Pandora Hearts
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Log in

I forgot my password

Who is online?
In total there are 5 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 5 Guests

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 151 on Wed Oct 02, 2019 5:52 pm
Search
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Latest topics
» Absensi di sini
by Kaz Sun Sep 03, 2023 9:49 pm

» [Revive the Forum]
by Kuro Usagi Fri Sep 04, 2015 12:37 am

» Um.. hi, I guess?
by Kuro Usagi Fri Sep 04, 2015 12:35 am

» Do You Have Sixth Sense?
by Kurome Fri Jun 26, 2015 3:45 pm

» Website favorit kalian untuk baca komik online?
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 7:57 pm

» Biarkan Mata, Otak, Keyboard mengaum saat engkau mengetes mereka. xD~
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 7:56 pm

» Imaginary World
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 4:59 pm

» Komentar member di atas^
by Phantomhive_Earl Mon Oct 28, 2013 4:37 pm

» If you wish at fallen star, it will come true. Is that true?
by Phantomhive_Earl Sun Oct 27, 2013 3:56 pm

» Pengalaman Seram
by Phantomhive_Earl Sun Oct 27, 2013 12:48 pm

Fanlisting

[Omake]The White Ribbon

Go down

[Omake]The White Ribbon Empty [Omake]The White Ribbon

Post by Alfonze Alger Tue Feb 09, 2010 11:58 am

Title : The White Ribbon
Author : Alfonze Alger/ Darktray
Genre : Romance
Rating : 13+
Characters :
1. Vione / Mythischer Vogel ©️ Alfonze Alger
2. Alastair (Gavium family) ©️ Alfonze Alger

Author's Note : ah well, omake buat Vogel/chainnya chara saya yang sekarang...mohon maaf kalau memang jelek/norak....karena saya memang gak terlalu mahir dibidang ini...[Omake]The White Ribbon 712674

____________________________________________________________________

CHAPTER 1 : Feeling


Aku bukanlah tipe orang yang mudah menangis karena sesuatu...

Aku bukanlah tipe orang yang bisa peduli pada sekitarku....

Aku bukanlah tipe orang yang bisa berterus terang...

Aku juga bukanlah orang yang bisa akrab dengan orang-orang yang baru itu...

Aku hanyalah aku...

Seseorang yang keras kepala

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi

Seseorang yang berpikiran untuk selalu menang

Aku tak lebih dari seekor burung saja. Hanya itu...

Andai saja, aku tidak ditakdirkan untuk menjadi 'Chain', aku ingin sekali bisa bersamanya selamanya...

Bolehkah?



6 Juni 1923

Vione berjalan pelan di tepi pantai itu. Merasakan pasir-pasir yang lembut yang perlahan menyentuh kakinya. Vione membiarkan angin sepoi-sepoi pantai membelai rambutnya. Sensasi yang benar-benar menyenangkan, dia memang menyukai pantai ini. Begitu sunyi dan sepi, tetapi tetap indah. Kebanyakan orang-orang belum tahu, keindahan pantai ini, Vione berpikir dia cukup beruntung bisa ditugaskan ke kota Indah ini.

Srek...srek....

Dia mulai merasakan kehadiran orang lain di pantai itu selainnya. Vione merasa tidak tenang mendengar suara-suara yang membuatnya terus-terusan menebak darimana dan apa yang akan dilakukan oleh orang itu. Ternyata asalnya berasal dari pondok didekat sana. Pendengaran Vione memang sangatlah tajam, dia juga memiliki kemampuan yang dia tidak bisa dimengerti olehnya. Contohnya saja mengerti apa yang dibacarakan oleh burung, dan dapat melihat jelas pada malam hari. Yang jelas dia tau kemampuannya tidak dimiliki oleh semua orang.

Vione memberanikan dirinya untuk berjalan ke pondok itu. Dia melangkah pelan, tetapi selalu waspada dengan sekitarnya.

Apa dia orang jahat?

Setelah diperhatikan dengan lebih dekat, ternyata orang itu tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Dia hanya sedang menulis sebuah surat di pondok itu.

"Kenapa bersembunyi?" tanya laki-laki itu pada Vione, tiba-tiba.

Sejenak Vione masih agak kaget, dan dia kesulitan untuk menjawabnya. Tapi milihat wajah laki-laki itu yang ramah, kegugupan Vione mulai hilang sedikit demi sedikit.

"Aku tadi mendengar suara dari sini. Maaf jika aku mengganggumu," ucap Vione lancar.

"Sama sekali tidak mengganggu. Duduklah bersamaku kalau kau mau," ajak laki-laki itu dengan nada yang selalu ramah.

Vione menurut saja pada laki-laki itu. Dia duduk manis disebelahnya, memperhatikan laki-laki itu menulis lagi dengan pena bulunya.

"Surat untuk pacarmu?" Vione asal menebak.

Laki-laki itu tertawa mendengar tebakan Vione,"Ahahaha, kau ini lucu sekali, tiba-tiba datang dan menebak seperti itu. Bukan nona, ini surat permohonanku," katanya lagi dengan bangga.

Surat permohonan katanya? Memang ada yang seperti itu?

"Kalau boleh aku tau, untuk apa surat itu?"

"Untuk permohonanku. Aku menulis semua yang aku diinginkan disurat ini, setelah selesai aku akan mengingatkan surat ini pada sebuah balon. Dan balon itu akan menerbangkan permohonanku," laki-laki itu sudah selesai menuliskan permohonannya, dan sekarang sedang mengikatkan surat tersebut pada balonnya.

Vione mengangkat sebelah alisnya, merasa aneh dengan tindakan laki-laki itu, dia tertawa kecil memperhatikannya,"Kau percaya dengan hal-hal seperti itu? Bukankah hanya anak-anak saja yang percaya dengan melakukan hal tadi, bisa mengambulkan permohonanmu?" tanya Vione sambil tertawa lagi.

"Aku percaya," jawab laki-laki itu cepat. Mata biru lautnya menunjukkan keyakinannya."Walau memang terlihat bodoh, tapi aku senang melakukannya."

Entah kenapa setelah Vione melihat mata laki-laki itu yang begitu yakin, dia menjadi ingin mencoba hal yang sama.

"Boleh aku mencobanya juga? Sepertinya menarik," Vione memperhatikan lembaran-lembaran kertas dan pena bulu milik laki-laki itu.

"Tentu! Kita bisa sama-sama menerbangkannya!" laki-laki terlihat benar-benar senang ketika ada juga yang mau melakukannya bersama-sama dengannya."Kau bisa menulis disini," dia memberikan Vione beberapa kertas miliknya dan sebuah pena bulu.

Jujur, Vione sebelumnya tidak bisa akrab dengan orang yang baru dikenalnya secepat ini. Kecuali dengan laki-laki ini, Vione merasa nyaman dapat berbicara dengannya. Lebih nyaman dari siapapun. Dia kemudian kembali menuliskan beberapa permohonannya di selembar kertas itu.

"Selesai!" Vione segera memberikan surat hasil tulisannya pada laki-laki itu."Begini kan?"

Laki-laki itu mengangguk, dan mulai mengikatkan surat milik Vione ke balon lainnya. Dia memegang erat keduanya, dan menyuruh Vione untuk berdiri untuk menerbangkannya bersama-sama.

"Pegang balon milikmu. Setelah aku menyelesaikan aba-aba, kau harus melepaskannya, ok?"

Vione buru-buru mengangguk, bersemangat dan memegang balon miliknya. Dia melihat keatas, langit di sekitar pantai begitu cerah, mendukung suasana hatinya saat ini.

"Baiklah. Aku hitung mundur sekarang...3...2...1...lepaskan!"

Bersama-sama mereka berdua menerbangkan kedua balon itu. Yang berisi harapan dan permohonan mereka. Awal pertemuan yang cukup aneh, tapi Vione tidak pernah melupakannya. Walau sesudah itu, dia lupa menanyakan siapa nama laki-laki itu. Tapi jika memang dia ditakdirkan untuk bertemu lagi, tidak ada yang tidak mungkin bukan?

____________________________________________________________________

20 Desember 1927

Malam itu begitu dingin dan bersalju. Tentu saja, dibenua Elsdonia sudah mencapai musim dingin. Vione memperhatikan pohon-pohon diluar yang mulai tertutupi salju dari dalam istana Gavium/Gavinia. Saat ini perempuan itu bekerja menjadi seorang maid sekaligus salah satu pemimpin pasukan kerajaan Gavium dan sebagai chain. Vione cukup menikmati pekerjaannya, apalagi masternya adalah orang yang menyenangkan. Masternya saat ini tak lain adalah orang yang pernah ditemui Vione di pondok dekat pantai.

Awalnya Vione sama sekali tidak menyangka, orang aneh seperti masternya itu adalah keturunan dari keluarga kerajaan Gavium. Tapi kenyataannya memang begitu. Walaupun masternya terkadang terlihat aneh dan agak kekanak-kanakan, tapi Vione mengakui kehebatannya dalam memimpin pasukan dan penyusunan strateginya yang mengejutkan. Dan akhir-akhir ini juga, Vione merasakan sesuatu yang lebih pada masternya itu. Tapi dia tau dia tidak boleh memiliki 'perasaan' seperti itu.

"Vio..."

Seseorang menepuk bahu Vione pelan. Vione sudah bisa menebak siapa yang menepuk bahunya itu. Siapa lagi di istana ini yang memanggilnya dengan nama 'Vio' kalau bukan masternya ?

"Ya, Alastair-sama?" Vione menjawabnya pelan dan tenang.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya lembut seperti biasa.

Vione mengangguk, tidak terlalu mengerti kenapa masternya tiba-tiba bertanya soal keadaannya.

"Aku baik-baik saja, Alastair-sama. Memang ada yang aneh denganku?"

"Tidak. Maksudku, akhir-akhir ini kau agak aneh. Seperti... menghindariku?"

Vione terdiam. Memang benar, akhir-akhir ini dia agak menjaga jarak dengan tuan-nya itu. Kenapa? Tentu saja karena perasaannya. Dia seorang chain, sekaligus bawahan dari Alastair. Kalau perasaan itu terus dibiarkan tumbuh, pasti dari pihak kerajaan pun tidak akan menyetujuinya. Hubungan antara chain dan contractornya ataupun bawahan dengan tuannya. Itu merupakan hubungan yang dianggap tabu pada jaman itu.

"Ah, begitukah? Mungkin itu hanya perasaan Alastair-sama saja. Atau aku yang akhir-akhir ini sering kelelahan," alasannya yang terakhir sama sekali tidak berhubungan dengan menghindari tuannya sendiri. Vione kehabisan akal.

"Kelelahan? Kalau begitu sekarang pergilah ke kamarmu dan segera tidur," Alastair mengusap kepala Vione lembut sambil tersenyum lagi kepadanya.

Vione mengangguk, dia tidak berani saling bertatapan dengan masternya lagi. Vione yakin jika dia melakukannya, wajahnya pasti akan langsung memerah, dan itu jelas akan mencurigakan bukan? Perempuan itu segera berlari ke kamarnya, dan memastikan bahwa dia sudah mengunci pintunya.

Bodoh... kenapa dia selalu memperlakukanku seperti itu. Tatapannya juga.... Aku tidak mengerti. Kau tau? Semakin kau memperlakukanku seperti itu, aku semakin sulit untuk menghindarimu.

Vione menjatuhkan diri ke tempat tidurnya, kemudian mulai memejamkan mata.

Aku sangat menyukainya. Tapi aku tau, apa yang harus kuperbuat adalah untuk tidak pernah menyukainya. Mungkin cukup melihatnya tanpa harus memilikinya itu sudah cukup bagiku. Yang terpenting adalah aku bisa disisinya, selamanya. Andai saja aku bukanlah seorang chain, mungkin aku tidak perlu merasa sesakit ini setiap kali menahan perasaanku...

Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah masternya. Walau sudah berulang kali Vione mencoba menghilangkan Alastair dari pikirannya, ternyata percuma saja.

I can't figure out how you stole my heart. After all I tried to do, to stay away from loving you I'm broken heart and I can't let you know this feeling




To Be Continued

oot : kalau mau komentar saya buat topiknya nanti...*slapped*..jangan koment disini
Alfonze Alger
Alfonze Alger
Admin
Admin

Posts : 10769
Points : 11096
Join date : 2009-06-18
Age : 31
Location : Bandung

Character Bio
Character Name: Alfonze Alger
Status: Gavium Family
Job: Knight, pandora elite officer, contractor,

https://pandora-hearts.forumotion.net

Back to top Go down

[Omake]The White Ribbon Empty Re: [Omake]The White Ribbon

Post by Alfonze Alger Sat Feb 27, 2010 8:51 pm

Title : The White Ribbon
Author : Alfonze Alger/ Darktray
Genre : Romance
Rating : 13+
Characters :
1. Vione / Mythischer Vogel ©️ Alfonze Alger
2. Alastair (Gavium family) ©️ Alfonze Alger
3. Shein & Shien Einverd ©️ Alfonze Alger

Author's Note : akhirnya jadi juga...tadinya mau dibuat lebih panjang tapi keburu stuck+capek...jadi maaf yg ini juga seperti biasa ngaco ceritanya ==

____________________________________________________________________

Chapter 2 : Information


Lihatlah aku...

Mungkin kau mengira kau telah melihat 'diriku' yang sebenarnya...

Tapi sesungguhnya kau tidak akan pernah mengetahuinya

Apa yang ada di pikiranku...

Apa yang ada dalam hatiku...

karena aku hidup disini... di dunia yang memaksaku untuk melakukan hal itu...

Menyembunyikan perasaan dan hasratku

Bagiku mencintai seseorang tanpa tau perasaan orang yang kau cintai itu merupakan hal terburuk didunia ini

Bisakah kau menyadarinya lebih dulu?


____________________________________________________________________

22 Desember 1929

Angin dingin berhembus kencang sekali. Padahal hari itu masih pagi, tapi awan terlihat mendung dan 'tidak bersahabat' . Cuaca yang dingin itu tidak mempengaruhi seorang gadis yang sedang berlatih di sebuah taman. Entah apa yang dipikirkannya sehingga nekat berlatih di cuaca buruk seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Vione, perempuan yang tekadnya melebihi prajurit Gavium manapun. Seorang perempuan yang kuat tetapi tidak ada yang tau apa yang dirasakannya saat ini. Alasannya berlatih karena besok adalah hari penting baginya, berperang melawan pemberontak Gavium. Dia tau tuannya, Alastair, tidak pernah rela membiarkan seorang perempuan untuk ikut berperang di medan perang. Tapi bagi Vione, lebih baik terluka dari pada harus terus berdiam diri seperti perempuan lainnya. Lagi pula dia seorang chain, itu sudah menjadi tugasnya bukan?

"Hhh....," Vione menarik nafasnya dalam-dalam, lebih tepatnya kelelahan karena sudah lama dia memaksakan diri untuk berlatih di cuaca yang buruk seperti ini.

Suasana disana cukup hening untuk beberapa menit, hingga akhirnya ada sebuah anak panah yang melesat kearah Vione. Untungnya lagi, angin yang cukup kencang membelokkan anak panah itu dan meleset beberapa centi dari sasaran awalnya. Serangan selanjutnya adalah seorang laki-laki berambut silver tiba-tiba menyerang Vione dari belakang dengan pedangnya.

"Si kembar rupanya," Vione tersenyum mengejek, dan dengan lincah menghindari serangan pedang dari belakang."Mau apa kalian mengganggu latihanku hari ini?"

Seorang laki-laki berambut silver, mirip dengan laki-laki yang membawa pedang itu keluar dari persembunyian awalnya.

"Kami tidak mengganggu kan? Justru kami membantumu berlatih," laki-laki itu tersenyum puas.

"Kalau begitu terima kasih atas bantuannya Shein dan Shien Einverd," Vione mengucapkannya dengan nada kesal sambil memalingkan mukanya.

Kedua orang itu adalah Shein dan Shien, dari keluarga bangsawan Einverd. Keluarga Einverd sebenarnya turut membantu dalam membangun kerajaan Gavium dulu, tapi tidak ada yang mengetahui hubungan Gavium dengan Einverd. Semuanya dirahasiakan dengan rapih.

"Kami ingin membicarakan masalah ancaman kerajaan Gavium," Shien langsung to the point, dia malas berbicara lama-lama."Masalah antara para bangsawan dengan Gavium, tepatnya. Dari informasi yang kudapat, para four great duke houses sedang menyusun rencananya. Kami hanya ingin mengingatkan saja untuk tetap berhati-hati."

"Ya, benar kata Shien-nii.... Kami, keluarga Einverd juga tidak mau berurusan dengan masalah ini. Mungkin keluarga Einverd tidak akan memihak kerajaan Gavium ataupun four great duke houses," Shein mengatakannya dengan lancar.

Vione terdiam mendengar informasi yang disampaikan oleh si-kembar itu. Vione sudah langsung menyimpulkan, mungkin akan terjadi sesuatu yang buruk pada Gavium. Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Informasi itu jelas membuat Vione tidak tenang, dan berniat untuk memberitahukan hal ini pada Alastair seusai perang nanti.

____________________________________________________________________

23 Desember 1929

Sehari setelah peperangan usai, Vione dengan mudah bisa mengalahkan para pemberontak, sekarang dia berniat untuk memberitahukan masternya soal informasi yang Shein dan Shien berikan. Vione melihat ke sekelilingnya, mencari-cari keberadaan tuannya di dekat pantai. Tempat favoritnya memang pantai, oleh karena itu Vione tidak usah ambil pusing lagi kalau masternya tiba-tiba hilang/tidak ada dirumah.

Dan ditemukannya Alastair sedang duduk di rerumputan dekat sana, kelihatannya dia sedang mengurus tanaman atau hal lainnya. Alastair memang ramah pada orang disekitarnya, tetapi entah kenapa dia sering menyendiri tanpa sebab.

"Alastair-sama?" Vione mendekati Alastair, melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh tuannya itu.

Alastair menoleh, dan menyadari Vione sudah ada disebelahnya."Ya, Vio?"

Vione memperhatikan yang dilakukan Alastair, sedang merawat tumbuhan disana, dia tidak tau tumbuhan apa itu, yang jelas tumbuhan itu memiliki bunga. Bunganya juga belum mekar, karena memang masih musim dingin.

"Itu tanaman apa, Alastair-sama?" Vione yang merasa tertarik, terus memperhatikan tanaman itu.

"Forget me not," Alastair langsung menjawabnya, nama bunga itu cukup membuat Vione bingung.

"Forget... me not? Nama yang aneh sekali untuk bunga," Vione semakin penasaran, mulai menebak-nebak wujud bunga itu ketika sudah mekar nanti.

"Memang nama yang aneh," Alastair tertawa kecil, masih memindahkan beberapa tanaman ke tempat yang lebih aman."Kau tau Vio kenapa bunga ini dinamakan bunga Forget-me-not ?"

Vione menggeleng, dia sama sekali tidak mengetahui tentang hal itu. Tapi tentu mata Vione menunjukkan bahwa dia tertarik dengan alasan yang membuat bunga itu dinamakan sedemikian anehnya.

"Nama itu berasal dari sebuah legenda. Dulu sekali ada seorang ksatria sedang berjalan dengan seorang gadis. Mereka berdua melihat ada bunga disamping sungai, sang ksatria melihat sang gadis menyukai bunga itu dan memutuskan untuk mengambilkan bunganya. Tapi karena baju perang sang ksatria yang berat, dia terpeleset dan akhirnya jatuh ke sungai saat ingin mengambil bunganya. Sambil terhanyutkan air sungai, ksatria itu melemparkan bunganya dan mengucapkan salam perpisahan, 'Forget me not'. Oleh karena itu bunga ini dinamakan seperti itu. Ironis sekali ya?" Alastair tersenyum sedih sambil tetap menanamkan beberapa tanaman lagi.

Vione diam saja. Entah dia harus menanggapinya bagaimana. Yang pasti itu legenda yang menarik, dan menyedihkan baginya.

"Sayang sekali sekarang masih musim dingin, aku ingin sekali melihat bunga-bunga ini mekar. Kira-kira seperti apa ya?" Vione berusaha untuk merubah suasana menjadi menyenangkan lagi, tersenyum hangat pada tuannya.

Alastair tersenyum senang, entah kenapa dia senang Vione kelihatannya menyukai bunga itu.

"Baiklah! Kalau nanti sudah musim semi, aku akan mengajakmu ke sini lagi, untuk melihat bunga ini mekar," Alastair tiba-tiba berteriak, bersemangat.

Vione juga antusias menerima ajakan masternya itu."Tentu saja aku pasti ikut, Alastair-sama."

Dia begitu dekat denganku... sangat dekat, seperti ini. Tapi tetap saja aku yang bodoh ini tidak bisa 'mengatakannya'. Aku memang berharap terlalu banyak. Berharap tuanku sendiri menyukaiku. Mustahil bukan?

Vione yang sedang berdebar-debar saat itu menjadi lupa tujuan awalnya menemui Alastair adalah untuk memberitahukan informasi penting. Di pikirannya sekarang hanya ada Alastair, dan debaran jantungnya juga semakin kencang.

"Vio? Kau kedinginan?" Alastair yang dari tadi memperhatikan Vione diam saja."Kita pulang sekarang saja ya? Lagi pula besok malam akan ada pesta natal, aku harus bersiap-siap. Kau ikut juga kan Vio?" Alastair bertanya dengan semangat.

"A-aku tidak kedinginan kok," jawab Vione salting."Pesta? Tapi aku tidak pernah... yah, maksudku tidak bisa mengikuti pesta."

"Kenapa?" Alastair bertanya lagi.

"Karena... ngh... karena....," rasanya susah sekali Vione mengatakannya."Karena aku tidak feminim," Vione berkata pelan sekali.

Alastair terdiam sejenak, mencerna perkataan Vione. Dan beberapa detik kemudian Alastair malah tertawa menanggapinya. Vione yang melihat tuannya malah tertawa, memalingkan mukanya, kesal dan wajahnya juga memerah.

"Jadi cuman karena itu?" Alastair masih saja tertawa."Pokoknya kau harus ikut besok, masalah dandanan, gaun dan sebagainya serahkan saja pada pelayan dirumah."

Kalau saja Vione bisa berterus terang, dia ingin sekali mengikuti pesta sekali-kali. Karena dia lebih sering menghabiskan waktunya untuk berlatih, bukan berpesta.

"Ng, baiklah. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti tamu-tamu merasa enggan melihat perempuan sepertiku hadir di pesta," Vione mengatakannya dengan malu-malu."Aku juga tidak bisa bersikap seperti perempuan lainnya, Alastair-sama."

"Tidak apa-apa, pokoknya datang ya? Aku punya kejutan."

Pada akhirnya Vione tidak bisa menolak. Dia akhirnya menerima tawaran masternya itu. Dan entah apa yang akan terjadi, tidak akan ada yang mengetahuinya.


To be Continued
Alfonze Alger
Alfonze Alger
Admin
Admin

Posts : 10769
Points : 11096
Join date : 2009-06-18
Age : 31
Location : Bandung

Character Bio
Character Name: Alfonze Alger
Status: Gavium Family
Job: Knight, pandora elite officer, contractor,

https://pandora-hearts.forumotion.net

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum