Kuro Usagi Fri Sep 04, 2015 12:37 am
» Um.. hi, I guess?
by Kuro Usagi Fri Sep 04, 2015 12:35 am
» Do You Have Sixth Sense?
by Kurome Fri Jun 26, 2015 3:45 pm
» Website favorit kalian untuk baca komik online?
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 7:57 pm
» Biarkan Mata, Otak, Keyboard mengaum saat engkau mengetes mereka. xD~
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 7:56 pm
» Imaginary World
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 4:59 pm
» Komentar member di atas^
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 4:37 pm
» If you wish at fallen star, it will come true. Is that true?
by Phantomhive_Earl Sun Oct 27, 2013 3:56 pm
» Pengalaman Seram
by Phantomhive_Earl Sun Oct 27, 2013 12:48 pm
[oneshot/T] Every Flavor Candies
Page 1 of 1
[oneshot/T] Every Flavor Candies
Every Flavor Candies
title: Every Flavor Candies
author: ulaai
genre: campur aduk. Romance, Comedy, sampai General.
rating: 13+
cast: -entahlah, siapa aja yang bakal muncul? PH charas.
disclaimer: Jun Mochizuki's. Not mine.
a/n: terinspirasi oleh fic ini. warning: a little bit OOC! fic ini sangat aneh karena dikerjakan terburu-buru :( enjoy.
***
Permen segala rasa, pernahkah kalian memakannya?
Mungkin itu adalah sebuah mimpi buruk ketika kau mendapatkan permen rasa muntah atau rasa kertas. Mungkin itu adalah hal paling memalukan ketika menyadari kau dapat rasa pupuk kompos. Tapi, bukan hal yang mustahil kan kau akan mendapatkan rasa jeruk atau rasa apel? Bukankah itu hal yang indah ketika kau mendapatkan sebuah permen coklat di balik bungkus permenmu?
178 rasa dalam Every Flavor Candy—permen segala rasa—membuatmu tak pernah tahu rasa apa yang akan kau temukan di baliknya. Rasa besi? Rasa saus tartar? Atau rasa bunga turnip? Tidak ada yang tahu.
Hidup ini seperti permen segala rasa, ne?
Karena kau tidak akan pernah tahu rasa apa yang akan kau temukan di balik setiap bungkusnya.
***
Candy #1: Raspberry
Awalnya aku tidak tahu aku ini siapa. Dulu aku berpikir hidup ini akan terus hampa dan kosong. Tapi entahlah, sekarang hatiku... hangat.
.
.
Candy #2: Strawberry Jelly
"Alice, kenapa termenung?" tanya Oz. Mereka berdua—Oz dan Alice—sedang berdiri di balkon markas Pandora. Alice menghela nafas. "Nngg....-ntahlah," jawab Alice sambil ogah-ogahan. "Aku hanya merasa... sendiri."
Oz menatapnya sebentar, lalu berbalik menatap langit. "Ah, itu aku." tunjuknya pada kumpulan bintang di langit. "Itu rasi bintangku sekarang. Dan di sebelah bintangku, ada bintangmu. Kita bersama."
Alice menatap Oz dengan tatapan penuh tanda tanya. Oz tersenyum.
"Sekarang kau sudah tak sendiri lagi, kan?"
.
.
Candy #3: Mince
"Oz, kenapa kau mau-maunya membantu kelinci tolol bego itu untuk mencari memorinya?" tanya Gilbert pada suatu hari.
"Eh?" Oz menoleh. "Kenapa memangnya?" Gilbert mengangkat bahu. "Mungkin kau hanya kasihan kepadanya, Oz..."
Dari belakang, Alice sudah memegang golok—hasratnya untuk mencincang laki-laki berambut kusut ini sudah hampir meledak.
.
.
Candy #4: Cinnamon
"Oh, tidak. Aku tidak membantunya hanya karena kasihan," sahut Oz. Alice yang sudah mengangkat goloknya urung melakukannya sehingga meletakkan goloknya kembali. "Lalu kenapa? Apa sih yang bagus dari kelinci tolol bego itu?"
"Dia itu... kesepian—"
Alice terbelalak.
"—sama seperti diriku... dulu."
.
.
Candy #5: Toe Nails
"Aku lapaaaar," keluh Alice. "Aku bisa memakan apa saja kalau aku mau, sekarang." Ia berjalan bolak-balik dengan muka kusut. "Break, apakah kau segitu miskinnya sampai sepotong biskuit saja tidak kau hidangkan?"
"Oh," Break berlagak seperti tersadar dari amnesia panjangnya, "Maafkan aku. Kau mau makan jempol kakiku? Rasanya hampir sama dengan biskuit."
Entah mengapa lapar yang Alice rasakan langsung menghilang seketika.
.
.
Candy #6: Trout
"Vincent, kau rapi sekali," sindir Charlotte, "Seperti mau pergi kencan saja..."
"Oh, iya, memang," Vincent tersenyum kecil, "Aku memang ingin kencan, kok."
Lotti menunduk. Ia sangat-sangat ingin mencekik Vincent sekarang.
.
.
Candy #7: Flowers
"Waaaah~!" Alice terkesima melihat pemandangan indah di depannya. Hamparan bunga mengelilinginya. Dari bunga matahari, bunga dandelion, dan bunga-bunga lainnya. "Hei Oz, menurutmu aku ini bunga apa?" tanyanya.
Oz berpikir. "Mawar? Dandelion? Atau putri malu?" tanya Alice penasaran.
"Tidak... setidaknya bukan bunga yang ada di sini," gumam Oz. "Oh, jadi aku apa?? Kaktus, iya?! Yang besar dan berduri, hah?? Kau pikir aku ini a—" omelan Alice yang sudah seperti ular derik terhenti karena helaan Oz.
"Bungamu ya kamu," sahut Oz. "Bunga Alice."
"Eh? Aku tidak pernah mendengarnya. Kau ini bohong ya?" tanya Alice tidak terima.
Oz tertawa kecil. Alice memandangnya, bingung. "Hei jawab aku—" Oz memintanya berhenti dengan isyarat tangannya. "Aku sudah pernah melihatnya. Dan bunga itu kini ada di depanku sekarang."
Somehow hati Alice terasa hangat... sangat hangat.
kimi ga iru soredakede
kokoro ga totemo atatakakunaru
bokuno negaiwa
tatta hitotsudake
sou konna fuuni itsumademo
kimi wo sukina mamade iteiidesuka?
--Just by you being there
my heart becomes so warm
And my wish is only one;
Is it ok if I keep
loving you this way?
.
.
Candy #8: Wood
Dia begitu keras. Ya, karena dia terluka. Aku sudah menyerahkan hidupku kepadanya, tapi kenapa... Kenapa dia masih belum menyadarinya? Aku bahkan hanya bisa menangis ketika ia mengusirku, menggantikanku dengan setan kecil terkutuk bernama Zwei. Sekeras apa hatinya, sampai ia tidak bisa merasakan pengabdian tulusku kepadanya? Kenapa ia begitu dingin?
Echo terduduk sendirian di pinggir jalan yang sepi, malam itu.
.
.
Candy #9: Ink
Gelap. Gelap. Gelap.
"Di mana aku?" tanya Alice pada diri sendiri. Sesaat kemudian ia sungguh mengenali tempat di sekitarnya, tempat yang sangat ia harapkan untuk tak ia datangi lagi.
"Abyss..." keluhnya. Ia memeluk lututnya, memendamkan kepalanya dalam-dalam. "Kenapa... kenapa aku harus terjebak di sini... lagi?"
Satu tetes.
Dua tetes.
Tiga tetes.
Alice menangis di kegelapan, malam itu.
.
.
Candy #10: Sugar
Kenapa hanya ia sendiri. Kenapa harus di Abyss ini...
Alice mengusap air matanya yang sudah menetes sejak tadi. Ia sendiri lagi...
"Alice! Alice!"
Alice tersentak. Itu kan... suara Oz? Apakah Oz juga di sini? Kalau iya, aku tak akan sendiri lagi...
"Oz, aku di sini~ Oz!!" Alice memekik, dan tanpa sadar, terlonjak dari tidurnya.
"Ah, kau mimpi buruk ya?" ditemuinya Oz tersenyum hangat di sampingnya. Alice sontak menyadari bahwa yang barusan itu bukanlah sungguhan. Itu cuma mimpi. Alice mencoba tersenyum ketika Oz menaikkan alisnya heran, "Apa itu? Air mata? Kau menangis?" Alice tidak menjawab. Namun Gilbert menyerobot Oz untuk kalimat berikutnya,
"Oh, aku dengar kau memanggil nama Oz dalam tidurmu. Apakah kau..." Gilbert tersenyum jahil, sedetik kemudian ia sudah ngakak-ngakak nggak karuan. "Hentikan, Gil—" lalu, "Kau tidak apa-apa, Alice?"
Selamanya, Alice tak akan bosan memandang senyum yang "jauh-lebih-manis-daripada-gula" itu. Senyum yang bisa mengalahkan semua gula bahkan gula paling manis sekalipun. Karena senyum ini sangat-sangat manis, bahkan mampu melelehkan hati Alice.
Senyum Oz, seseorang yang kini sedang duduk di sampingnya dan tersenyum padanya sekarang.
.
.
Candy #11: ___________
"Oz!" panggil Alice. Oz, yang sedang bersantai menikmati earl-grey tea-nya, cuma bisa menoleh. "Apa?" tanyanya ketika menyadari Alice berjalan mendekat kepadanya.
"Aku menemukan ini, nih," kata Alice, mengacungkan benda bulat seukuran kelereng berwarna merah. "Aku menemukan banyak yang seperti ini dalam kamar—err—" ia menundukkan kepala, "—Sister... Sharon," katanya. Oz tersenyum melihat tingkah Alice. "Begitu. Lalu itu apa?" tanya Oz sambil menunjuk benda di tangan Alice itu. "Oh. Kata Sis... ter Sharon, ini adalah E- ev..." ia tampak kesusahan menyebutkannya, "...verry flavo kendi. Katanya begitu," jelas Alice.
"Huh? Maksudmu E-very Flavor Candy?" terka Oz.
"Ah, ya, maksudku begitu! Kendi-kendi begitu lah pokoknya... katanya ini adalah permen segala rasa dan kita nggak bakal tahu rasa apa yang akan temukan di dalamnya. Tunggu sebentar, jangan makan yang merah ini, ini milikku," katanya, lalu sedetik kemudian ia sudah melesat keluar ruangan. Ketika kembali, ia membawa sebuah wadah kaca besar berisi bungkus-bungkus aneh.
"Terima kasih," Oz tersenyum. Alice mengangguk cuek. "Ambil satu! Kita makan bersama-sama." Alice menyodorkan wadah kaca itu. Oz tersenyum dan mengambil satu yang berwarna kuning lalu membuka bungkusnya.
"Ayo," ajak Oz. "Satu... dua...
... Tiga..."
.
.
.
.
"HUEKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKHH!! AKU DAPAT RASA SABUUUUUN——————————!!!!!!"
***
~Owari. Fin. Tamat. Selesai. The End.
Oh ya, kalau 178 rasa itu ulaai ambil dari jumlah kacang-segala-rasa Bertie Bott. Hehehe. List lengkap rasa-rasanya silahkan gugling sendiri ya. Kalau kutipan yang di Candy#7 itu lagunya Ayumi Hamasaki judulnya 'Days' hehehe. kritik-cacian-makian-segala tomat busuk yang dilemparkan-saya terima dengan senang hati~
title: Every Flavor Candies
author: ulaai
genre: campur aduk. Romance, Comedy, sampai General.
rating: 13+
cast: -entahlah, siapa aja yang bakal muncul? PH charas.
disclaimer: Jun Mochizuki's. Not mine.
a/n: terinspirasi oleh fic ini. warning: a little bit OOC! fic ini sangat aneh karena dikerjakan terburu-buru :( enjoy.
***
Permen segala rasa, pernahkah kalian memakannya?
Mungkin itu adalah sebuah mimpi buruk ketika kau mendapatkan permen rasa muntah atau rasa kertas. Mungkin itu adalah hal paling memalukan ketika menyadari kau dapat rasa pupuk kompos. Tapi, bukan hal yang mustahil kan kau akan mendapatkan rasa jeruk atau rasa apel? Bukankah itu hal yang indah ketika kau mendapatkan sebuah permen coklat di balik bungkus permenmu?
178 rasa dalam Every Flavor Candy—permen segala rasa—membuatmu tak pernah tahu rasa apa yang akan kau temukan di baliknya. Rasa besi? Rasa saus tartar? Atau rasa bunga turnip? Tidak ada yang tahu.
Hidup ini seperti permen segala rasa, ne?
Karena kau tidak akan pernah tahu rasa apa yang akan kau temukan di balik setiap bungkusnya.
***
Candy #1: Raspberry
Awalnya aku tidak tahu aku ini siapa. Dulu aku berpikir hidup ini akan terus hampa dan kosong. Tapi entahlah, sekarang hatiku... hangat.
.
.
Candy #2: Strawberry Jelly
"Alice, kenapa termenung?" tanya Oz. Mereka berdua—Oz dan Alice—sedang berdiri di balkon markas Pandora. Alice menghela nafas. "Nngg....-ntahlah," jawab Alice sambil ogah-ogahan. "Aku hanya merasa... sendiri."
Oz menatapnya sebentar, lalu berbalik menatap langit. "Ah, itu aku." tunjuknya pada kumpulan bintang di langit. "Itu rasi bintangku sekarang. Dan di sebelah bintangku, ada bintangmu. Kita bersama."
Alice menatap Oz dengan tatapan penuh tanda tanya. Oz tersenyum.
"Sekarang kau sudah tak sendiri lagi, kan?"
.
.
Candy #3: Mince
"Oz, kenapa kau mau-maunya membantu kelinci tolol bego itu untuk mencari memorinya?" tanya Gilbert pada suatu hari.
"Eh?" Oz menoleh. "Kenapa memangnya?" Gilbert mengangkat bahu. "Mungkin kau hanya kasihan kepadanya, Oz..."
Dari belakang, Alice sudah memegang golok—hasratnya untuk mencincang laki-laki berambut kusut ini sudah hampir meledak.
.
.
Candy #4: Cinnamon
"Oh, tidak. Aku tidak membantunya hanya karena kasihan," sahut Oz. Alice yang sudah mengangkat goloknya urung melakukannya sehingga meletakkan goloknya kembali. "Lalu kenapa? Apa sih yang bagus dari kelinci tolol bego itu?"
"Dia itu... kesepian—"
Alice terbelalak.
"—sama seperti diriku... dulu."
.
.
Candy #5: Toe Nails
"Aku lapaaaar," keluh Alice. "Aku bisa memakan apa saja kalau aku mau, sekarang." Ia berjalan bolak-balik dengan muka kusut. "Break, apakah kau segitu miskinnya sampai sepotong biskuit saja tidak kau hidangkan?"
"Oh," Break berlagak seperti tersadar dari amnesia panjangnya, "Maafkan aku. Kau mau makan jempol kakiku? Rasanya hampir sama dengan biskuit."
Entah mengapa lapar yang Alice rasakan langsung menghilang seketika.
.
.
Candy #6: Trout
"Vincent, kau rapi sekali," sindir Charlotte, "Seperti mau pergi kencan saja..."
"Oh, iya, memang," Vincent tersenyum kecil, "Aku memang ingin kencan, kok."
Lotti menunduk. Ia sangat-sangat ingin mencekik Vincent sekarang.
.
.
Candy #7: Flowers
"Waaaah~!" Alice terkesima melihat pemandangan indah di depannya. Hamparan bunga mengelilinginya. Dari bunga matahari, bunga dandelion, dan bunga-bunga lainnya. "Hei Oz, menurutmu aku ini bunga apa?" tanyanya.
Oz berpikir. "Mawar? Dandelion? Atau putri malu?" tanya Alice penasaran.
"Tidak... setidaknya bukan bunga yang ada di sini," gumam Oz. "Oh, jadi aku apa?? Kaktus, iya?! Yang besar dan berduri, hah?? Kau pikir aku ini a—" omelan Alice yang sudah seperti ular derik terhenti karena helaan Oz.
"Bungamu ya kamu," sahut Oz. "Bunga Alice."
"Eh? Aku tidak pernah mendengarnya. Kau ini bohong ya?" tanya Alice tidak terima.
Oz tertawa kecil. Alice memandangnya, bingung. "Hei jawab aku—" Oz memintanya berhenti dengan isyarat tangannya. "Aku sudah pernah melihatnya. Dan bunga itu kini ada di depanku sekarang."
Somehow hati Alice terasa hangat... sangat hangat.
kimi ga iru soredakede
kokoro ga totemo atatakakunaru
bokuno negaiwa
tatta hitotsudake
sou konna fuuni itsumademo
kimi wo sukina mamade iteiidesuka?
--Just by you being there
my heart becomes so warm
And my wish is only one;
Is it ok if I keep
loving you this way?
.
.
Candy #8: Wood
Dia begitu keras. Ya, karena dia terluka. Aku sudah menyerahkan hidupku kepadanya, tapi kenapa... Kenapa dia masih belum menyadarinya? Aku bahkan hanya bisa menangis ketika ia mengusirku, menggantikanku dengan setan kecil terkutuk bernama Zwei. Sekeras apa hatinya, sampai ia tidak bisa merasakan pengabdian tulusku kepadanya? Kenapa ia begitu dingin?
Echo terduduk sendirian di pinggir jalan yang sepi, malam itu.
.
.
Candy #9: Ink
Gelap. Gelap. Gelap.
"Di mana aku?" tanya Alice pada diri sendiri. Sesaat kemudian ia sungguh mengenali tempat di sekitarnya, tempat yang sangat ia harapkan untuk tak ia datangi lagi.
"Abyss..." keluhnya. Ia memeluk lututnya, memendamkan kepalanya dalam-dalam. "Kenapa... kenapa aku harus terjebak di sini... lagi?"
Satu tetes.
Dua tetes.
Tiga tetes.
Alice menangis di kegelapan, malam itu.
.
.
Candy #10: Sugar
Kenapa hanya ia sendiri. Kenapa harus di Abyss ini...
Alice mengusap air matanya yang sudah menetes sejak tadi. Ia sendiri lagi...
"Alice! Alice!"
Alice tersentak. Itu kan... suara Oz? Apakah Oz juga di sini? Kalau iya, aku tak akan sendiri lagi...
"Oz, aku di sini~ Oz!!" Alice memekik, dan tanpa sadar, terlonjak dari tidurnya.
"Ah, kau mimpi buruk ya?" ditemuinya Oz tersenyum hangat di sampingnya. Alice sontak menyadari bahwa yang barusan itu bukanlah sungguhan. Itu cuma mimpi. Alice mencoba tersenyum ketika Oz menaikkan alisnya heran, "Apa itu? Air mata? Kau menangis?" Alice tidak menjawab. Namun Gilbert menyerobot Oz untuk kalimat berikutnya,
"Oh, aku dengar kau memanggil nama Oz dalam tidurmu. Apakah kau..." Gilbert tersenyum jahil, sedetik kemudian ia sudah ngakak-ngakak nggak karuan. "Hentikan, Gil—" lalu, "Kau tidak apa-apa, Alice?"
Selamanya, Alice tak akan bosan memandang senyum yang "jauh-lebih-manis-daripada-gula" itu. Senyum yang bisa mengalahkan semua gula bahkan gula paling manis sekalipun. Karena senyum ini sangat-sangat manis, bahkan mampu melelehkan hati Alice.
Senyum Oz, seseorang yang kini sedang duduk di sampingnya dan tersenyum padanya sekarang.
.
.
Candy #11: ___________
"Oz!" panggil Alice. Oz, yang sedang bersantai menikmati earl-grey tea-nya, cuma bisa menoleh. "Apa?" tanyanya ketika menyadari Alice berjalan mendekat kepadanya.
"Aku menemukan ini, nih," kata Alice, mengacungkan benda bulat seukuran kelereng berwarna merah. "Aku menemukan banyak yang seperti ini dalam kamar—err—" ia menundukkan kepala, "—Sister... Sharon," katanya. Oz tersenyum melihat tingkah Alice. "Begitu. Lalu itu apa?" tanya Oz sambil menunjuk benda di tangan Alice itu. "Oh. Kata Sis... ter Sharon, ini adalah E- ev..." ia tampak kesusahan menyebutkannya, "...verry flavo kendi. Katanya begitu," jelas Alice.
"Huh? Maksudmu E-very Flavor Candy?" terka Oz.
"Ah, ya, maksudku begitu! Kendi-kendi begitu lah pokoknya... katanya ini adalah permen segala rasa dan kita nggak bakal tahu rasa apa yang akan temukan di dalamnya. Tunggu sebentar, jangan makan yang merah ini, ini milikku," katanya, lalu sedetik kemudian ia sudah melesat keluar ruangan. Ketika kembali, ia membawa sebuah wadah kaca besar berisi bungkus-bungkus aneh.
"Terima kasih," Oz tersenyum. Alice mengangguk cuek. "Ambil satu! Kita makan bersama-sama." Alice menyodorkan wadah kaca itu. Oz tersenyum dan mengambil satu yang berwarna kuning lalu membuka bungkusnya.
"Ayo," ajak Oz. "Satu... dua...
... Tiga..."
.
.
.
.
"HUEKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKHH!! AKU DAPAT RASA SABUUUUUN——————————!!!!!!"
***
~Owari. Fin. Tamat. Selesai. The End.
Oh ya, kalau 178 rasa itu ulaai ambil dari jumlah kacang-segala-rasa Bertie Bott. Hehehe. List lengkap rasa-rasanya silahkan gugling sendiri ya. Kalau kutipan yang di Candy#7 itu lagunya Ayumi Hamasaki judulnya 'Days' hehehe. kritik-cacian-makian-segala tomat busuk yang dilemparkan-saya terima dengan senang hati~
~ulaai- Member
- Posts : 39
Points : 47
Join date : 2009-07-26
Location : di sini, ngenet, sendiri
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum