[RP]At Bar

oot : yang mau masuk boleh siapa aja yang charanya sudah saya approve
_________________________________________________________
Lokasi : Bar atau tempat semacamnya di wilayah Erland
Time : Sekitar jam 10-an (setelah rapat di pandora HQ selesai)

Shion seperti biasa akan menghabiskan malam itu di bar lagi. Dia begitu kesal, karena usahanya untuk mengadu domba dan membujuk agar orang-orang pandora setuju untuk perang gagal. Ya walaupun begitu tentu Shion tidak akan menyerah begitu saja.

Shion membuka pintu bar itu, dan seperti biasa disambut oleh pemilik bar-nya.

"Mild Ale -nya satu," Shion duduk di sebuah kursi, disana cukup ramai dan wanita penggoda bertebaran dimana-mana. Shion memesan beer mild ale yang tingkat 'kekerasannya' cukup tinggi

Membosankan

Shion menatap orang-orang disekelilingnya, siapa yang menyadari kalau Shion adalah seorang duke houses? Lagi pula dia memakai jubah hitam saat ini, tidak ada yang mengenalinya tentunya.

OOT: sa-saya boleh ikut ndak?
________________

Lokasi : sama kayak diatas

Time : sama kayak diatas juga *ditentang papi*


Malam yang lumayan cerah[?], Haze yang selesai mengikuti rapat di Pandora HQ berniat untuk berjalan-jalan sebentar sebelum pulang di sekitar Bar terdekat. Yah, berniat nostalgia sebentar untuk melihat bintang. Karena sudah lama Ia tidak melihat bintang, itupun disebabkan oleh pekerjaanya yang menumpuk. *PLAK*

Tak lama setelah itu, Haze melihat orang yang mencurigakan dan juga seperti orang yang dikenalnya memasuki Bar tersebut.

"orang itu kan.. jangan-jangan.." yap, orang yang belum lama membuat Haze curiga kepadanya, siapa lagi kalau bukan Shion Adolph Erland. Tiba-tiba, hal itu membuat Haze ingin mengikutinya walau sebelumnya Haze belum pernah ke Bar.

Sebelum masuk ke Bar, pertama Haze memakai mantel berwarna coklat tua berkerah agak lebar agar tidak ada yang sadar melihat Ia memasuki Bar. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang yang sadar akan identitasnya, Haze pun masuk ke dalam Bar.

Ketika masuk Bar, dilihatnya Shion sedang memesan minuman. Akhirnya Haze di sebelah Shion dan berniat menyapanya.

"Selamat malam, Shii-san" sapa Haze kepada Shion sambil tersenyum misterius. Yah, sepertinya Haze berniat untuk mengenalnya lebih jauh.

Tempat + lokasi, nebeng di atas.

Akhirnya akhirnya, rapat Pandora telah selesai. Rier pun kini telah berjalan-jalan di kota. Mencari-cari Shion untuk mentertawakan orang itu. bagaimana tidak? Dengan sukses, Shion berhasil mengundang gelak tawa Rier, oleh tingkah lakunya yang rada serampangan di rapat tadi.

Dengan informasi dari Wissen, Rier kini tiba di sebuah bar. Dikarenakan ingin bertanya macam-macam hal. Rier yang sebenarnya tak suka bar karena seringkali dianggap bishie dan dilirikin orang mesum, memaksa kakinya untuk melangkah masuk.

Setelah melihat kesana-kemari barulah Rier sadar. Wissen lupa memperlihatkan seorang bocah yang bernama Haze yang kini telah berada di samping Shion. Sebenarnya Rier tak bermasalah dengan si Haze, hanya saja... Dengan keingintahuannya yang besar akan rapat tadi. Ia perlu secepatnya bicara dengan Shion. Dan menghujam pemuda itu dengan 1001 pertanyaan.

Dengan nekat, meski tahu Shion akan membunuhnya karena melakukan hal ini. Rier memeluk Shion dari belakang, dan memberatkan Shion dnegan berat tubuhnya yang sepenuhnya ditanggung oleh pundak Shion.

"SHION!" Teriaknya di kuping Shion dengan keras.

"MINUM APA KAU?!" Tanyanya dengan berteriak-teriak lagi.

Ckckck, minta dibunuh rupanya si Rier.

Lokasi : sama kyk yang lain
Waktu : juga sama kyk yg lain~
_________________________________________


Malam itu leona menuju ke sebuah tempat yang sepertinya cukup ramai dikunjungi. Leona mengetahui tempat itu dari sebuah selembara yang dibagikan disekitar pasar swalayan(?) tempat leona biasa berbelanja.

Leona memasuki tempat itu dengan penuh rasa penasaran...
Seperti apa ya bar itu? kira kira isinya gimana ya? wah wah wah~ mau tahuuu~
Leona yang dag dig dug penasaran kayak apa itu bar terkejut setelah masuk... Ramai.. ramai banget sama orang-orang.
Mata leona menerawang(?) kesegala arah, banyak hal aneh aneh yang dilihat oleh matanya yang inosen itu(?!) dan sepertinya... ada orang yang ia kenal...
Dimana ya leona pernah melihatnya? dirumah Regina-san kah? atau ntah lah.... pokoknya pernah liat *PLAK*

Shion kemudian meminum mild ale yang dipesannya sedikit demi sedikit. Malam ini dia ingin bersenang-senang sebentar dan melupakan masalahnya untuk sesaat.

Andai saja hari itu tidak pernah terjadi

Shion memegang gelasnya dengan kuat, seakan-akan ingin menghancurkannya, mengingat pada hari itu , hari terburuk baginya. Dia meminum lagi mild ale-nya, dan dengan tegukan itu Shion sudah cukup merasa pusing. Tidak heran karena tinggat kekerasan minumannya cukup tinggi.

"Selamat malam, Shii-san"

Shion tidak bisa melihat sejelas sebelum dia meminum bir. Tapi yang pasti Shion masih bisa mengenali orang-orang itu.

"Shii? Namaku Shion, kau tau," Shion mulai agak mabuk, dan mulai tidak peduli pada sekitarnya.

Bersamaan dengan itu Shion mendengar suara yang dikenalnya -- memanggilnya, dan dengan sebuah kejutan tentunya.

"SHION!"

Rier tiba-tiba saja datang dan melakukan hal yang membuat Shion cukup kaget. Karena dia sedang mabuk, Shion tidak bisa menahan Rier yang tiba-tiba langsung datang dan menanggungkan berat tubuhnya di pundak Shion.

BRUK...

Dengan sukses Shion mendarat di lantai bar itu, terjatuh dalam keadaan mabuk. Baginya itu biasa.

"Bodoh, apa yang kau lakukan?!" Shion memegangi kepalanya yang agak sakit gara-gara terbentur lantai, kemudian menatap Rier lagi."Seperti yang kau liat, aku sedang minum mild ale, biarkan aku bersenang-senang malam ini," Shion tersenyum sebentar dan meminum kembali minumannya.

Tiba-tiba saja saat Rier melompat ke Shion, dirinya malah ikut jatuh. Kepala duluan membentur tanah. Ah, sakit dan akan meninggalkan memar biru di sana. Untung saja badannya menimpa badan Shion duluan sebelum terjatuh ke tanah. Sehingga paling tidak badannya tidak ikut memar ataupun terluka. Meski begitu, tetap saja kepalanya terasa sakit dan pusing.

Dengan memegangi kepalanya, Rier berdiri dari atas Shion, dan malah terjatuh lagi ke lantai karena kepalanya yang pusing.

"Bodoh, apa yang kau lakukan?!"

Ah, akhirnya Rier mendapat amukan dari Shion. Hebatnya pemuda ini malah tertawa sebentar. Nyentriknya lagi out rupanya.

"Niatnya menyambut mu. Sayangnya kau malah mensmack downku ke tanah." Jawab Rier.

Ia pun berdiri lagi dan kali ini berhasil duduk di kursi di dekat bar itu. Tampang Rier sungguh kacau, sehingga ia terlihat baru meminum berliter-liter alkohol. Meski pada kenyataannya ia hanya jatuh saat 'menyambut' Shion.

"Seperti yang kau liat, aku sedang minum mild ale, biarkan aku bersenang-senang malam ini,"

Rier hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Temannya ini benar-benar sedang gila saat ini. Apalagi setelah rapat tegang, Shion malah mabuk seperti ini.

"Mild Ale? Wuu~" Komentar Rier sambil tertawa dan melihat Shion.

"Kau tahu kan bahwa besok pagi kau tidak akan ingat bagaimana caramu pulang, dan bangun dengan mengatakan kata-kata tak intelegen, karena sakit kepala?"

Itu bukan pembacaan masa depan. Insting Rier sendiri tepatnya. Well, pengalam pribadi.

Shion berusaha berdiri lagi, cukup sulit baginya untuk mengendalikan badannya saat ini. Shion berdiri dengan terhuyung-huyung, masih menatap Rier didepannya.

"Bagus untukmu kan, aku sekalian saja meng-smackdown mu, itu balasan dari sambutanku," Shion tertawa puas.

Shion kembali mengambil botol yang baru diantarkan oleh pelayan disana, dan menuangkan lagi cairan didalamnya ke gelasnya yang kosong. Malam itu kelihatannya tidak cukup ramai, hanya ada beberapa orang saja di bar itu.

"Kau tahu kan bahwa besok pagi kau tidak akan ingat bagaimana caramu pulang, dan bangun dengan mengatakan kata-kata tak intelegen, karena sakit kepala?"

"Aku tau," Shion kembali meminum minumannya."Kau tidak perlu lagi mengingatkanku, itu sudah menjadi rutinitasku sehari-hari, hei bocah "

Omongan Shion kali ini cukup terkendali, tapi tetap saja matanya menjadi sulit untuk melihat kesekitarnya, begitupun badannya yang sulit untuk dikendalikan.

Dengan tertawa Rier pun memesan segelas kahlua dingin yang dicampur dengan susu segar. Tidak terlalu kuat, tapi rasanya enak. DIminumnya pelan-pelan minuman berwarna coklat muda itu. Ah, sebenarnya ia tidak boleh meminum alkohol karena kondisi jantungnya, tapi... siapa peduli?

"Bagus untukmu kan, aku sekalian saja meng-smackdown mu, itu balasan dari sambutanku,"

Segera Rier tertawa. Yah, memang sih itu salahnya menubruk Shion dari belakang. Tetap saja, jatuh itu, menyakitkan~

"Aku tau," Shion kembali meminum minumannya."Kau tidak perlu lagi mengingatkanku, itu sudah menjadi rutinitasku sehari-hari, hei bocah "

Diliriknya tajam temannya itu. WTF?! Rutinitas sehari-hari.... Ah, heran bagaimana pemuda di sebelahnya itu masih tetap dapat hidup. Bisa saja kan tiba-tiba SHion di rampok? Di jotosin? Di raep?! Di tendangin? Oh, tapi rasanya tidak mungkin, omongan Shion memang jitu bikin nyali orang jadi ciut.

"Liver mu akan rusak kau tahu." Komentar Rier sambil geleng-geleng kepala/

"Kau tahu. Orang yang memanggil orang lain bocah, ternyata juga termasuk bocah. Shion-CHAN." Kata Rier dengan kepala mulai pusing, dan tampak mabuk. Ah, mahkluk tak tahan alkohol ini malah nekat. ckckck

Ramein RP ini deh
Lokasi + waktu: Ikutan

~~

Tidak biasanya wanita berusia 22 tahun ini memasuki bar. Ia memakai mantel hitam dengan bulu cerpelai untuk menghangatkan lehernya dan mantel itu memanjang sampai ke bagian kaki. Ellen hanya menuruti instingnya untuk mengikuti Shion, itu saja. Sebelumnya Ellen tidak pernah menginjakkan kakinya ke dalam sebuah bar. Namun jika soal menenggak minuman keras, Ellen cukup kuat menghadapinya. Tentu saja, minuman seperti Mild Ale, tak mungkin tubuhnya kuat. Tetapi kalau White Lady, yah...Ia masih bisa tahan.

Sementara matanya yang awas menelusuri setiap pojok bar itu, ia menemukan Shion, Haze dan satu pria lagi yang tak ia kenali. Ia berjalan ke arah mereka bertiga dan membungkukkan badannya.

"Selamat malam, semuanya."

Hampir saja Rier terjatuh dari kursinya. Bagaimana tidak? Tidak ada hujan, tidak ada angin. Seorang wanita yang tampak lebih tua darinya, memakai mantel panjang dan bulu cerpelai, datang ke bar ini. Tidak hanya itu, dari rapat yang tadi ia diam-diam lihat, wanita ini adalah seorang noble dari keluarga Reisvoust. Jika ingatan Rier benar, maka nama wanita adalah Ellen Von Reisvoust. Ya, Rier pernah membaca masa depan wanita ini.

Dipandanginya dengan mata agak terbelak kaget saat sang wanita menunduk dengan hormat di depannya, Shion, dan seorang yang bernama Haze (tau gara2 ngintip rapat dll). HOLY?! Astaga, benar-benar mabuk Rier sudahan. Ia pasti bermimpi. Jarang sekali seorang duke member datang ke bar. Well, okelah, kecuali Shion.

"Selamat malam, semuanya."

Okey?

"Selamat malam," Balas Rier sambil menegakkan tubuhnya dan tersenyum pada si wanita.

"Anda adalah Nona Reisvoust? Terkejut melihat anda di sini"

"Anda adalah Nona Reisvoust? Terkejut melihat anda di sini"

Ellen mengangguk.

"Dan kau adalah Rezernier?" tanyanya balik. "Aku mendengar banyak tentangmu dari Zeno." ujarnya sambil tersenyum.

"Dan kau adalah Rezernier?

Rier terdiam sebentar... Ia jelas tak pernah memberikan nama pada gadis ini. Meski ia memang terkenal sebagai trio informan, tetap saja.....

"Aku mendengar banyak tentangmu dari Zeno."

Yah, itu menjelaskan bagaimana wanita itu tahu namanya. Eh, tunggu dulu! Bisnis apa coba yang pernah ia jalankan dengan Head of Reisvoust?! Oh uh, jangan bilanng ia ketahuan mengintip.

"Ah, tidak senang menjadi terkenal" jawab Rier sopan.

"Maaf, tapi saya tidak pernah berurusan dengan seorang duke member *kecuali shion*. Terlebih Head of Reisvoust"

Dengan agak penasaran Rier bertanya kembali.

"Apa yang diceritakan Head of Reisvoust tentang saya?"

"Ah, tidak senang menjadi terkenal"

"Menjadi terkenal terkadang penting untuk mendapatkan informasi yang kau mau," ujar Ellen tenang.

"Apa yang diceritakan Head of Reisvoust tentang saya?"

Ellen tertawa kecil. Meskipun informan, Rier sangat mudah dibohongi ya? Oke, sekarang ia harus berdalih supaya kebohongannya tidak disadari oleh Rier. Dengan tenang ia menyembunyikan ekspresinya dan tersenyum,

"Kau adalah salah satu dari tiga informan kan? Rezernier Kleinzel dan Ruelle Ferrand Travers."ujarnya. "Tentu saja namamu terkenal." sambung Ellen.

"Menjadi terkenal terkadang penting untuk mendapatkan informasi yang kau mau,"

Oh? Ia jujur saja tak butuh koneksi untuk mendapatkan yang ia inginkan. Jika hanya sekedar informasi, dengan mudahnya ia bisa minta pada Wisseren. Well girl, that's what chain is for right? Rier pun dengan segera tertawa agak keras. Tawanya tak terdengar mengolok, tapi menandakan bahwa gadis itu salah.

"Kau adalah salah satu dari tiga informan kan? Rezernier Kleinzel dan Ruelle Ferrand Travers."

Rier pun menghentikan tawanya dan menatap gadis itu sejenak. Jujur saja, ia tak suka jika pertanyaannya tak dijawab. Ah, tapi toh tak penting apa kata si Head, peduli apa juga si Rier?

"Yeah, panggil saja Rier"

"Nah, apa yang nona lakukan di sinikah?" Dengan rasa penasaran sang pemuda bertanya.

Mendengar Rier tertawa cukup keras, Ellen hanya tersenyum saja. Ia tahu maksud Rier apa.

"Nah, apa yang nona lakukan di sinikah?"

Ellen tertawa kecil. "Jujur saja, aku tidak 'melakukan' apapun di sini. Duduk dan melihat orang berlalu lalang juga sudah merupakan kegiatan yang 'melakukan sesuatu' bukan?"

"Jujur saja, aku tidak 'melakukan' apapun di sini. Duduk dan melihat orang berlalu lalang juga sudah merupakan kegiatan yang 'melakukan sesuatu' bukan?"

Stalker? Well well...

Sebuah seringai terbentuk di wajah Rier. itu namanya memata-matai tahu. Tampaknya bukan suatu kegiatan yang akan dilakukan tanpa sebab, apalagi jika oleh seorang House Member.

Seteguk, diminumnya kahlua campuran itu. Memberikan sensasi dingin sekaligus hangat.

"Hee?" Komen sang pemuda dengan enteng.

"Stalking? Ckckck."

"Stalking? Ckckck."

Ellen tertawa kecil.

"Tidak menangkap maksudnya? Well well, kasihan sekali."

Ellen memandang ke arah jendela dan dilihatnya jam tangannya. Jam 12 malam? Ckckckckck.

"Baiklah, aku permisi dulu, Tuan Informan." ujarnya sambil tersenyum dan pergi meninggalkan bar itu.

[OUT]

DIlihatnya sang wanita mengucapkan beberapa kalimat dan pergi meninggalkan bar. Rier pun tersenyum sekilas dan mulai meminum minumannya lagi. Tampaknya wanita itu butuh untuk 'dibaca' dalam waktu dekat.

Dilihatnya Shion yang tampaknya benar-benar mabuk.

"Shion? masih sadar kau?"